Renungan Harian 15 April 2022

JUMAT AGUNG

15 April 2022

 

Bacaan I          : Yes 52: 13-53:12

Bacaan II        : Ibr 4: 14-16, 5: 7-9

Bacaan Injil     : Yoh 18: 1 – 19: 42

 

Berkontemplasi larut dalam sengsara Kristus

Jumat Agung adalah Paskah! Sebuah rangkaian perayaan sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus.  Dan yang dirayakan hari ini adalah Yesus yang sengsara dan wafat. Upacaranya begitu khas, sehingga setiap kali harus disegarkan ingatan kita akan tradisi yang sangat berbeda dengan upacara/perayaan lain. Berikut catatan-catatan yang perlu dipahami. Upacara mengenang sengsara Tuhan adalah tradisi yang sangat tua, pada hari ini dan hari berikutnya Gereja samasekali tidak merayakan sakramen selain Sakramen Tobat dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Pada hari ini komuni kudus dibagikan kepada umat hanya pada upacara peringatan sengsara Tuhan. Tetapi pelayanan komuni kepada orang sakit, yang tidak dapat berpartisipasi dalam perayaan ini dapat dilaksanakan kapan saja pada hari ini. Catatan tersebut menggambarkan betapa setiap pribadi diajak untuk fokus pada apa yang sedang terjadi, yaitu penebusan Allah pada kita melalui sosok Yesus. Maka, hati dan budi bahkan fisik terarah pada upacara tersebut. Tidak ada Ekaristi karena yang kita rayakan adalah ‘Ekaristi’ itu sendiri, yaitu peneguhan Tuhan.

Tersebut pula bahwa Altar sama sekali kosong, tanpa salib, tanpa lilin, tanpa kain altar!  Suasana hening, sederhana, tanpa pernak-pernik, jauh dari kemegahan dan kemewahan. Sepenuh hati kita mengarahkan diri pada Allah yang sungguh sedang hadir mengorbankan diri. Dan sejak awalnya, upacara ini menyentuh jiwa setiap pribadi yang datang. Imam dan Diakon kalau ada, dengan mengenakan busana liturgi berwarna merah seperti yang biasanya dikenakan pada waktu Misa, berarak ke altar dalam keheningan. Setelah memberi hormat ke altar, mereka meniarap atau kalau keadaan tidak memungkinkan, berlutut, dan berdoa sejenak dalam keheningan. Semua yang lain berlutut. Imam memimpin sebuah upacara penghormatan dan penyembahan kepada Tuhan yang sengsara dan menderita. Tata gerak kita mengantar pada keterkaguman akan cinta Tuhan, dan sekaligus menggambarkan siapa kita di hadapan-Nya, orang-orang yang sesungguhnya tidak layak menerima penebusan ini.

Sedemikian agung dan khidmat upacara ini bahkan kotbah pun tidak diperlukan. Tentang akhir upacara, tertulis rubrik demikian: Setelah itu umat meninggalkan gereja dalam keheningan, dengan lebih dahulu berlutut ke arah salib. Sesudah perayaan, altar dikosongkan dari semua perlengkapan kecuali salib dan dua atau empat lilin bernyala. Sedemikian agung hari ini, seolah-olah mau dikatakan bahwa upacara tidak berhenti seketika, melainkan diteruskan sepanjang kehidupan. Maka, baiklah bahwa tetap membawa keheningan  menyiapkan puncak Paskah.

Romo Agus Suryana Gunadi, Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *