Imam Keuskupan Bandung dan Pemerhati Lingkungan Hidup, Romo Ferry Sutrisna Wijaya, Pr menegaskan bahwa ekonomi dan ekologi merupakan satu keutuhan dan tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Hal itu sampaikan pada Webinar Mengenal Ekonomi Fransiskus yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Profesional dan Usahawan Katolik Nasional (Pukatnas), 7 Mei 2024 lalu.
Romo Ferry mengawali paparannya dengan mengisahkan ekonom Emil Salim yang diajak pergi ke Teluk Jakarta oleh Presiden Soeharto. Soeharto mengatakan padanya, kalau ia kerap memancing di tempat tersebut. Namun, secara perlahan makin susah karena air laut makin ke tengah. Itu terjadi karena muara makin lama makin kotor oleh sampah, limbah dan aneka polusi lainnya. Kepadanya, Soeharto mengajak membayangkan nasib Jakarta 20-30 tahun lagi. Soeharto pun menugaskan Emil Salim menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup. Padahal waktu itu belum banyak negara yang mempunyai menteri lingkungan hidup.
Merasa dirinya adalah seorang ekonom, bukan ekolog, Emil Salim menolak. Namun Soeharto meyakinkannya, bahwa ekonomi dan ekologi itu sama. “Bukankah ekonomi dan ekologi itu sama, bersaudara, ya? Sama-sama eko. Sama-sama ngurusi oikos ya. Jadi Pak Harto ini pintar ya, sama-sama mengurusi, sebetulnya rumah kita bersama, oikos itu. Ya, baik dari aturannya, nomos, maupun dari ilmunya (logos). Jadi, sebetulnya dulu ekonomi dan ekologi itu tidak terpisah. Ekonomi adalah ekonomi yang ekologis ya. Ekologi adalah ekologi yang ekonomis,” kata Romo Ferry mengisahkan penunjukkan Emil Salim menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup oleh Soeharto.
Selanjutnya, meski seorang ekonom, Emil Salim pun menerima tugas sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup untuk membereskan masalah-masalah lingkungan di Indonesia.
Dari kisah itu, Romo Ferry menegaskan, kalau Indonesia mau selamat, yang harus menyelamatkan atau yang bisa menyelamatkan adalah mereka yang menyebut diri sebagai orang bisnis, pengusaha, profesional, dan yang bergerak di dunia ekonomi.
“Siapa? Antara lain Pukat, ya. Bayangkan Pukat ini ada di beberapa puluh keuskupan tuh ya. Tadi lihat foto-fotonya banyak sekali ya, hampir semuanya didukung oleh Uskup, ya. Banyak sekali. Anggotanya hampir ada di semua keuskupan, ya. Dan ini adalah kekuatan yang luar biasa yang sebetulnya bisa menggerakkan ekonomi ke arah seperti dicita-citakan oleh Paus Fransiskus,” kata Romo yang tinggal di Eco Camp Bandung itu.
Romo Ferry pun berkisah, dirinya bersama Eco Camp sudah bergerak dalam isu lingkungan hidup selama 10 tahun yang punya tagline reconect, learn, and grow with nature. Dan selanjutnya sedang mengembangkan wahana baru, the New Born Eco Camp. Jika Eco Camp yang pertama itu training center untuk kesadaran baru hidup ekologis secara umum, kalau Eco Camp II yang sedang kami bangun menjadi youth training center. “Training center untuk orang muda yang paham tentang ekologi dan SDG (sustainable development goals),” katanya.
Romo Ferry menegaskan kembali, pentingnya Pukat dalam mendorong ekonomi yang ekologis dan merujuk pada Ekonomi Frasiskus. “Menurut saya Pukat harus bergerak ke arah sana. Kalau bukan Pukat siapa lagi begitu ya?” kata Romo Ferry.
Ekonomi Frasiskus
Terkait dengan semangat Ekonomi Fransiskus yang diusung Paus Fransiskus, Romo Ferry mengawalinya dengan pemilihan nama Fransiskus oleh Kardinal Bergoglio ketika terpiliah menjadi paus. Ketika terpilih menjadi paus, Kardinal Hummes dari Brazil mengingatkan Kardinal Bergoglio supaya tidak melupakan orang miskin. Akhirnya dia memilih nama Fransiskus yang merujuk pada Santo Fransiskus Assisi.
Romo Ferry pun menyampaikan, Santo Fransiskus dikenal sebagai tokoh yang melakukan dialog agama, membangun perdamaian, mencintai lingungan dan orang miskin. “Semuanya itu ada dalam diri Santo Fransiskus Asisi ya. Jadi ini bukan tentang miskin saja, tapi perdamaian, lingkungan dan dialog lintas agama,” kata Romo Ferry.
Empat tahun lalu, 19-21 November 2020, Paus Fransiskus mengadakan pertemuan Ekonomi Fransiskus tentang Membangun Narasi Akan Tata Ekonomi Baru di Assisi dengan mengundang para ekonom dan wirausaha muda. Terkait dengan pertemuan itu Paus Fransiskus menulis undangan kepada para ekonom dan wirausaha muda. “Saya menuliskan ini untuk mengundang kalian pada suatu inisiatif yang sangat saya dambakan: suatu peristiwa yang memungkinkan saya berjumpa dengan mereka yang saat ini menyusun serta memulai untuk mempelajari dan menerapkan suatu ekonomi yang berbeda, ekonomi yang memberi kehidupan dan bukannya membunuh, melibatkan dan bukan menyingkirkannya, memanusiawikan dan bukan merendahkan, peduli pada lingkungan dan bukan merusaknya.
Suatu peristiwa yang membantu kita untuk berada bersama dan berusaha untuk mengenal satu sama lain, serta membawa kita untuk membuat suatu “kesepakatan” untuk mengubah ekonomi dewasa ini dan memberikan jiwa kepada ekonomi masa depan.” Demikian Paus menuliskan undangannya.
Menurut Romo Ferry, pertemuan tersebut menggambarkan betapa pentingnya keterkaitan antara lingkungan, sosial dan ekonomi. “Ekonomi ini bagian dari masalah masyarakat dan masalah lingkungan ya. Suatu bagian yang tidak terpisahkan,” katanya.
Romo Ferry menyampaikan, visi ekonomi Paus Fransiskus diwarnai oleh semangat Santo Fransiskus. “Nama peristiwa ini – Ekonomi Fransiskus (“Economy of Francesco”) – secara jelas mengacu pada Santo dari Assisi dan akan Injil yang dihidupinya dalam keselarasan penuh pula dalam level ekonomi serta sosial. Dia memberikan kepada kita suatu cita-cita dan, dalam beberapa hal, suatu program. Bagi saya, yang mengenakan namanya, hal ini adalah suatu sumber inspirasi terus-menerus”. Demikian Paus Fransiskus menulis dalam Surat Undangan dan Ajakan Paus Fransiskus Ekonomi Fransiskus kepada para ekonom dan wirausaha muda di seluruh dunia.
“Jadi Paus bukan ahli ekonomi secara teoritis ya, juga radikal ya, masuk ke dalam akar yang paling dalam ya, dan berupaya sebetulnya memperjuangkan praktik-praktik ekonomi yang tujuannya adalah kemanusiaan ya, kesejahteraan umum, martabat manusia ya, yang seperti itu ya, yang tanggung jawab ekologi. Jadi, ekonomi dan ekologi keadilan untuk orang miskin, kesetaraan dan sebagainya yang tidak terpisahkan. Itulah ekonomi Fransiskus yang mencakup seluruhnya,” katanya.
Menurut Romo Ferry, teori ekonomi yang hanya bicara mengenai bisnis atau keuntungan, tidak bisa dijalankan lagi, tapi harus bicara mengenai keseluruhan yang lebih lengkap.
“Jadi tentu saja, ada kritik terhadap kapitalisme yang mengumpulkan modal yang makin besar di sekelompok orang gitu ya. Kita tahu bahwa saat ini, bahwa yang kaya “semakin kaya, yang miskin semakin miskin” itu harusnya tidak boleh terjadi lagi,” katanya.
