Di tengah berita tentang tindak kekerasan “kreak” dan dunia maya yang diwarnai dengan ujaran sindiran serta kebencian pada agama lain, para remaja lintas agama dan kepercayaan mengadakan pentas seni bertajuk “Merajut Harmoni dalam keberagaman Iman”, 28 September 2024.
Bertempat di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Peterongan Semarang, 203 remaja dan para pendamping menikmati sajian seni yang ditampilkan oleh komunitas agama dan kepercayaan. Setelah doa pembukaan yang dipimpin oleh Pendeta Christnadi, rangkaian acara gelar budaya berjalan mengalir tampilan demi tampilan.
Ada seni bela diri “Tunggal Hati Seminari dan Tunggal Hati Maria” (Katolik), Deddy Band dan group Kolintang (Kristen), Wushu (Buddha Bodhidharma), Drama (Penghayat Kepercayaan), dan Tari Sufi (Islam).
Vikaris Episkopalis Kevikepan Semarang, Romo Rudi Hardana, Pr berkesempatan memberikan pencerahan kepada peserta. Romo Rudi mengungkapkan perlunya membangun persahabatan. “Kita hidup di bumi yang sama sebagai satu rumah bersama. Mari kita membangun persahabatan. Bila membangun persahabatan itu sulit, sekurang-kurangnya jangan bermusuhan. Bila tidak bermusuhan itu pun sulit, sekurang-kurangnya kita bermimpi untuk tidak bertengkar di bumi yang sama, di rumah yang sama, dan milik kita bersama. Mari kita rawat persahabatan kita, persaudaraan kita,” ajaknya kepada para remaja lintas iman.
Para peserta mengikuti rangkaian acara dengan suka cita dan berharap masih terus dilanjutkan. Pendeta GKI Gereformerd, Pendeta Rahmat Rajagukguk sepakat dengan harapan peserta. Ia berharap kegiatan tersebut bisa dilanjutkan. “Kami mendukung keinginan teman-teman remaja untuk melanjutkan kegiatan. Tapi kalian siapkan menjadi panitianya?” katanya sambil memberi pertanyaan tantangan.
Gelar budaya remaja lintas agama dan kepercayaan ini diselenggarakan oleh Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (Komisi HAK) Kevikepan Semarang beserta Persekutuan Gereja-Gereja Kristen Kota Semarang (PGKS)
Ketua Komisi HAK Kevikepan Semarang, Romo Eduardus Didik Chahyono SJ menekankan bahwa kegiatan tersebut untuk menanamkan nilai kerukunan dan kerja sama.
“Gelar budaya remaja lintas agama dan kepercayaan ini merupakan cara pembinaan bagi generasi muda untuk menanamkan nilai-nilai kerukunan dan kerja sama agar dapat merawat keutuhan NKRI,” kata lelaki yang biasa disapa Romo Didik itu.
Kegiatan itu juga melahirkan komitmen bersama dalam bentuk Deklarasi Peterongan. Berikut isi deklarasi tersebut.
Deklarasi Peterongan
Kami pemuda-pemudi lintas agama dan kepercayaan
Menyatakan bahwa kami siap merayakan dan menjalani hidup bersama dalam keberagaman di bumi rumah kita bersama dengan berelasi lebih tulus, bersahabat lebih erat, mengasihi lebih sungguh dalam persaudaraan, serta bersedia meruntuhkan tembok-tembok prasangka yang menghalangi kami.
Menyatakan bahwa kami menolak semua upaya untuk memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa. Kami bersedia membangun dialog lintas agama dan kepercayaan dengan berbagai jalan kreatif tanpa tindak kekerasan.
Menyatakan bahwa kami bersedia, mewujudkan harmoni lintas iman dan kepercayaan di Indonesia, yang kami cerminkan dalam setiap pemikiran, perkataan, dan perbuatan kami, dari yang paling sederhana yang bisa kami lakukan.
Dalam pertolongan Yang Maha Esa, Sang Khalik, yang kami sembah, atas cinta akan tanah air, tumpah darah kami, Indonesia, kami nyatakan tekad kami.