HARI MINGGU BIASA XXVI
29 September 2024
Bacaan I : Bil 11:25-29
Bacaan II : Yak 5:1-6
Bacaan Injil : Mrk 9:38-43.45.47-48
Integritas Menjadi Murid Yesus
Dalam bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus mengajak kita agar memiliki integritas dalam menghayati jati diri kita menjadi murid-murid-Nya. Tanpa ada integritas akan sulit ada damai dalam hati. Status, kedudukan, pangkat, jabatan atau apapun bentuknya, bukanlah jaminan atau tanda kesungguhan keberhasilan menjadi murid Yesus yang sejati. Sikap murni, jujur, tidak mementingkan diri sendiri dalam melaksanakan tugas, itulah yang ingin disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya. Bukan status kedudukannya! Setiap orang, siapapun, baik resmi sebagai murid Yesus, maupun tidak mengenal Yesus, bila ia bersikap dan berbuat seperti dilakukan oleh Yesus, maka ia sungguh berpihak pada Yesus. “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita”, tegas Yesus.
Memiliki status apapun, harus dilengkapi dengan sikap kasih dan kelembutan hati. Yesus tidak marah dan tidak menghalangi apabila ada orang yang memang bukan murid-Nya, namun dalam kenyataan dapat mengusir setan atau berbuat baik. Ternyata untuk sungguh dapat berpihak pada Yesus, dibutuhkan kritik diri, otokritik atau mawas diri. Dalam Injil hari ini Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk mawas diri dalam gaya hidup dan pelayanan mereka.
Sifat manusia yang egosentris inilah yang diibaratkan sebagai tangan, kaki dan matanya, yang harus dipenggal dan dicukil, untuk menyelamatkan tubuh supaya sungguh sehat. Namun, Yesus bukan mengharuskan mengadakan mutilasi fisik secara medis. Ia hanya ingin agar kita memenggal atau menjauhkan kita dari egoisme terhadap sesama kita.
Kita sebagai orang yang secara resmi adalah kristiani, sebagai orang yang telah dibaptis dalam Kristus, harus berani mengadakan mawas diri. Agama kita sendiri adalah agama yang benar dan baik. Namun kenyataan bahwa kita memeluk agama yang benar, bukanlah dengan sendirinya kita adalah orang kristiani yang baik. Seperti dahulu murid-murid Yesus menganggap dirinya mampu berbuat segalanya, karena merasa memiliki status resmi sebagai “murid Yesus”, ternyata mereka tidak mampu mengusir roh, dan iri hati bahwa ada orang lain yang bukan murid Yesus, namun berhasil melakukannya. Bahkan ketika Yesus ditangkap, mereka justru melarikan diri. Ketika Yesus disalib, kecuali Yohanes, mereka tidak tampak!
Pertanyaan refleksinya, bagaimana perasaan Anda ketika ada orang lain yang lebih berhasil atau hebat dari Anda? Apa yang akan diupayakan agar bisa memiliki integritas menjadi murid Yesus di zaman sekarang ini?
Romo Yohanes Gunawan, Pr
Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya, Jangli – Semarang