Bulan Juni amat signifikan dan relevan untuk merefleksikan komitmen merawat Bumi, rumah bersama. Momentum ini erat terkait dengan data yang sudah dimulai sejak bulan Mei. Dalam perspektif iman Gereja Katolik, sejak tahun 2015, bulan Mei dan Juni memberikan kekayaan penting yang tak boleh diabaikan, terutama oleh umat Katolik. Mengapa, bahkan, banyak komunitas lain telah sangat intensif mendalami dan mempelajarinya, namun, mungkin banyak umat Katolik yang belum mengenal apalagi mengertinya. Tentang apa?
Tentang Ensiklik Laudato Si’ yang ditandatangani Paus Fransiskus pada tanggal 24 Mei 2015 dan dipublikasikan secara luas pada tanggal 18 Juni 2015. Dalam Ensiklik Laudato Si’, Paus Fransiskus mengajarkan kepada “semua orang” untuk peduli merawat Bumi, rumah bersama. Ya, “semua orang”. Biasanya, suatu Ensiklik ditulis oleh seorang Paus dan ditujukan untuk kalangan Katolik, atau Kristiani. Namun, Ensiklik Laudato Si’ ditulis untuk “semua orang”.
Dengan sangat jelas, terang benderang, dan eksplisit, Paus Fransiskus menulis, “Dalam Ensiklik ini, saya ingin masuk ke dalam dialog dengan semua orang tentang rumah kita bersama” (LS 3). Selanjutnya, dalam LS 13, Paus Fransiskus menulis, “Di sini saya ingin mengakui, memberi dorongan, dan berterima kasih kepada semua orang yang dalam pelbagai bidang kegiatannya yang sangat beraneka ragam, berjuang untuk menjamin perlindungan rumah yang kita diami bersama.”
Paus Fransiskus juga menegaskan kembali, “Maka, saya meminta dengan sangat agar diadakan dialog baru tentang bagaimana kita membentuk masa depan planet kita. Kita memerlukan percakapan yang melibatkan semua orang, karena tantangan lingkungan yang kita alami, dan akar manusiawinya, menyangkut dan menjadi keprihatinan kita semua” (LS 14). Dalam nada bertanya, di bagian lain Paus Fransiskus menulis, “Mengapa di dalam dokumen yang ditujukan kepada semua orang yang berkehendak baik, dimuat suatu bab yang mengacu pada keyakinan iman?” Pertanyaan tersebut dijawab sendiri oleh Paus Fransiskus dengan mengatakan, “anugerah tanah, dengan buah-buahnya, adalah milik semua orang” (LS 71). Selanjutnya diterangkan bahwa “Lingkungan alam adalah harta kita bersama, warisan seluruh umat manusia, tanggung jawab semua orang” (LS 93).
Bahkan, saat menawarkan doa di akhir Ensiklik Laudato Si’, Paus Fransiskus pun mengusulkan dua doa. “Setelah refleksi panjang yang menyenangkan maupun menegangkan ini, saya mengusulkan dua doa. Yang pertama dapat kita bagikan dengan semua orang yang percaya kepada Allah, Pencipta yang mahakuasa; sedangkan yang kedua berupa permohonan agar kita, umat Kristiani, mampu memenuhi komitmen kita terhadap ciptaan, sebagaimana ditetapkan untuk kita dalam Injil Yesus (LS 172).
Maka, sangat jelaslah bahwa Ensiklik Laudato Si’ yang ditulis oleh Paus Fransiskus memang ditujukan untuk semua orang. Alasannya jelas, semua orang memiliki tanggung jawab untuk merawat Bumi sebagai rumah bersama. Umat Katolik tidak bisa berjalan sendirian dalam mewujudkan kepeduliannya merawat Bumi yang ditimpa krisis ekologi yang berkepanjangan ini. Dibutuhkan kerja sama dengan semua orang untuk merawat Bumi ini demi generasi masa depan.
Sapaan dan ajaran untuk semua orang itu bertumpu pada spiritualitas Santo Fransiskus Assisi. Dialah Santo pelindung semua orang yang mempelajari dan bekerja di bidang ekologi, dan ia juga sangat dicintai oleh orang non-Kristiani. Dia telah menunjukkan kepedulian khusus terhadap ciptaan Allah dan kaum miskin serta mereka yang tersisihkan
Salam Peradaban Kasih Ekologis!
Salam INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan!
Berkah Dalem!
Aloys Budi Purnomo Pr