Pendeta Jacky: Kita Terpanggil Untuk Menyatakan Rasa Solidaritas

Iman Kristen mengakui bahwa manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah (imago dei) yang menjalani hidupnya dengan derajat dan martabat yang setara. Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Jacklevyn Frits Manuputty menyampaikannya dalam Webinar Internasional Seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya “Deklarasi Istiqlal: Kolaborasi Umat Beragama untuk Kemanusiaan”, 19 November 2024 lalu.

“Diciptakan dalam gambar dan rupa Allah berarti identitas kemanusiaannya terbangun oleh adanya persekutuan dengan yang Ilahi. Dan pengakuan ini membawa kita pada pemahaman yang mendalam akan hakikat dan tujuan keberadaan manusia yang diciptakan bukan saja untuk memiliki relasi secara vertikal dengan Sang Ilahi, tetapi persekutuan juga dengan sesama untuk mengupayakan kebaikan bersama,” kata lelaki yang biasa disapa Pendeta Jacky itu.

Menurutnya, dalam menjalankan tugas dan peran sebagai wakil Allah di dunia ini, kita didorong untuk dapat menerima dan menghargai sesama di dalam seluruh perbedaan yang ada. “Sebab semua orang di dunia ini diakui diciptakan oleh Allah yang satu dan yang sama,” katanya.

Lebih lanjut, Pendeta Jacky mengatakan bahwa kekristenan mengakui Allah Trinitas adalah Allah persekutuan. “Oleh karena itu, jati diri persekutuan bersumber dari persekutuan dengan Allah Trinitas. Ini menunjukkan perbedaan, kesetaraan, relasi, dan kesatuan menjadi landasan bagi kekristenan, bagi gereja, untuk memperjuangkan persekutuan iman, tetapi juga menghargai perbedaan dan kesatuan dengan sesama dan seluruh ciptaan,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Pendeta Jacky mengapresiasi Deklarasi Istiqlal terlebih ketika saat ini umat manusia mengalami krisis kemanusiaan dan lingkungan dengan skala yang sangat memprihatinkan. “Agama-agama terpanggil, dunia membutuhkan dari kita satu level kebersamaan dan kerja sama yang konkret dan maksimal pada saat ini. Kita menjadi satu di tengah berbagai perbedaan kita untuk menegakkan kebaikan, keadilan, dan kebenaran,” ungkapnya.

Meski berada di tengah krisis, Pendeta Jacky bersyukur bahwa telah berkembang kesadaran di dunia sekular tentang pentingnya peran agama-agama untuk membangun perubahan perilaku dari yang pro kematian menjadi pro kehidupan.

“Lembaga-lembaga agama, organisasi-organisasi, aktor berbasis agama memiliki tingkat penerimaan yang tinggi di banyak komunitas. Mereka memiliki kapasitas untuk mempromosikan perubahan-perubahan karakter dan perilaku melalui dorongan nilai-nilai moral ya, rumusan-rumusan yang kontra narasi spiritual terhadap kekerasan, serta kerja-kerja dialog dalam level pertukaran diskursus maupun dalam aksi-aksi kemanusiaan yang konkret,” katanya.

Afirmasi ini, menurutnya, merupakan perkembangan menarik yang menempatkan agama-agama sebagai aktor dalam perubahan masyarakat dan peradaban kontemporer saat ini. “Ini peluang bagi agama-agama untuk menggalang kerja sama secara konkret dan konstruktif. Jadi kita tidak lagi dianggap semata-mata sebagai komunitas atau lembaga yang mencuci piring para politisi selepas pesta yang diselenggarakan oleh mereka. Tapi agama-agama diterima memainkan peran yang juga sangat konstruktif dalam dunia kontemporer saat ini bagi sebuah perubahan yang kita harapkan bersama,” katanya.

Pandeta Jacky pun menyampaikan kisah menarik dari seluruh dunia tentang peran agama-agama melalui lembaga-lembaga resmi. “Organisasi-organisasi multilateral seperti PBB atau Uni Eropa bahkan telah mengafirmasi kekuatan agama-agama lewat sejumlah program yang dibuat secara khusus terkait membangun dialog antar agama, kontra radikalisasi, penanganan masalah Timur Tengah, pemeliharaan hutan hujan, sampai dengan penanggulangan Covid-19,” ujarnya.

Menurutnya, banyak kelompok kerja berbasis agama yang berkembang menangani banyak krisis. Salah satu perwujudannya ada dalam Deklarasi Istiqlal. “Deklarasi Istiqlal menjadi salah satu aksi monumental untuk meneguhkan peran dan tanggung jawab agama-agama sebagai pemulihan kemanusiaan serta keutuhan dan keseimbangan ekologis yang semakin terdegradasi. Deklarasi Istiqlal menggaungkan kembali panggilan luhur agama-agama sebagaimana yang telah dikumandangkan dalam deklarasi-deklarasi berwibawa sebelumnya, seperti Deklarasi Persaudaraan Sedunia,” kata Pendeta Jacky.

Menurutnya, Deklarasi Istiqlal harus segera diwujudkan karena memanggil agama-agama untuk menyuarakan di tengah bangsa ini, tatanan yang etis politik, yang memandu politik berjalan dengan bermartabat, dan membangun demokrasi yang substansial.

“Kita terpanggil untuk menyatakan rasa solidaritas dalam kehidupan masyarakat yang sangat majemuk, di mana ada kelompok-kelompok yang terpinggirkan, terasingkan, dan tersingkirkan,” katanya.

Deklarasi Istiqlal yang diselenggarakan di Indonesia tersebut, menurutnya, sangat bermakna, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan kemajemukan tertinggi di dunia.

“Indonesia terlatih untuk mengelola kemajemukan, mentransformasi ketegangan dan konflik antar agama menjadi kerja sama dan perdamaian. Indonesia menjadi tempat pembelajaran yang sangat luar biasa mengenai relasi antar agama, serta kerja sama agama-agama dalam pembangunan bangsa, serta pengelolaan masalah-masalah kontemporer saat ini, seperti berkembangnya populisme, konflik, degradasi lingkungan,” katanya.

Pendeta Jacky menegaskan, pandangan dan kesatuan manusia berimplikasi pada pandangan bersama kita bahwa kita semua terikat satu dengan lainnya. “Karenanya kita tidak dapat mengupayakan pencapaian kepenuhan tertinggi kita sambil membiarkan ciptaan lainnya hancur di sekitar kita. Transformasi diri kita sangat terkait dengan transformasi dan pemulihan dunia di sekitar kita. Untuk itulah Deklarasi Istiqlal ini sangat berwibawa, untuk terus-menerus dirayakan dalam tindakan setidaknya dari Indonesia dan digaungkan sebagai kontribusi Indonesia bagi dunia internasional,” pungkasnya.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *