Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA SJ
Pembukaan
Dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat, kita sudah merasakan kemudahan-kemudahan yang disajikan. Dalam komputer, penulisan dalam bahasa Inggris dibantu dikoreksi kalau salah tulis kata atau kalimat. Dengan Google Map kita dipandu menuju tujuan yang belum pernah kita ketahui arahnya. Kita juga tahu jalan mana yang ada kemacetan. Dengan Google kita dapat mencari data dan informasi yang kita butuhkan. Dengan WhatsApp maka pengguna bisa melakukan berbagai hal baik mengirim pesan, gambar, suara, bahkan dokumen. Sekarang kita sudah menghadapi era yang disebut Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan, di mana komputer dirancang agar dapat meniru kemampuan intelektual manusia. Dengan demikian AI memungkinkan komputer untuk belajar dari pengalaman, mengidentifikasi pola, membuat keputusan, dan menyelesaikan tugas-tugas kompleks dengan cepat dan efisien. (lihat https://stekom.ac.id/artikel/apa-itu-ai-kecerdasan-buatan-pengertian-kelebihan-kekurangan). Setiap penemuan baru, tentu yang ingin dicapai adalah sisi positfnya. Karena itulah memang tujuannya. Tetapi biasanya juga muncul yang tidak kita kehendaki, yaitu sisi kelemahannya atau negatifnya.
Keunggulan AI (ibid.)
AI memang memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya menjadi teknologi yang sangat menjanjikan di berbagai bidang. Kelebihan itu tampak dalam bidang seperti:
a. Kemampuan Analitik
AI mampu menganalisis data dengan cepat dan akurat, bahkan dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini memungkinkan pengambilan kesimpulan yang lebih baik dan prediksi yang lebih akurat.
b. Efisiensi Tinggi
Prosesnya memiliki kecepatan yang tinggi, sehingga AI dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan cepat dan akurat. Hal ini membantu menghemat waktu dan biaya dalam banyak bidang, seperti manufaktur, perbankan, dan logistik.
c. Pembelajaran Mandiri
AI mampu belajar dari data yang ada dan meningkatkan kinerjanya seiring waktu. Dengan demikian, sistem AI dapat terus berkembang dan menjadi lebih cerdas seiring berjalannya waktu.
d. Pengambilan Kesimpulan yang Objektif
AI dapat memproses data secara objektif tanpa dipengaruhi oleh emosi atau bias manusia. Hal ini dapat mengurangi kesalahan dan meningkatkan akurasi dalam pengambilan kesimpulan.
Kelemahan dan bahaya AI
Meski banyak keunggulan yang dapat kita manfaatkan, namun tidak tanpa kelemahan atau kesalahan. Ini dapat timbul dari data yang dipakai oleh AI. Cara bekerja AI sangat tergantung dari data yang ada dalam komputer itu. Penting bagi kita sebagai masyarakat untuk tidak hanya memahami, tetapi juga siap dan waspada menghadapi bahaya ini dengan bijaksana untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan. Berikut adalah beberapa bahaya dari AI yang wajib diketahui. (bdk. https://stekom.ac.id/artikel/wajib-tahu-bahaya-ai-artificial-intelligence).
a. Kecerdasan Buatan Mandiri (Autonomous AI)
Kecerdasan buatan ada yang mandiri. Yaitu jenis AI yang dapat mengambil keputusan tanpa campur tangan manusia. Meskipun memiliki potensi untuk menghadirkan perbaikan dan efisiensi dalam berbagai sektor, kecerdasan buatan yang mandiri juga membawa risiko yang serius. Yaitu manusia tidak mampu mengendalikan AI. Ini dapat menyebabkan konsekuensi yang tak terduga dan bahkan berbahaya jika hal-hal berjalan tidak sesuai rencana.
b. Pengangguran Massal dan Disparitas Sosial
Penggunaan AI dalam proses produksi dan layanan dapat menggantikan pekerjaan manusia, menyebabkan pengangguran massal di beberapa sektor. Jika tidak ada tindakan proaktif, hal ini dapat meningkatkan disparitas sosial antara pemilik teknologi AI dan mereka yang kehilangan pekerjaan. Di sini sikap moral dan sikap membela orang miskin diuji. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang bijaksana untuk mengatasi masalah ini, seperti pelatihan ulang untuk tenaga kerja agar bisa beradaptasi dengan perubahan teknologi.
