Agama memang harus menjadi sumber inspirasi baik. Inspirasi itu membuka pikiran, mendatangkan ide, gagasan baru yang bermanfaat dalam kehidupan bersama. Pendeta Bambang Pujianto menyampaikan hal tersebut dalam acara webinar Dialog Lintas Agama yang diselenggarakan oleh FKUB Provinsi Jateng, Yayasan Tasamuh-Kudus, Gerbang Watugong-Semarang, 10 Mei 2021.
“Nah, kalau begitu, orang beragama suka tidak suka harus menjalani kehidupan di dunia ini dengan serius dan bertanggung jawab, karena apa? Dunia ini diciptakan oleh Tuhan dengan baik. Manusia diberi tanggung jawab untuk merawat dunia sebagai wakil Tuhan. Sehingga lucu kalau kita mengaku orang beragama kok merusak dunia. Mengaku orang beragama kok merusak negara. Mengaku beragama kok menimbulkan kekacauan. Tentu itu berlawanan dengan keberagamaan kita karena keberagamaan kita bertujuan untuk menyembah Tuhan dan kita wujudnyatakan dengan merawat, bahkan secara kreatif, ciptaan Tuhan,” kata pendeta GKJ itu dalam acara bertema “Agama Inspirasi dalam Memperteguh NKRI”.
Menurutnya, bertanggung jawab kepada negara atau pemerintah merupakan wujud nyata dari tanggung jawab kita sebagai orang-orang yang beragama. “NKRI kita rawat, kita kembangkan, kita majukan sebagai wujud hormat dan kasih kita kepada Tuhan,” katanya.
Pendeta Bambang pun mengutip Roma 13:1 sebagai dasar teologis umat Kristen berbakti kepada negara. “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah.” (Roma 13:1).
“Nah, konteks ini mengatakan bahwa adanya pemerintah, adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kehendak Tuhan, dari kehendak Allah. Bukankah itu juga yang dimaksudkan dalam pembukaan UUD 45 tentang kemerdekaan Indonesia yang didasari adanya NKRI itu atas berkat rahmat Allah?” katanya.
Menurutnya, itu adalah ungkapan iman seluruh rakyat Indonesia apapun agamanya. “Kalau kita yakin bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini ada karena rahmat Allah, karena berkat Allah, karena barokah dari Tuhan, tentu harus kita syukuri, kita hadapi, kita hidupi, kita isi dengan hal-hal yang baik,” ajak Pendeta Bambang.
Kehadiran negara, menurutnya, sangat penting. “Kalau tidak ada negara ini terus bagaimana keberadaan kita ke depan? Dengan negara, keanekaragaman itu kita hidupi. Dengan adanya negara keanekaragaman itu coba di-manage, diwadahi untuk mewujudkan tujuan bersama,” katanya.
Dalam hal ini, agama, menurutnya, mesti memberi sumbangan. “NKRI berjalan dengan baik, maka dari itu perlu kita dukung dalam doa, kita beri sumbangsih secara nyata, kita hidupi bersama. Agama bukan untuk menentang negara, tetapi agama harus memberikan sumbangsih terhadap keberadaan NKRI yang kita cintai,” katanya.
Pendeta Bambang pun menyampaikan pertanyaan reflektif mengenai sumbangan orang beragama kepada negara. “Sebagai umat beriman, orang beragama, mestinya pertanyaan yang relevan untuk kita renungkan adalah hal baik apa yang harus kita berikan kepada negara yang kita cintai? Sumbangan kita ini apa, persembahan kita ini apa, pengorbanan kita ini apa agar negara ini terus berjaya, berjalan untuk kebaikan bersama? Saya sedih, Bapak-Ibu, kalau ada warga negara Indonesia yang kita bersama makan di sini, hidup di sini, menikmati semua fasilitas di NKRI ini, tetapi yang dilakukan adalah menjelek-jelekkan negara, yang dilakukan adalah mencaci maki negara, mencaci maki pemerintahan,” katanya.
NKRI, menurutnya, harus dihidupi. Untuk itu, rakyat harus di-manage sehingga negara ini menjadi negara yang terus berjalan maju. Untuk itu, Pendeta Bambang mengusulkan dua hal. Yang pertama adalah asas kekuasaan negara. “Siapapun kita perlu tunduk, perlu mengakui, perlu mendukung pelaksanaan kekuasaan negara demi kehidupan bersama yang lebih baik. Kekuasaan negara perlu didukung, agar bisa menjalankan tugas panggilannya dengan tepat,” katanya.
Yang kedua, adalah asas kedaulatan rakyat. “Kita tahu, kekuasaan negara berasal dari rakyat. Asas kedaulatan rakyat, rakyat menghibahkan kekuasaan itu kepada negara sehingga negara bisa berjalan dengan baik,” katanya.
Yang ketiga, penyelenggara pemerintah di NKRI itu adalah orang-orang yang harus diyakini telah diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memegang kekuasaan. “Jadi, sebagai orang beragama, inspirasi kita yakin bahwa orang-orang yang dipillih, ditunjuk untuk menyelenggarakan negara ini, itu adalah orang-orang yang juga dipilih oleh Allah, dipilih oleh Tuhan, diberi kesempatan oleh Tuhan untuk me-manage kehidupan bersama dalam hidup bersama di negara ini,” imbuhnya.
Menurutnya, kesempatan tersebut teranyam dalam tatareksa Allah melalui mekanisme yang sah yang kita sepakati bersama. “Allah memang bekerja. Allah ikut campur tangan dalam kehidupan bersama,” katanya.
Pendeta Bambang pun berpesan, kalau yang sudah disepakati bersama, ternyata diingkari, tentu itu bukan tindakan yang bertanggung jawab, sehingga orang-orang beragama apapun agamanya, perlu mendukung, perlu dengan kreatif mendorong kehidupan bersama di negara ini menjadi lebih baik.