Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja. Beliau terlahir dari keluarga bangsawan yang kaya.
Pada usia 33 tahun, dia telah menjadi prefek kota Roma, kemudian melepaskan semua jabatan politiknya dan masuk biara. Tahun 586 dia dipilih menjadi Abbas di Biara St Andreas di kota Roma. Di sana dia berjuang untuk membebaskan para budak belian.
Tahun 590 dia dipilih menjadi Paus dan berjuang untuk membebaskan kaum miskin khususnya para budak. Dialah Paus pertama yang mengumumkan diri sebagai Pemimpin Gereja Katolik sedunia, dan memimpin Gereja selama 14 tahun. Beliau wafat tahun 604.
Melalui 2Kor 4: 1-2.5-7 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Maka kami tidak tawar hati. Juga kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.
Bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. Allah telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Meski demikian, harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
Lukas dalam injilnya (Luk 22: 24-30) mewartakan: “Ketika itu, terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, tentang siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada mereka: “Raja-raja para bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut para pelindung. Kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
Siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Meski demikian, Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, seperti Paulus, Paus Gregorius juga menyatakan dalam hidupnya bahwa dia menerima kuasa dan anugerah pelayanan itu karena kemurahan Allah. Sebagai manusia, dia tidak mampu berbuat apa-apa, apalagi untuk membebaskan para budak belian, tanpa kekuatan Allah semua itu akan sia-sia. Dia mengakui diri sebagai hamba/utusan Allah, dan bukan tuan besar yang berhak untuk memaksa Allah agar tunduk kepadanya.
Teladan keutamaan itu hendaknya hidup dan menjadi tekad kita semua dalam melayani sesama.
Dua, murid-murid Yesus bertengkar tentang siapa yang terbesar/paling berkuasa. Mereka ingin kekuasaan agar makin populer, banyak pengikut dan disanjung-sanjung.
Semoga para pelayan/utusan Tuhan menyadari bahwa kuasa, harta dan popularitas mudah memicu orang pada perselisihan, pertengkaran dan permusuhan. Kita diutus untuk menjadi sahabat dan pembawa damai, dan bukan menjadi musuh, tukang fitnah, atau pembohong. Amin.
Mgr Nico Adi MSC