Romo Ferry pun menceritakan berdirinya Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) yang terdorong untuk menerapkan Ajaran Sosial Gereja. “Wanita Katolik itu bukan mengumpulkan ibu-ibu untuk arisan, untuk rekoleksi, untuk mengurus paroki. Tapi pendiri Wanita Katolik itu ya sebetulnya awalnya adalah mau menerapkan Ajaran Gereja, ya waktu itu masih Rerum Novarum begitu, di dalam membela kehidupan buruh wanita yang pada waktu itu dibayar lebih rendah ya di Jogja khususnya begitu ya. Jadi, sebenarnya ide pendirian Wanita Katolik itu adalah mengamalkan atau melaksanakan Ajaran Gereja, dan betulan Ibu Maria Sulastri mendekati para pengusaha dan yang kebetulan Katolik pada waktu itu,” katanya.
Maria Sulastri berjuang dan berhasil. Akhirnya gaji para buruh wanita itu dinaikkan. “Saya membayangkan bisa nggak nih ya bahwa para pengusaha Katolik profesional ini betul-betul itu yang kami akan upayakan juga di Eco Camp II yang baru, betul-betul berjuang supaya Ajaran Gereja, upah adil dan sebagainya diterapkan, gitu ya, di dalam lembaga-lembaga. Bukan hanya lembaga Katolik, tapi bahkan di dalam seluruh lembaga,” harap Romo Ferry.
Romo menyampaikan, satu hal menarik dalam Ekonomi Fransiskus adalah orang miskin bukan objek belas kasihan atau bantuan. “Jadi bukan kita cari untung sebanyak-banyaknya terus kita beri donasi buat orang miskin. Bukan. Tapi orang miskin ini juga adalah subjek yang harusnya dilibatkan. Jadi bukan kita yang membantu orang miskin, tapi bagaimana orang miskin juga diajak bekerja sama untuk memperbaiki hidup mereka sendiri, bagaimana pola-pola ekonominya berubah,” kata Romo Ferry.
Dalam Ekonomi Fransiskus ada partisipasi, demokrasi, pemberdayaan, keterlibatan, perhatian pada kebutuhan manusia, perhatian pada keberlanjutan planet, perhatian pada kesehatan maupun pendidikan. Sementara dalam perekonomian konvensional seolah-olah yang terjadi adalah hanya upaya mengejar keuntungan sesaat.
“Jadi bukan hanya kadang-kadang kita ini berhadapan dengan dunia ekonomi yang seolah-olah, seolah-olah ya, hanya mengejar keuntungan sesaat. Kalau itu (Ekonomi Fransiskus, Red) tidak. Betul-betul mau membuat dunia ini menjadi lebih baik ya. Itu bukan sesuatu yang mudah,” kata Romo Ferry.
Melalui Ekonomi Fransiskus Paus ingin para ekonom dan wirausaha muda untuk berinisiatif pada cara berekonomi yang baru. “Saya berharap bahwa teman-teman dari Pukat bisa sungguh-sungguh mempelajari ini dan mengambil inisiatif ya, untuk mau nggak menggunakan Ekonomi Fransiskus ini sebagai kerangka ya, untuk mengubah wajah ekonomi Indonesia, mengubah mungkin mulai wajah ekonomi dari perusahaan-perusahaan Saudara yang di mana Saudara memiliki kalau sebagai owner atau saudara bekerja sebagai profesi,” katanya.
Romo Ferry juga mengatakan Ekonomi Fransiskus sebenarnya juga menjadi cita-cita dari Eco Camp dengan mendidik semakin banyak orang yang bisa mengubah ekonomi menjadi ekonomi yang berkeadilan ekologis maupun ekonomi yang punya visi sesuai dengan SDGs.
Dalam pesannya kepada para peserta pertemuan Ekonomi Fransiskus, 21 November 2020, Paus Fransiskus menyampaikan panggilan yang diterima Santo Fransiskus Assisi ketika berdoa di depan salib di San Damiano, “Fransiskus, pergi dan perbaiki rumah-Ku, yang kamu lihat sendiri hampir rubuh”. “Awalnya Fransiskus mengira bahwa ini hanya memperbaiki gereja di San Damiano yang sudah fisiknya rubuh, gerejanya hancur gitu. Tapi ternyata panggilan ini bukan untuk memperbaiki gedung gereja, tapi Gereja keseluruhan termasuk orang-orangnya dan sebagainya ya. Dan akhirnya Fransiskus, Santo Fransiskus ini bergerak ke arah sana,” ungkap Romo Ferry.
Paus Fransiskus, lanjut Romo Ferry, terinspirasi dari panggilan Santo Fransiskus Assisi berharap dan yakin bahwa orang-orang yang diundang ke pertemuan Ekonomi Fransiskus juga sama menerima undangan ini, karena sadar bahwa dunia ini sedang tidak baik.
“Ini bukan soal politik di Indonesia tapi secara keseluruhan kita ini sedang dipanggil untuk membawa perubahan gitu ya. Ada kebutuhan mendesak untuk memperjuangkan kepemimpinan yang baru. Kita butuh orang-orang yang bisa memimpin dunia ini ke arah yang baru ke perubahan-perubahan cara hidup, model produksi dan konsumsi ya, yang lebih ekologis misalnya,” kata Romo Ferry.
Romo Ferry melihat dalam cara produksi dan konsumsi, kita banyak membuang makanan dan kemasan. “Kita membuang makanan. Kita membuang begitu banyak kemasan dan sebagainya yang apa seperti tidak peduli bahwa bumi ini sedang krisis,” ungkap Romo Ferry.
Terkait dengan perhatian pada kaum miskin, mereka mempunyai martabat yang sama. “Jadi bukan memberi bantuan ya, tapi pertobatan, perubahan prioritas sedemikian sehingga orang-orang miskin ini bukan yang harus kita bantu ya, tapi bagaimana kita bisa bekerja sama dengan mereka sehingga mereka sendiri yang merancang model yang menguntungkan semua orang. Nah, ini tidak gampang ya. Sejauh mana bahwa orang-orang miskin termasuk karyawan kita sendiri adalah bagian dari ownership ya, bukan hanya menjadi penerima manfaat dalam arti menerima gaji, menerima bantuan sosial tapi mereka sendiri ikut serta menentukan masa depan perusahaan ya. Jadi Paus minta kita melahirkan suatu budaya ekonomi yang baru. Saya ulangi lagi budaya ekonomi yang baru,” terang Romo Ferry.
Budaya baru tersebut, menurut Romo Ferry, mengembangkan seluruh manusia. “Kita tidak dapat membiarkan ekonomi yang terpisahkan dari realitas umat manusia atau perkembangan peradaban ya, manusia semua, masing-masing kelompok maupun secara keseluruhan ya,” ungkapnya.
Geliat kaum muda
Dalam Christus Vivit, lanjut Romo Ferry, orang muda disebut sebagai masa kini Allah. “Jadi orang-orang muda ini adalah orang-orang yang akan justru memimpin ya, yang punya potensi untuk memimpin. Kita berharap bahwa orang-orang muda ini memimpin kita ketika mereka masih muda,” katanya.
Peserta pertemuan Ekonomi Fransiskus yakni kaum muda ekonom, wirausaha dan pelaku perubahan dunia pun menyampaikan pesan kepada para ekonom, pengusaha, pembuat kebijakan politik, pekerja dan warga dunia. “Kami meyakini bahwa suatu dunia yang lebih baik tidak dapat dibangun tanpa suatu ekonomi yang lebih baik serta bahwa ekonomi sangatlah penting bagi kehidupan orang dan kaum miskin yang perlu kita semua pedulikan dengan ekonomi tersebut,” demikian pesan mereka. Ada 12 permohonan yang mereka sampaikan sebagai berikut.
Satu, kekuataan besar dunia serta lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan memperlambat kecepatannya membiarkan bumi bernafas. Covid telah menjadikan kita melambat, tanpa kita memilih untuk melakukan itu.
Dua, penyebaran perkembangan tehnologi yang paling maju ke seluruh dunia diaktifkan sehingga produksi berkelanjutan dapat pula dicapai di negara-negara yang berpendapatan rendah; dan agar kemiskinan energi – sumber kesenjangan ekonomi, sosial dan kultural – dapat diatasi sehingga tercapai keadilan iklim.
Tiga, permasalahan pengelolaan kepentingan umum (khususnya yang secara global seperti udara, hutan, laut, tanah, sumber-sumber alam, semua ekosistem, keragaman hayati dan benih-benih) ditempatkan di tengah agenda pemerintahan dan pengajaran di sekolah-sekolah, universitas dan sekolah-sekolah bisnis di seluruh dunia.
Empat, ideologi-ideologi ekonomi jangan lagi digunakan untuk menyerang atau menolak kaum miskin, sakit, minoritas dan orang-orang yang kurang beruntung dalam segala bentuknya, sebab tanggapan pertama akan kemiskinan mereka adalah menghargai serta menghormati masing-masing pribadi: kemiskinan bukanlah suatu kutukan, itu hanyalah ketidakberuntungan, dan itu tentunya bukan tanggung jawab mereka yang miskin.
Lima, hak untuk pekerjaan yang layak bagi semua, hak-hak keluarga dan semua hak-hak asasi manusia dihargai dalam kehidupan setiap perusahaan, bagi setiap pekerja, serta dijamin oleh kebijakan sosial masing-masing negara serta diakui di seluruh dunia dengan kesepakatan yang disetujui yang menghalangi pilihan-pilihan bisnis yang lebih didasarkan pada keuntungan belaka dan didirikan atas eksploitasi anak serta mereka yang paling tidak beruntung.
Enam, surga pajak di seluruh dunia dihapuskan segera. Sebab uang yang disimpan dalam surga pajak adalah uang yang dicuri dari masa kini serta masa depan kita, dan suatu pakta pajak baru menjadi tanggapan pertama akan dunia paska covid.
Tujuh, lembaga-lembaga keuangan baru dibentuk dan yang telah ada (Bank Dunia, International Monetary Fund) diperbaharui dalam arah yang demokratis serta inklusif untuk membantu dunia terpulihkan dari kemiskinan dan ketidakseimbangan yang dihasilkan oleh pandemi; keuangan yang berkelanjutan dan etis perlu dihargai serta didorong, dan keuangan yang spekulatif serta predator dihambat dengan perpajakan yang tepat.
Delapan, perusahaan-perusahaan dan bank-bank, terlebih yang besar dan global, mengajukan suatu komite etik independen dalam tata kelola mereka dengan hak veto akan lingkungan, keadilan dan dampaknya pada mereka yang termiskin.
Sembilan, lembaga-lembaga nasional dan internasional memberikan penghargaan untuk mendukung wirausahawan inovatif dalam konteks lingkungan, sosial, spiritual dan, paling tidak, keberlanjutan manajerial sebab hanya dengan memikirkan kembali manajemen orang-orang di dalam perusahaan maka keberlanjutan global ekonomi menjadi mungkin.
Sepuluh, negara-negara, perusahaan dan lembaga-lembaga internasional bekerja untuk menyediakan kualitas pendidikan bagi setiap perempuan serta anak-anak di dunia, sebab sumber daya manusia adalah sumber daya pertama dari semua kemanusiaan.
Sebelas, organisasi ekonomi dan lembaga-lembaga sipil jangan berhenti sampai pekerja–pekerja perempuan memiliki kesempatan yang sama sebagaimana pekerja laki-laki sebab, tanpa kehadiran yang memadai dari bakat perempuan, bisnis dan tempat kerja tidak sungguh penuh dan autentik manusiawi serta tempat yang membahagiakan.
Dua belas, akhirnya, kami memohon komitmen dari semua orang sehingga waktu yang dinubuatkan oleh Yesaya semakin dekat, “Mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, mereka tidak akan lagi belajar perang” (Yes 2:4). Kami, kaum muda tidak dapat lagi membiarkan sumber-sumber daya diambil dari
sekolah-sekolah, pelayanan kesehatan, masa kini dan masa depan kami untuk membuat senjata serta memicu perang yang diperlukan untuk menjualnya. Kita hendak memberitahu anak-anak kami bahwa dunia yang berperang akan berakhir selamanya.