
Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Skolastika.
Dalam Kid 8: 6-7, dikisahkan: “Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.
Lukas dalam injilnya (Luk 10: 38-42) mewartakan: “Ketika Yesus dan para murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudari yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani.
Marta mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudariku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil darinya.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, St Skolastika memberikan teladan bahwa cinta yang besar/mendalam, memungkinkan orang untuk mempersembahkan dirinya secara penuh kepada Allah. Dia juga mampu mengontrol keinginan akan kemahsyuran dan kesuksesan, harta milik dan kenyamanan hidup. Dia mewujudkannya dengan hidup sederhana, bertapa dan berdoa. Kita pun bersama Allah dan sesama, dapat mengontrol apa saja yang menjauhkan diri kita dengan Allah dan sesama.
Dua, Marta yang sudah biasa melayani para sahabat dan tamunya, ketika itu butuh bantuan adiknya (Maria) untuk melayani Yesus. Bagi mereka Yesus adalah sahabat karib mereka, sehingga layaklah untuk mendapat perhatian dan pelayanan istimewa. Menurut Marta, Maria hanya duduk-duduk dan santai-santai, sehingga ia kecewa dan kesal kepadanya. Padahal Maria sedang mendengarkan ajaran/pencerahan penting dari Yesus.
Kesal, kecewa dan marah yang tidak dikontrol dapat menjadi pintu masuk untuk terjadinya cek-cok, pertengkaran dan sakit hati. Syukurlah Yesus sebagai Guru telah menunjukkan hal yang penting. Kehadiran sahabat sudah semestinya diutamakan, dan sesudah itu barulah hal-hal yang lain. Amin.
Mgr Nico Adi MSC