c. Pelanggaran Privasi
AI mengumpulkan dan menganalisis data secara besar-besaran untuk menghasilkan hasil yang akurat. Namun, penggunaan data ini juga membuka potensi untuk pelanggaran privasi. Jika data pribadi jatuh ke tangan yang salah atau digunakan untuk tujuan yang tidak etis, dapat menyebabkan kerugian besar bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Perlindungan data menjadi sangat penting untuk menghindari penyalahgunaan AI.
d. Bias dan Diskriminasi
AI cenderung mengambil keputusan berdasarkan data pelatihan. Jika data tersebut memiliki bias atau diskriminasi yang ada di masyarakat, AI juga akan mencerminkan bias ini dalam keputusan dan tindakannya. Hal ini bisa menyebabkan diskriminasi sistemik dalam berbagai sektor, seperti pengangguran, perumahan, dan keadilan pidana. Perlu diupayakan untuk menyusun dataset yang representatif dan menyelidiki bias apa pun yang mungkin ada dalam sistem AI.
e. Keamanan Cyber dan Ancaman Militan
AI dapat digunakan oleh pihak-pihak jahat untuk mengembangkan serangan siber yang lebih canggih dan merusak. Dengan kecerdasan buatan, serangan siber bisa lebih sulit dideteksi dan dipertahankan. Selain itu, teknologi AI juga dapat digunakan dalam teknologi militer, yang jika jatuh ke tangan yang salah, bisa berujung pada bencana kemanusiaan.
Bagaimana menghadapi bahaya AI
Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah mengubah wajah teknologi dan membawa dampak besar pada kehidupan kita. AI telah memberikan solusi yang luar biasa dalam berbagai sektor, dari kesehatan dan transportasi hingga keuangan dan industri. Namun, di balik semua keuntungan ini, terdapat potensi bahaya yang tidak boleh diabaikan. Penting bagi masyarakat dan pembuat kebijakan untuk memahami dan menghadapi bahaya AI dengan bijaksana untuk menciptakan dunia yang aman dan berkelanjutan. Untuk itu beberapa hal berikut perlu diperhatikan:
a. Transparansi
Pengembang dan organisasi harus menjelaskan bagaimana AI mengambil keputusan dan bekerja, agar dapat dipahami oleh para pemakai dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Regulasi
Diperlukan regulasi yang baik untuk mengawasi penggunaan dan pengembangan AI. Ini perlu untuk mencegah penyalahgunaan dan dampak negatif. Peran Pemerintah sangat perlu di sini.
c. Pendidikan dan Pelatihan
Masyarakat perlu didukung dengan pendidikan dan pelatihan yang relevan agar dapat beradaptasi dengan perubahan teknologi AI.
d. Pengawasan dan Kendali
AI mandiri perlu diawasi secara ketat dan diberikan kendali manusia untuk menghindari keputusan yang berbahaya. Juga pemerintah wajib bertindak di sini.
e. Auditing
Sistem AI harus diaudit secara berkala untuk mendeteksi bias dan memastikan keadilan dalam hasil keputusan.
Harus bijaksana dalam menggunakan AI
AI memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif pada masyarakat dan ekonomi. Dan memang AI telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan kita. Tetapi juga menyimpan bahaya yang perlu diwaspadai. Penting bagi kita untuk memahami dan menghadapi risiko yang ada untuk memastikan bahwa kecerdasan buatan dapat dikembangkan dan digunakan dengan bertanggung jawab. Regulasi yang baik, transparansi, auditing, dan kesadaran akan pentingnya etika dalam pengembangan AI akan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan masa depan yang dihadirkan oleh teknologi ini. Dengan mengadopsi langkah-langkah pencegahan dan kebijakan yang bijaksana, kita diharapkan dapat menghadapi dan mengatasi bahaya AI dengan efektif, sambil memanfaatkan teknologi ini untuk kemajuan yang berkelanjutan.
Tanggungjawab orang tua dan pendidik
Memang generasi muda kita perlu dilibatkan sejak dini. Untuk itu perlu didampingi dalam memasuki era artificial intelligence yang membutuhkan sikap bijaksana, hati-hati, rasa tanggung-jawab yang tinggi atas segala tindakannya, mampu mengendalikan nafsu ingin tahu, dan tidak mudah terpukau akan apa yang dapat terjadi. Memiliki rasa hormat akan setiap pribadi manusia yang memiliki martabat tinggi. Mereka yang terdampak oleh kegiatan kita dengan AI, perlu selalu menjadi perhatian utama. Sehingga tak akan memakai AI yang akan merugikan martbat manusia itu sendiri, termasuk lingkungan hidup manusia yang juga ciptaan Allah yang agung. Orang-tua bersama dengan para pendidik di sekolah, dalam perkara yang begitu serius ini, tidak boleh lepas tangan dan mereka memiliki kewajiban serius untuk mendampingi anak-anak muda mereka. Jangan sampai anak dilepaskan sendiri dalam menghadapi AI yang pasti sangat menarik dan mengasyikkan pula. Dengan demikian anak muda mendapat pendidikan iman yang sepadan dengan tantangannya, menjadi pribadi yang berkarakter, dan memiliki rasa tanggung-jawab yang besar bagi masyarakat dan bangsa.
Maka orang tua sendiri dan para pendidik perlu membekali diri baik dari sisi iman maupun pengetahuan yang cukup mendalam mengenai kemampuan-kemampuan AI, terlebih mengenai bahaya-bahaya yang ada.
Pendidikan iman anak
Secara umum telah disebutkan sebelumnya. Secara lebih rinci disampaikan hal-hal penting dalam rangka mendidik dan mendampingi iman mereka:
a. Pendidikan hati nurani
Ketika Allah menciptakan manusia, Ia menciptakan seturut gambar dan rupa (citra) Allah sendiri (bdk. Kej 1:26-27). Manusia dikaruniai akal budi, hati dan kehendak. Berarti dikaruniai kemampuan mencintai dan menanggapi cinta serta dikaruniai kehendak yang menetapkan sikap dan perilaku dilaksanakan. Diciptakan demikian karena manusia dikehendaki untuk menjadi partner kasih-Nya, dan menjadi saudara bagi sesamanya. Maka hidup manusia itu berdasarkan etika dan moral. Bertindak benar berdasarkan akal budi dan bertindak yang baik berdasarkan hati. Dan semua dipertanggungjawabkan kepada Allah dan kepada sesama. Ajaran Gereja merumuskan demikian: ”Di lubuk hati nuraninya, manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri, tetapi harus ditaatinya. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik dan untuk menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jauhkanlah ini, elakkanlah itu. Sebab dalam hatinya manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu, … Hatinurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam hatinya.” (GS 16, KGK 1776). Dari rumusan tersebut kalau kita simak lebih lanjut, berarti kemampuan hati nurani mencakup dua hal. Satu, kemampuan untuk menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri. Hukum itu: bahwa orang harus mencintai Allah dan sesama dan melakukan yang benar dan baik. Yang kedua, kemampuan untuk menemukan Allah yang sapaan-Nya menggema dalam lubuk hatinya yang terdalam; hati nurani ibaratnya ‘sanggar suci’ tempat manusia dan Allah berjumpa. Hidup orang harus beretika dan bermoral, mengikuti hati nurani.
b. Pengetahuan dan penghayatan iman
Pengetahuan iman anak perlu dikembangkan. Mencakup martabat manusia yang tinggi bersama dengan lingkungan hidupnya. Mereka ini merupakan jejak-ciptaan Allah dan sekarang pun Allah tetap menyelenggarakan kelangsungan dan pertumbuhan mereka. Dalam jejak-jejak penciptaan terkandung hukum alam yang pantas kita hormati. Tujuan akhir semua ciptaan adalah Allah sendiri. Masalah pemanasan bumi, sebenarnya terganggunya hukum alam. Ini dapat membawa bencana bagi manusia, kalau tidak dipulihkan. Maka ada istilah pembangunan yang berkelanjutan, bukan sebaliknya pembangunan berkehancuran. Kalau sekarang bahan bakar dari fosil menyumbang dalam hal meningkatnya pemanasan bumi, ulah kita dengan AI jangan sampai merugikan masyarakat kecil, menyudutkan petani, nelayan, kaum buruh, maupun orang miskin. Kesejahteraan yang adil dan beradab, tetap harus menjadi tujuan segala kegiatan dengan AI.
Pendidikan iman ini harus disertai dengan penghayatannya secara konkret. Kecuali ikut perayaan Ekaristi, doa malam disertai penelitian batin, anak yang diserahi tugas kebersihan kamar tamu, anak yang lain kebersihan kamar makan, kecuali kebersihan kamar tidur masing-masing, yang dikerjakan demi Allah yang diabdi, dapat membantu perkembangan penghayatan iman. St. Paulus mendidik iman umat Kolose juga demikian: “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kol 3:23).
c. Memahami perilaku bisnis dan pemerintah
Ada tiga pilar masyarakat, yaitu: pemerintah yang mencakup legislatif dan eksekutif, pelaku usaha atau bisnis, dan masyarakat sipil, ya kita ini. Seharusnya pemerintah yang mengatur agar keuntungan bisnis bagi kesejahteraan umum (sila 5). Sesuai sila 5, kesejahteraan tersebut harus adil dan merata. Dalam situasi yang belum merata, maka yang utama harus diangkat adalah mereka yang miskin (preferential option for the poor), seperti buruh, petani dan nelayan. Para pengguna AI kiranya adalah Pemerintah dan Pelaku Usaha. Kebiasaan sampai sekarang, hubungan Pemerintah dan Pelaku Usaha sangat erat, sehingga kepentingan rakyat kecil kurang di perhatikan. Banyak yang dari pemerintahan juga sekaligus pelaku bisnis. Bias ini jangan sampai mempengaruhi data AI. Kecenderungan Pemerintah membangun oligarki, membuat keputusannya selalu menang, dan tidak memperhatikan suara minoritas. Ini juga suatu bias yang dapat masuk ke data AI kita. Maka jangan dipakai kalau sudah tahu bahwa datanya mengandung sikap bias dan tidak objektif lagi.
Penutup
Sabagai penutup disajikan di sini pandangan dan tanggapan Paus Framsiskus mengenai hadirnya teknologi baru Artificial Intelligence ini. (https://www.vatican.va/content/francesco/en/speeches/2024/june/documents/20240614-g7-intelligenza-artificiale.html). Lihat sumber ini yang disarikan secara bebas sebagai berikut:
Satu, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil cemerlang dari kemampuan kreatif daya pikir manusia yang diciptakan Allah. Sekarang daya pikir manusia telah menciptakan sarana atau alat yang super canggih yaitu kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence disingkat AI.
Dua, kemampuan AI sungguh dahsyat sehingga telah mengggemparkan dan menggembirakan di bidang obat-obatan sampai dunia pekerjaan, bidang kebudayaan sampai bidang komunikasi, dari bidang pendidikan sampai dengan politik. Maka pasti pelan-pelan memengaruhi cara kita hidup, cara kita berkomunikasi dan berelasi dengan orang lain.
Tiga, dari satu sisi menimbulkan kegembiraan dan ketercengangan atas hasil yang mungkin dicapai. Sungguh merupakan revolusi industri pengetahuan yang dapat memengaruhi lahirnya suatu sistem sosial baru dengan karakter transformasi zaman. Namun sekaligus menimbulkan kecemasan karena bahaya yang menyertainya. Umpama melahirkan ketidakadilan antara negara yang lebih maju dengan yang tertinggal, antara kelas masyarakat yang berkuasa, dan kelas yang tertindas.
Empat, manusia tidak selalu menggunakan alat bagi tujuan yang baik. Umpama pisau untuk membunuh. Demikian pula penggunaan AI. Maka ada tuntutan bahwa AI akan dipergunakan secara etis, umpama demi kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat. Tetapi siapa dapat menjamin. Memang perlu ada aturan, regulasi yang berdasarkan etika dan moral. Kita perlu memastikan dan menjaga agar dalam penggunaan AI, masusia tetap dapat menguasai dan mengotrol hasil proses program AI. Baik itu yang membuat program dengan AI, atau pemakainya.
Lima, aplikasi yang menggunakan generatif AI dapat membantu membuat makalah, membuat gambar yang sesuai dan lainnya. Bahaya bagi mahasiswa, karena dia sendiri tidak merefleksikan apa yang ada dalam makalahnya. Ia sebenarnya tidak berkembang. Bahaya lain adalah berita dan gambar asli, tetapi palsu. (Paus Fransiskus pernah dijadikan kabar dan berita palsu, beredar gambar paus memakai jaket putih yang menggelembung. Ada lagi Paus sedang bermain ski dan ada juga yang sedang naik motor. Asli tetapi palsu). Paus mendukung adanya penandatanganan di Roma tahuan 2020 agar AI beretika. Ini yang Paus sebut dengan nama: Algor-ethics.
Enam, akhirnya politik yang baik diperlukan untuk memandu perkembangan AI dan penggunaannya yang baik bagi kemajuan kesejahteraan umum yang adil dan beradab.