Suster Laurensia Suharsih SDP terpanggil untuk melayani pengungsi dan korban perdagangan manusia (trafficking) di Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk itu, ia bergabung dalam lembaga Talitakum. Dalam sebuah webinar, ia berbagi pengalamannya melayani para pengungsi dan korban perdagangan manusia itu.
Dalam sharingnya, Suster Laurensia mengutip pesan Paus Fransiskus pada hari Migran Sedunia 2020, “Menyambut, melindungi, mempromosikan (mewartakan) dan mengintegrasikan”. “Paus menghendaki agar kita bisa menyambut, melindungi, dan mempromosikan serta mewartakan, serta mengintegrasikan apa yang menjadi pesan Paus dan dihidupi dalam menemani para pengungsi maupun korban perdagangan manusia,” kata Suster Laurensia.
Untuk memahami pesan tersebut, menurutnya, kita harus dekat dengan mereka. “Kemudian perlu mendengarkan, mendengarkan dalam arti tidak hanya mendengarkan saja. Bagaimana mendengarkan itu ya dengan hati, dengan berani berkorban apapun, yah, dalam arti waktu dan juga tekad untuk menemani mereka, dan berbagi dengan mereka apa saja yang mereka butuhkan agar mereka juga tumbuh berkembang bersama kita dalam pendampingan. Kemudian perlu terlibat langsung di lapangan. Jadi, tidak hanya istilahnya omong saja, tetapi bagaimana kita bisa terlibat langsung di lapangan dan perlu kerja sama karena mengurusi soal perdagangan manusia maupun pekerja migran itu, tidak bisa sendiri. Kita harus berjejaring dan bekerja sama untuk menemani, untuk melayani mereka,” katanya.
Banyak hal yang membuat seseorang bisa bermigrasi bahkan menjadi pengungsi. Menurut Suster Laurensia, penyebab orang mengungsi adalah karena persoalan politik di suatu negara, kemiskinan, krisis ekonomi, kelaparan, wabah penyakit maupun kriminalitas.
Dalam konteks NTT, Suster Laurensia mengatakan, orang pergi meninggalkan daerahnya untuk mencari pekerjaan. Di daerah asalnya sedikit kesempatan kerja. “Situasi dan kondisi alamnya yang mungkin kurang memberikan kehidupan, maka mereka banyak yang pergi meninggalkan daerahnya untuk merantau ke negara lain. Dalam hal ini kalau di orang-orang NTT banyak yang pergi ke Malaysia. Dan mereka secara besar-besaran bahkan ribuan orang yang meninggalkan kampung halamannya,” katanya.
Selain banyak yang pergi bekerja ke Malaysia, Suster Laurensia juga menemukan permasalahan yang masih membutuhkan penanganan seperti pengungsi eks Timor Timur dan masuknya migran dari Timur Tengah.
Pengungsi eks Timor Timur itu tidak semuanya mengalami kesejahteraan. “Mereka juga mengalami kemiskinan, kurangnya air, kurangnya gizi, tidak ada pekerjaan yang tetap, akses fasilitas publik itu jauh,” katanya.