Renungan Harian 14 September 2023

Hari ini kita merayakan pesta salib suci. Konon raja Persia merampas salib Yesus dan membawanya ke negerinya. Kemudian Kaisar Romawi yang bernama Heraklitus mengalahkan raja Persia itu, dan membawa kembali salib itu dengan memikulnya sampai ke puncak golgota.

Pada abad ke-4 salib itu ditemukan St Helena, ibunda Kaisar Konstantin Agung. Di tempat itu didirikan gereja sebagai penghormatan atas salib itu. Pesta ini mengungkapkan iman umat Allah atas salib sebagai jalan keselamatan.

Dalam Bil 21: 4-9 dikisahkan: “Setelah berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.”

Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.”

Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang. Setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Jika seseorang dipagut ular, dan memandang ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Paulus melalui Filp 2: 6-11 menyapa umatnya: “Saudara-saudara, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, tetapi telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Yohanes dalam injilnya (Yoh 3: 13-17) mewartakan sabda Yesus: “Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.

Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, bersungut-sungut/berat hati dan kecewa dan pelbagai perasaan tidak enak lainnya, juga demo-demo ternyata membuahkan kemalangan dan kematian (= putusnya relasi kasih).

Semoga kita menyadari risiko dan kemalangan yang akan menimpa kita, bila tidak mempertimbangkan banyak hal secara cermat.

Dua, Yesus diutus Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Agenda-Nya jelas sejak awal mula, dan tentu saja sebelum Dia ada di dunia ini.

Semoga kita ketika hendak melakukan sesuatu, agendanya ssjak awal sudah jelas. Kita tidak kerja asal-asalan, tetapi terencana, terarah dan terukur. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *