Panggilan Kita Sama, Bertumbuh Menuju Kesempurnaan Kesucian

Uskup Ordinariatus Castrensis Indonesia (OCI), Bapak Ignatius Kardinal Suharyo menyampaikan ungkapan  terima kasih pada umat Katolik yang memilih profesi Polri dan TNI. Hal itu disampaikan dalam perayaan ekaristi Taruna-Taruni Akpol dan Umat di Lingkungan TNI-Polri Wilayah Semarang di Gereja Santo Athanasius Agung, Karangpanas, Semarang, 4 Agustus 2023

“Terima kasih untuk memilih profesi itu, karena kita semua tahu, profesi Polri dan TNI adalah bagian yang sangat penting sejak awal kemerdekaan Indonesia dan saya yakin dalam sejarah bangsa Indonesia selanjutnya,” ungkapnya dalam homilinya.

Melalui homilinya, Kardinal Suharyo memberikan peneguhan kepada Taruna-Taruni Akpol dan Umat di lingkungan TNI-Polri. Demikian petikan homilinya.

“Saya ingin menawarkan satu renungan, moga-moga ada sesuatu yang dapat ditangkap sebagai pesan iman, bukan pesan saya, tetapi pesan iman.

Pada hari ini kita memperingati seorang kudus yang namanya Santo Yohanes Maria Vianney. Di dalam Gereja Katolik, kita semua tahu ada yang tidak ada di tempat lain, yaitu orang kudus. Di dalam Gereja Protestan pun tidak ada yang namanya santo dan santa. Santo dan santa itu hanya ada di dalam Gereja Katolik. Mengapa? Jawabannya sederhana. Karena orang-orang Kudus itu telah sempurna di dalam menanggapi panggilan Tuhan. Sempurna.

Lalu panggilan Tuhan itu apa? Ajaran Gereja mengatakan begini. Setiap pribadi dalam peranan tugas, fungsi apapun, mempunyai panggilan yang sama. Kita semua mempunyai panggilan yang sama. Panggilan yang sama itu disebut di dalam tiga kata yang berbeda, tetapi isinya sama, yaitu bertumbuh menuju kesempurnaan hidup Kristiani, bertumbuh menuju kesempurnaan kasih, bertumbuh menuju kesempurnaan kesucian. Itu ajaran resmi Gereja dari Konsili Vatikan II tahun 65.

Pada tahun 2018 yang lalu, Paus Fransiskus menulis suatu anjuran  bagi kita semua. Judulnya menarik “Bergembira dan Bersukacitalah”. Sub judulnya “Panggilan Menuju Kesucian di dalam Dunia Modern”. Tidak dulu, tidak sekarang tidak yang akan datang, panggilan kita sama, bertumbuh menuju kesempurnaan kesucian.

Orang-orang kudus seperti halnya Santo Yohanes Maria Vianney, yang kita peringati pada hari ini mencapai kesempurnaan itu, maka disebut kudus. Kita moga-moga nanti entah siapa tahu ada di antara kita yang dinyatakan sebagai orang kudus, tetapi mungkin masih terlalu jauh bagi kita-kita ini. Tetapi panggilan kita tetap saja sama. Dan tidak perlu dibayangkan untuk menanggapi panggilan itu kita harus melakukan sesuatu yang sangat istimewa. Tidak. Paus Fransiskus memberikan contoh-contoh, ada yang umum, ada yang khusus.

Yang umum, misalnya, apakah Anda seorang religius? Suster, bruder, pastur, jadilah suci dengan menghayati hidup Anda dengan gembira. Jadi kalau nanti ketemu dengan suster, bruder, pastur yang wajahnya muram, itu pasti tidak sedang berjalan menuju kesempurnaan kasih, entah berjalan ke mana. Apakah Anda berkeluarga? Jadilah suci dengan mencintai istri atau suami Anda. Apakah Anda seorang pekerja? Jadilah suci dengan bekerja secara jujur dan semangat melayani. Apakah Anda seorang pejabat? Jadilah suci dengan menjalankan jabatan itu untuk kepentingan bersama, untuk kesejahteraan bersama dan menjauhkan diri dari maksud-maksud tersembunyi. Jalan yang sangat umum.

Pada nomor berikutnya, Paus Fransiskus memberikan contoh yang lebih konkret, nanti sebetulnya kalau kita dalam kesempatan ini, contoh-contoh Paus Fransiskus itu bisa dijabarkan lebih umum bagi kita. Apakah Anda seorang anggota Polri? Jawabannya jadilah suci dengan menjalankan Tri Brata dan Catur Prasetya. Itu jalan menuju kesucian. Apakah Anda seorang anggota TNI? Jawabannya, jadilah suci dengan Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI.  Itu jalan menuju kesucian yang lebih konkret.

Paus Fransiskus memberikan contoh seorang ibu. Seorang ibu pergi ke pasar. Di pasar, ia bertemu dengan tetangganya, terjadilah pembicaraan yang sangat seru sampai pada suatu titik mereka mulai bergosip. Gosip itu bicara jelek tentang orang lain. Tetapi ibu itu mengatakan tidak. “Saya tidak mau berbicara jelek tentang orang lain.” Paus mengatakan satu langkah menuju kesempurnaan kasih.

Ibu itu pulang ke rumah. Sudah lelah tetapi salah seorang putranya minta waktu untuk didengarkan harapan-harapan dan mimpi-mimpinya. Ibu itu duduk mendengarkan dengan penuh perhatian meskipun lelah. Paus mengatakan satu langkah maju lagi menuju kesempurnaan kesucian.

Kali lain, ibu itu merasa cemas entah karena apa lalu dia ingat ada Bunda Maria Penolong Abadi. Ia mengambil rosario, berdoa. Satu tangga naik lagi menuju kesempurnaan  kesucian.

Contoh terakhir, hari yang berikutnya ibu itu  pergi keluar rumah. Dia berjumpa dengan seorang pengemis yang kelihatan letih, lesu, sedih. Ibu itu mendatangi pengemis itu mengucapkan kata-kata yang bersahabat dan menghibur. Satu tangga naik lagi menuju kesempurnaan kesucian.

Para Bapak dan Ibu, Saudari-saudaraku yang terkasih, dengan contoh-contoh seperti ini, saya yakin kita bisa melihat bahwa di depan kita adalah kesempatan-kesempatan untuk menanggapi panggilan Tuhan dalam pelayanan kita sehari hari. Sekecil apapun, sebesar apapun, itu semua adalah jalan, tangga naik menuju kesempurnaan kasih, kesempurnaan kesucian.

Saya pribadi sangat yakin, ketika kita semua, kita masing-masing yakin, bahwa kita ini mempunyai panggilan yang sama, jalannya bisa berbeda-beda, kita semua akan semakin bersyukur atas panggilan itu. Ketika kita semakin bersyukur atas panggilan kita, lewat profesi kita, pasti ada dorongan rohani untuk menjalankan tanggung jawab itu dengan semakin baik.

Kalau dibaca dengan kisah Injil yang kita dengarkan tadi, ketika kita yakin dan berusaha menanggapi panggilan itu, kita tidak mudah terbawa arus seperti yang diceritakan di dalam Injil, ketika orang bertemu dengan Yesus, kagum, dari mana diperoleh-Nya hikmat ini. Kagum. Maka berusaha mengikuti, tetapi tidak ganti baris.

Keyakinannya berubah. Bukankah ibunya ini bernama Maria? Saudara-saudaranya Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas. Lalu yang dikagumi itu tiba-tiba dimingke,  itu bahasa Indonesianya apa, tidak dipandang lagi. Cepat sekali berubah keyakinan karena alasan-alasan yang tidak jelas.

Oleh karena itu, para Ibu dan Bapak, Saudari-Saudaraku yang terkasih, mari kita, khususnya para Ibu dan Bapak, Saudari-saudara sekalian, yang telah memilih profesi sebagai anggota Polri dan TNI meyakini bahwa profesi ini adalah jalan untuk menanggapi panggilan bertumbuh menuju kesempurnaan hidup Kristiani, bertumbuh menuju kesempurnaan kasih dan kesempurnaan kesucian. Saya yakin kalau setiap kita dan semua kita yakin akan hal itu, jalan kita akan lurus, tidak berbelok ke kiri atau ke kanan.”

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *