
Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA, SJ
Pembukaan
Tahun ini kita sedang dalam Tahun Yubileum, yang sudah dimulai sejak malam Natal 24 Desember 2024 dengan membuka pintu suci dari Basilika St. Petrus. Penutupannya pada Hari Penampakan Tuhan pada tanggal 6 Januari 2026. Temanya adalah Peziarah Pengharapan. Dalam Tahun Yubileum 2025, kita sedang diajak bersyukur atas melimpahnya rahmat penghapusan siksa sementara dari dosa-dosa yang telah diampuni dengan sakramen pengampunan dosa. Selanjutnya kita sedang diajak untuk bertobat sebagai Peziarah Pengharapan. Masa Prapaskah 2025 ada di dalamnya. Maka sangat sesuai bahwa selama masa Prapaskah 2025 nanti yang disertai Aksi Puasa dan Pembangunan (APP) 2025, tema APP-nya adalah: “Bersekutu dalam doa, pertobatan dan pengharapan.” Selama APP 2025, seperti biasanya memang umat akan mengadakan ibadat, doa bersama, membaca kutipan Kitab Suci, mendengarkan uraian pemandu dan merenungkannya. Lalu umat memperdalam pemahaman tentang tema, mengambil keputusan untuk kegiatan sosial, mengumpulkan dana untuk bakti sosial dan lain-lainnya, yang dilakukan dalam suasana iman dan doa. Mengenai dana untuk bakti sosial akan ditambah dari yang telah dikumpulkan oleh paroki-paroki ke Dana APP Nasional.
Bersekutu dalam doa
Selama APP 2025, umat diharapkan berkumpul 5 kali, dengan tema APP yang disediakan. Doa yang akan dilaksanakan diharapkan doa yang mendalam, yang sungguh lahir dari iman. Tidak hanya berdoa sendiri-sendiri yang dilakukan bersama-sama, melainkan doa bersama seluruh umat, yang tumbuh karena penghayatan iman yang sama, yang terarahkan pada tema masa APP. Maka Masa Prapaskah yang segera datang ini, mengajak umat bersekutu dalam doa. Tidak hanya berdoa seperti biasanya, melainkan Umat dalam lingkungan Gerejani (umat basis) diajak bersekutu bersama-sama berdoa. Menekankan kebersamaanya, sehingga dipakai istilah bersekutu dalam doa. Kita tahu ada persekutuan doa karismatik. Bersekutu semacam itulah umat diharapkan melaksanakan APP, baik bersekutu dalam berdoa, mengadakan renungan bersama dan berbuat sesuatu bersama. Semoga ini memengaruhi bersekutunya umat di luar doa, yaitu semakin tumbuhnya persaudaraan berdasarkan iman, bukan berkumpul karena kecocokan atau kesamaan minat di antara sesama umat lingkungan, meski itu pun juga baik.
Dengan APP diharapkan tumbuh mekarnya persaudaraan berdasarkan iman, yang justru mereka yang tidak cocok pun tetap dapat bersekutu dalam doa dan renungan bersama, yang juga melancarkan rembug bersama untuk sampai pada kesepakatan-kesepakatan bersama. Bersekutu sebenarnya mengungkapkan jati diri kita sebagai orang-orang yang dibaptis dan bersama-sama membangun Tubuh Kristus atau Gereja-Nya. Digambarkan sebagai Tubuh dengan banyak anggota, mengacu pada eratnya hubungan antara jari-jari di tangan, antara jantung dan paru-paru. Demikian juga hendaknya umat beriman hidup bersekutu satu sama lain, sehingga umat di lingkungan nanti dalam berdoa selama APP juga bersekutu. Ini berlaku bagi mereka yang merayakan APP 2025 berdasarkan lingkungan atau berdasar teritorial. Bagi Kelompok Kategorial, tantangan bersekutu dalam doa lebih mudah, karena mereka telah berkumpul berdasarkan suatu kesamaan.
Pertobatan
Memang masa Prapaskah adalah masa pertobatan 40 hari dalam rangka menyongsong Paskah, hari raya Kebangkitan Kristus. Pertobatan ini searus dan sejalan dengan pertobatan pada Tahun Yubileum. Maka pertobatan ini mencakup 3 bidang, yaitu relasi kita dengan Allah, dengan sesama dan lingkungan hidup kita.
a. Membangun relasi dengan Allah.
Kita selayaknya menghayati masa Prapaskah dengan pertobatan yang sejati. Pertobatan sejati berarti menyesali dan meratapi dosa-dosa dan kesalahan kita di hadapan Tuhan, karena itu melukai hati Yesus, melukai hati Tuhan. Maka berniat teguh untuk selanjutnya hidup lebih baik dari sebelumnya. Justru pada Tahun Yubileum ini rahmat pengampunan Bapa mengalir secara melimpah bagi kita yang memohonnya. Mengalirlah secara murah rahmat penyucian serta penyilihan atas dosa-dosa kita yang sumbernya adalah Kristus sendiri yang telah memberikan silih atas dosa-dosa kita, dan lewat Gereja disampaikan kepada umat-Nya. Kalau Allah sudah membuka diri untuk mengampuni, selayaknya dari pihak kita yang sedang menghayati Masa Prapaskah dengan APP 2025-nya, kita akan bertobat sejauh-jauhnya, disertai remuk redamnya hati kita dan usaha memberi silih juga dengan pantang, puasa dan bentuk-bentuk matiraga lainnya. Dengan rahmat Allah yang melimpah kita pasti bisa membuat diri kita bertobat sejauh-jauhnya dan sungguh menjadi manusia baru. Kita bangun relasi kita dengan Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya. Semoga Roh Kudus membimbing kita untuk selama masa Prapaskah ini, mengembangkan cinta bhakti kita kepada Yesus yang telah mencintai kita sehabis-habisnya dengan mengorbankan Diri di salib untuk kita. Kita tidak cukup dengan sesal akan dosa-dosa. Tetapi terlebih karena dosa melukai hati-Nya yang mencintai kita. Sehingga kita juga menyampaikan silih dengan pantang dan puasa dan matiraga lainnya secara sukarela dan bukan untuk mentaati aturan hukum saja, tetapi karena kita mencintai-Nya. Ingatlah kita yang makhluk hina yang kerap berdosa ini, dengan Baptis dan Krisma, kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah dalam Kristus, menjadi ahli waris surga, sudah dimasukkan dalam Kerajaan Allah. Itu semua mengundang kita untuk balik mencintai Yesus, mencintai Allah sebesar-besarnya. Kecuali mempersembahkan hidup, kita tentu banyak berdoa, yang berarti hubungan hati, layaknya umat yang mencintai Yesus.
b. Membangun relasi dengan sesama.
Dengan tobat dan penyesalan yang sama, kita bangun secara baru relasi kita dengan sesama, yang ditandai dengan sikap kurang peduli, atau tidak ramah karena tidak suka atau memusuhi. Terlebih dengan mereka yang sehari-harinya berinteraksi dengan kita. Hubungan kasih dalam keluarga kita perbarui dari retak-retak, gesekan-gesekan dan kurangnya kepercayaan satu sama lain. Syukur jika rekonsiliasi yang penuh ini membuat kasih dalam keluarga pulih seperti pada awal-awal berkeluarga. Demikian juga hubungan kita dengan tetangga kita perbarui menjadi hubungan persaudaraan yang lebih erat. Kalau ada kesalahan, kita saling mohon ampun. Mengingat anjuran Paus Fransiskus yang berkunjung ke Indonesia, hendaknya kita kuat dalam iman, terbuka dalam berelasi dengan sesama untuk membangun persaudaraan yang sejati dan berdialog, dekat dengan sesama dengan semangat belarasa. Kita bangun persaudaraan antar umat beriman menjadi Umat Basis Kristiani, sekaligus membangun Umat Basis setempat di tengah masyarakat. Umat basis yang dibangun dengan kasih sejati dengan berbelarasa dengan saudara-saudari kita yang miskin, sendirian, menderita dan difabel. Kita bangun persaudaraan kita sedemikian rupa sehingga tidak ada yang kelaparan, yang sakit mendapatkan perawatan, yang sakit keras mendapatkan pendampingan yang hangat. Kunjungan sebentar-sebentar ke rumah tetangga sangat membantu tumbuhnya persaudaraan. Kepada yang tak dapat kita jangkau kita doakan. Maka mari kita doakan para migran atau pengungsi, sehingga mereka menemukan tempat untuk memulai hidup barunya. Kita doakan agar perdagangan manusia dengan segala bentuknya dapat dihentikan. Kita hapus segala bentuk kekerasan, baik fisik maupun psikis. Kita kutuk perang dengan perdagangan senjata nuklirnya. Dalam masa Prapaskah kita biasa mengumpulkan dana untuk amal kasih kepada saudara-saudari yang sangat membutuhkan.
c. Membangun sikap peduli dan hormat kepada lingkungan hidup.
Bumi di Indonesia dengan udara dan lautannya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Telah lama kita memiskinkan bahkan merusak lingkungan hidup, rumah kita bersama. Gejala pemanasan bumi dengan perubahan iklimnya telah terasa dan banyak bencana alam telah bermunculan. Maka sudah saatnya kita bertobat dan membuat gerakan yang tidak hanya melindungi, tetapi juga memulihkan lingkungan hidup kita. Kita buat sampah menjadi berkah. Sampah yang organik kita jadikan pupuk. Sampah plastik kita kumpulkan dan kita olah menjadi barang-barang yang berguna. Kita hijaukan pekarangan kita dengan kita tanami pohon-pohon yang berbuah atau pohon yang dapat kita manfaatkan kayunya. Kita buat selokan-selokan menjadi bersih karena sampah sudah kita kelola. Pupuk yang kita pakai semakin banyak dari pupuk kompos dan makin kita kurangi pupuk buatan yang tidak menyuburkan tanahnya; bahkan sebaliknya memiskinkan tanah, membuat tanah tergantung pada pupuk buatan. Kita subur dan kembangkan hutan bakau di pantai. Lahan yang dapat ditanami pohon hendaknya tidak dibiarkan kosong. Hutan kita jaga dan bukannya digunduli. Yang sudah terlanjur digunduli sekarang perlu ditanami pepohonan lagi supaya pulih. Sehingga akar-akar pepohonan dapat menahan air agar tanah tidak longsor pada musim hujan, dan air ditahan di tanah menjadi sumber-sumber air bagi kebutuhan ternak dan manusia. Para penambang perlu dikenakan kewajiban untuk memulihkan lahan tambang menjadi kembali seperti semula, yaitu tanah yang rimbun bertanaman hijau. Tak bosan-bosan kita teriakkan terus: “penghijauan, penghijauan, penghijauan!” Udara kita jaga agar bersih dari macam-macam polusi. Paus Fransiskus mengharapkan agar kita manusia hidup di bumi ini sebagai peziarah, bukannya sebagai tuan atau penguasa yang bisa semena-mena. Indonesia menyebutnya Ibu Pertiwi. Kalau kita menghormati bumi, langit dan lautan sebagai ibu, kita justru akan mengalami kebaikan dan kasihnya kepada kita.
Pengharapan
Selama menjalankan APP, pasti dengan berdoa dan renungan, iman telah terkembangkan. Demikian pula kasih kepada sesama telah semakin hidup dengan tumbuhnya niat membantu sesama yang membutuhkan. Iman dan kasih telah dikembangkan. Tinggal satu keutamaan yang utama yang sepantasnya kita perhatikan, yaitu pengharapan. Tidak hanya karena Tahun Yubileum 2025 telah mencanangkan agar kita menjadi Peziarah Pengharapan, tetapi juga APP 2025 sendiri perlu dihayati secara penuh dengan 3 serangkai keutamaan utama, yaitu Iman, Harapan dan Kasih.
Apa isi harapan itu yang paling pokok? Tentu harapan di sini bukan sembarang harapan, seperti umpama mengharapkan akan lulus ujian, harapan supaya hari Minggu tidak hujan, karena ingin pergi ke Gereja. Harapan yang kita bicarakan di sini adalah harapan akan hidup mulia di surga pada akhir hidup kita, yaitu mulia bersama Bapa dalam Yesus Kristus oleh Roh Kudus. Harapan itu terlaksananya tujuan manusia diciptakan Tuhan. Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati dan mengabdi Allah, dan dengan demikian menyelamatkan jiwanya (Latihan Rohani No. 23) atau hidup mulia di surga menyatu hidup dengan Allah dalam Yesus Kristus oleh Roh Kudus. Kita lahir karena diciptakan Allah, hidup dan berkembang karena daya cipta Allah, akhirnya mati dan kembali menyatu dengan Allah. Tujuan hidup adalah Allah sendiri. Hidup kita di dunia adalah suatu peziarahan pengharapan, perjalanan menuju Allah. Dalam peziarahan kita dituntun oleh harapan yang pasti.
Harapan itu pasti. Karena justru itu yang dikehendaki Bapa. Dan ketika tujuan itu digagalkan oleh dosa manusia, segeralah Allah menetapkan rencana penebusan yang sering disebut Proto Evangelium (bdk. Kej 3:15). Allah Putra diutus Bapa untuk menjelma menjadi manusia Yesus untuk menebus dosa manusia. Dengan penebusan-Nya kita diselamatkan, dan kita dapat sampai ke kemuliaan surgawi, seperti telah diharapkan Allah ketika kita diciptakan. Roh Kudus pun telah dicurahkan untuk membimbing dan menguatkan kita yang beriman dan dibaptis. Paulus merumuskan demikian: “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” (Rom: 5:1-2) ….. “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Rom 5:5).
Bahkan, meskipun dalam perjalanan hidup ada banyak cobaan, penderitaan dan lain-lain, untuk dapat setia dalam iman, namun itu tidak mengurangi ketabahan dan ketekunan untuk tetap setia. Paulus menulis: “Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Rom 5:3-4.)
Jadi harapan yang pasti tadi lahir dan dasarnya adalah cinta Tuhan yang keluar dari hati Yesus yang ditusuk oleh tombak dan mengalirkan darah dan air ketika tergantung di salib (Bulla Spes Non Confundit No. 3). Paulus menulis: “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru (belum beriman dan belum dibaptis), diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan (karena iman dan baptis), pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” (Rom 5:10). Hidup Yesus ini juga terungkap dalam kehidupan kita, dimulai sejak baptis, berkembang dalam keterbukaan terhadap rahmat Allah dan dimeriahkan oleh harapan yang selalu diperbarui dan diteguhkan oleh karya Roh Kudus. Semoga pemahaman kita terhadap harapan kita diperbarui dan diperdalam selama kita menghayati Masa Prapaskah dengan APP 2025. Kecuali itu, kita sekaligus para peziarah pengharapan, juga menjadi tanda pengharapan yang nyata bagi saudara-saudari yang membutuhkan dukungan agar tetap berpengharapan. Mereka ini umpama: yang sakit dan yang ada dalam penjara kita kunjungi, orang lanjut usia yang kesepian kita temani, dan orang difabel kita pedulikan, kita bantu sesuai dengan kebutuhannya.
Semoga dengan melaksanakan APP 2025 dan menghidupi Masa Prapaskah dengan cara demikian tadi, kita semakin layak merayakan Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus.