
3. Sikap pengorbanan
Ini sikap Yesus dalam hidupnya. Ia sudah mengorbankan dan meninggalkan segala keagungan dan kemuliaan-Nya sebagai Allah untuk menyatukan diri dengan nasib manusia lemah yang perlu ditolong. Ia selalu ingin ikut menanggung segala kesusahan manusia. Mukjizat pertama Ia buat di Kana, ketika perjamuan nikah yang Ia hadiri dengan ibu-Nya, kehabisan anggur. Tentu sangat memalukan. Maka Ia menolong dan membuat air menjadi anggur, menyelamatkan muka yang empunya kerja. Selanjutnya Injil Matius mengungkap bagaimana Ia selalu memerhatikan dan menaruh belaskasihan. Injil Matius mengungkapkan hal ini beberapa kali. “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala”. (Mt 9:36). Lagi: “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.” (Mt 14:14). Dan karena sudah hampir malam Ia membuat mukjizat dengan menggandakan roti untuk memberi mereka makan. (bdk ayat 15-21 dan 15:32-39). Maka Yesus tampak menghargai dan memprihatinkan hidup orang dan untuk itu Ia memberi mereka makan. Dalam hidup Yesus ketika mulai berkarya terungkap secara penuh nilai kasih atau cinta yang Yesus hayati, yaitu menghargai, memerhatikan, turut menanggung beban mereka, dan puncaknya adalah pengorbanan hidup-Nya.
Dari kita pun diharapkan agar kita mengikuti sikap pengorbanan-Nya yang besar. Kita membantu bukan kalau kita sedang memiliki lebih, melainkan jutru membantu dari kekurangan kita sendiri. Itu semua akan kita lakukan demi Yesus, dan dengan demikian kita melakukannya untuk Dia. Sehingga kita kelak dalam pengadilan terakhir akan dimasukkan dalam kelompok domba yang di sebelah kanan, dan Tuhan Yesus yang berkenan akan mengatakan: “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.” (Mt 25:34-36). Mengapa demikian? Penjelasannya demikian: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mt 25:40). Selamat Paskah dan selamat berbelarasa!