Aku Telah Melihat Tuhan!

Oleh YOHANNA MARIA, OSF*

 

Semangat Paskah memberikan kemampuan untuk melihat Tuhan yang menjadi sumber pewartaan kita.  Pengutusan Paskah adalah  mewartakan Tuhan yang bangkit kepada orang lain agar mereka juga dapat melihat Tuhan dalam hidup kita. “Aku telah melihat Tuhan!” merupakan seruan kebahagiaan, pernyataan sukacita dan kegembiraan yang keluar dari Maria Magdalena (Yoh 20:18). Terang kebangkitan memampukan dia melihat Tuhan dalam seluruh hidupnya, dalam semua kenyataan pahit, lemah, terpinggirkan dan tersingkirkan, buruk, jijik bahkan yang paling gelap di mata dunia. Maria Magdalena mengalami dicintai dan dirangkul oleh Tuhan sedemikian sempurna sehingga ia sanggup memberi diri dan melepaskan segalanya dengan gembira untuk mengikuti Yesus sampai ke Golgota, bahkan dipilih oleh-Nya untuk melihat  Tuhan yang bangkit,  dan diutus menjadi pewarta-Nya. Pengalaman melihat  Tuhan yang bangkit itu menjadi isi pewartaan  bahwa  Tuhan yang diwartakan adalah Tuhan yang hidup, bukan Tuhan yang mati. Tuhan yang bangkit itu memberikan harapan serta keberanian  di tengah keputusasaan dan penderitaan, kegembiraan dan sukacita dari kehilangan serta hidup baru karena melihat secara baru dalam terang kebangkitan.

Tuhan  yang bangkit mendekonstruksi  peran patriarki dalam masyarakat Yahudi yang didominasi oleh kaum laki-laki, sedangkan kaum perempuan  tersubordinasi. Tuhan yang bangkit justru memilih untuk memperlihatkan diri-Nya pertama  kepada seorang perempuan. Maria Magdalena sebagai sosok perempuan yang  terpinggirkan, sebagai orang berdosa, lemah, tidak mempunyai peran dalam masyarakat. Dalam perjumpaannya dengan Tuhan  yang bangkit, dia bertobat dan mengikuti Yesus.  Dalam masyarakat kita, peran perempuan dianggap sebagai bagian paling kecil dan lemah. Kebangkitan Yesus mematahkan peran laki-laki yang  mendominasi  masyarakat Yahudi pada waktu itu dan sampai sekarang dalam masyarakat pada zaman now.

Aku telah melihat Tuhan,”  aku telah mengalami Paskah. Pernyataan sekaligus pewartaan yang disampaikan kepada dunia bahwa Paskah telah mengubah cara melihat yakni  melihat  dalam perspektif terang. Maria Magdalena berdiri dekat kubur dan menangis (Yoh 20: 11). Kubur itu gelap simbol kegelapan, duka kegelapan. Mata yang telah mencari Tuhan dan tidak menemukan-Nya siap untuk menangis dan Maria menangis lebih banyak karena Tuhan telah diambil dari kubur itu. Kesedihan lebih berat dirasakan daripada melihat Tuhan dibunuh di kayu salib.

Dia mati tetapi masih dapat melihat jenazah-Nya. Maria menangis karena penyesalan. Dia menangis karena belaskasih. Dia menangis karena cintanya yang setia. Sambil menangis, ia membungkuk dan melihat ke dalam kubur sehingga setidaknya dia bisa mendapatkan penghiburan karena melihat tempat itu. Membungkuk dan melihat merupakan sikap rendah hati dalam mencari Tuhan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Maria tidak terpaku pada kesedihannya, tetapi ia kemudian menyerahkan diri dalam kepasrahan yang tulus. Di sini penghiburan ditawarkan kepadanya dengan melihat dua malaikat yang duduk di sebelah kaki dan kepala  tempat Yesus dibaringkan. Terang kebangkitan menghalau kebisuan duka menjadi dialog Paskah.

Misteri Paskah memberikan sukacita dan pengharapan serta  melihat dalam terang harapan dan kegembiraan secara baru. Kita berada dalam masa transisi antara malam pandemi dan fajar hari  baru new normal yang tidak begitu kronologis, Covid-19 dan pasca Covid-19 karena setelah Covid-19 kita berhadapan dengan Omicron. Tetapi bukan itu yang kita lihat. Yang dapat kita lihat adalah apakah kita mampu melihat kehadiran Tuhan dan tindakan-Nya saat ini atau kita tetap menggerutu berkeluh kesah seperti berada dalam kubur gelap atau duka kegelapan hati pikiran dan mata batin kita? Kita mengabaikan luka mendalam dalam diri sesama di sekitar kita, sesama yang  terluka karena kehilangan segala yang ada dalam hidupnya.  Dia sudah bangkit dan kita telah melihat-Nya. Kita telah melihat Tuhan dalam sesama kita yang sedang sakit, sedang menderita karena penyakit, karena perang dan yang telah disingkirkan karena aib yang mengganggu pandangan mata manusiawi.

Bangkit memberikan sukacita, harapan dan memampukan kita melihat dalam terang pengharapan dan kegembiraan secara baru. “Aku telah melihat Tuhan,” mendekonstruksi cara kita melihat dunia, karena sering kali kita hidup dalam peristiwa, realitas sesaat kita sendiri atau kematian orang lain karena kelemahan dan kasus tertentu. Sebagai manusia Paskah kita harus mampu melihat dunia, sesama dan diri kita secara baru dalam harapan dan kegembiraan karena telah melihat Tuhan yang hadir dan hidup dalam setiap pribadi dan kenyataannya dalam dunia ini. Aku, kamu, kita telah melihat Tuhan. Selamat Paskah!

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *