Hari ini kita memperingati 1 orang kudus, yaitu St. Yohanes Krisostomus. Dia dan kawan-kawan mendalami hidup membiara dan belajar teologi, lalu menjadi rahib di pegunungan Antiokia.
Tahun 386 dia ditahbiskan sebagai imam dan tahun 397 dia ditahbiskan sebagai uskup Konstantinopel. Pada masa itu, kehidupan moral masyarakat kota itu sangat merosot, sehingga dia membuat pembaharuan hidup moral bagi masyarakat dan biarawan-wati. Maka dia dibenci para pembesar kota, dan para uskup lainnya. Kemudian dia diasingkan sampai akhir hayatnya. Yohanes dikenal orang sebagai “krisostomus” (si mulut emas).
Melalui Ef 4: 1-7.11-13 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, menasihati kamu, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar.
Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua,
Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Markus dalam injilnya (Mrk 4: 1-10.13-20) mewartakan: “Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Lalu, datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
Kemudian, Yesus mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata: “Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat.” Dan kata-Nya: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
Ketika Ia sendirian, para pengikut-Nya dan 12 murid itu bertanya tentang perumpamaan itu. Lalu Ia berkata: “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?
Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.
Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.
Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Yohanes Krisostomus sebagai uskup diutus untuk membaharui kehidupan moral masyarakat dan biarawan-biarawati di wilayah keuskupannya.
Satu tugas yang berat dan menantang ada di bahunya. Ketika dia melaksanakan amanat itu, yang dia dapatkan adalah penolakan dan kebencian, bahkan dia diasingkan oleh uskup-uskup lainnya.
Penolakan dan kebencian bukan hanya dari kalangan umat tetapi juga dari para petinggi gereja. Artinya “serangan dan tantangan itu” bisa datang dari siapa saja dan menghantam siapa saja. Hendaknya kita siap diri untuk menghadapi semua itu.
Dua, Tuhan tahu bahwa ada banyak benih yang jatuh dan terbuang atau mati. Benih yang jatuh di tanah subur pun hasilnya berbeda-beda meski mendapatkan perawatan dan pupuk yang sama.
Tuhan memberikan teladan agar kita lebih berbesar hati dan realistis dalam menghadapi situasi dan menerima hasil pengabdian di dunia ini. Amin.
Mgr Nico Adi MSC