Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA, SJ
Pembukaan
Di antara para Kudus, Marialah yang tertinggi kekudusannya. Dalam doa Litani kepada Bunda Maria, kita jumpai Maria disebut Ratu para Kudus, bahkan Ratu para Malaikat. Kita semua dipanggil ke kekudusan, dan kita juga mendapat sekian banyak orang kudus sebagai teladan hidup kita. Tentu Maria adalah teladan yang paling mulia. Bahkan Maria adalah teladan yang paling sempurna, karena sudah sejak dikandung, Maria telah bebas dari dosa karena rahmat khusus yang ia terima, agar pantas menjadi calon ibu Tuhan, ibu Yesus, Allah Putra yang menjelma menjadi manusia. (Bdk. KGK 490, LG 56). Dalam perkembangan sejarahnya, Gereja makin sadar bahwa Maria dipenuhi rahmat oleh Allah (Luk 1:28), bahkan telah ‘ditebus’ saat mulai dikandung, (bdk. KGK 491) dan dikukuhkan dengan dogma “Maria dikandung tanpa noda dosa” (DS 2803), yang dikukuhkan oleh Paus Pius IX, pada tahun 1854. (KGK 491).
Teladan Maria masa kecil
Sayangnya, riwayat hidup Maria secara utuh tidak ada. Maka kita juga tidak menemukan kisah masa kecil Maria. Yang diceritakan tentang Maria dalam Injil, sejauh terkait dengan Yesus Puteranya, dan sedikit dengan para rasul-Nya. Yang kita tahu dalam iman hanyalah: Maria sejak dikandung sudah tanpa noda dosa. Kalau dari Maria tidak ada teladan yang dapat kita simak dan pelajari, kita dapat melihat masa kecil orang kudus seperti beata Imelda yang meninggal pada umur 12 tahun. Kalau orang kudus ini sudah begitu baik hidupnya, dan sudah dapat menjadi teladan iman, apa lagi Bunda Maria. Mari kita lihat dulu hidup beata Imelda Lambertini.
Beata Imelda Lambertini lahir tahun 1321 di Bologna, Italia, dan dibaptis dengan nama Magdalena. Ia adalah anak yang sangat penurut. Meski ia sedang asyik bermain, kalau diminta untuk menolong suatu pekerjaan, dia segera meninggalkan mainannya dan lalu datang untuk bekerja. Ketaatan yang sama juga ditunjukkan kelak ketika hidup di biara. Ketika sedang asyik berdoa di kapel setelah misa selesai, dan dipanggil suster, ia segera datang.
Pada umur 9 tahun, Magdalena sudah tidak merasa kerasan ada di lingkungan kemewahan hidup orang tuanya. Ia telah merasa bahwa segala kemewahan dan hidup duniawi adalah kehampaan belaka. Dia minta untuk dimasukkan ke dalam biara, seperti kebiasaan waktu itu. Meski bukan novis, ia mendapat pakaian novis, dan diberi nama baru Imelda. Meskipun tidak harus hidup seperti suster-suster lainnya, namun Imelda ingin hidup seperti mereka sepenuhnya. Dan ia menjalankan semua tugasnya dengan setia, rajin dan sepenuh hati. Setiap kali ia melihat para suster menerima komuni kudus, kerinduannya untuk menerima komuni memuncak, sehingga ia tidak dapat menahan tangisnya. Ia tahu betul bahwa menerima komuni adalah menerima Tuhan Yesus sendiri. Ia sangat sedih bahwa belum boleh menerima-Nya. Setiap kali minta supaya boleh menerima komuni, permohonannya selalu ditolak, karena ia belum berusia 14 tahun. Ketika umurnya sudah 12 tahun, sekali lagi ia minta kepada Bapa Pengakuan supaya ia boleh menerima komuni. Tetapi dia malah dimarahi. Pada suatu pagi, saat misa dipersembahkan, dan saat para suster menerima komuni, seperti biasanya Imelda berlutut dan berdoa sangat khusuk. Tiba-tiba sebuah hosti melayang dari sibori ke udara dan berhenti di depan Imelda yang memandang hosti dengan penuh rindu dan hormat. Para suster memberi tahu imamnya, yang lalu turun membawa patena, menuju ke tempat Imelda. Imamnya tanggap akan situasinya, dan ketika hosti itu turun ke patena, ia mengambil-Nya, dan menerimakan-Nya kepada Imelda. Ia menyambut-Nya dengan penuh hormat dan sukacita, sampai wajahnya seperti bercahaya. Akhirnya ia berdoa sambil menelungkup. Karena misa telah selesai, para suster membangunkannya. Ternyata ia sudah meninggal dunia karena kegembiraannya. Peristiwa yang menggemparkan biara dan umat Katolik sekitarnya. Ternyata tubuh Imelda tetap utuh. Dan berada di Gereja Sigismondo, Bologna, Italia. Tahun 1826 dia digelari beata. Oleh Paus Pius X ia dresmikan sebagai pelindung bagi mereka yang menerima komuni pertama, pada tahun 1910. Pada tahun yang sama Paus mengizinkan anak menerima komuni pada umur lebih muda. (lihat Michael, Agustus, September 2018, hal. 22-23).
Memang ciri-ciri iman adalah adanya hubungan kasih pribadi dengan Allah yang diimani, atau dengan Tuhan Yesus khususnya. Dalam diri Imelda, yang mencolok adalah kasihnya kepada Tuhan Yesus yang hadir dalam hosti suci.
Maria yang terkandung tanpa noda dosa pasti juga dibimbing oleh Allah sendiri, kecuali juga oleh orang tua Maria yaitu Yoakim dan Anna yang terkenal orang-orang saleh. Maria pasti melebihi Imelda, sehingga kita dapat membayangkan bagaimana Maria hormat dan mengasihi Allah dalam berdoa, merenungkan Kitab Suci dan bagaimana ia hormat dan patuh kepada orang tua mereka. Bagaimana Maria mencintai sesama dan sangat peduli kepada orang miskin. Maria jauh lebih sempurna menjadi teladan iman kita.
Teladan iman Maria saat dewasa
Kita dapat menemukan dalam Kitab Suci, mengenai sikap hidupnya terhadap Allah-Nya, yaitu taat sepenuhnya terhadap kehendak Allah, dan menyerahkan diri sepenuhnya pada penyelenggaraan Ilahi.
a. Maria mengandung dari Roh Kudus.
Ketika mendengar dari Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung, setelah mendapat penjelasan bahwa Roh Kudus akan menaunginya, segera ia menjawab: ‘Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.’ (Luk 1:38). Inilah sikap dasar Maria dalam menanggapi kehendak Allah dalam hidupnya. Meski yang jelas baru hal ini, yaitu bahwa ia akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, yang harus diberi nama Yesus. Ia akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. (Luk 1:31-33). Atau singkatnya baru tahu bahwa Maria akan mengandung Mesias, padahal ia telah bertunangan dengan Yusuf. Bagaimana dengan Yusuf tunangannya? Dan kalau tidak jadi isteri Yusuf, lalu bagaimana kehidupannya selanjutnya? Semua diserahkan kepada penyelenggaraan Allah. Allahlah yang punya rencana ini. Benar juga. Yusuf pun sudah tahu akan kehamilan Maria, bahkan hampir saja mau menceraikannya secara diam-diam. “Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Mat 1:20-21). Ternyata Allah tetap menyatukan Maria dan Yusuf, yang terpilih menjadi pendamping dan pelindung bagi Maria dan Putranya. Yusuf lalu mengambil Maria sebagai isterinya. Kunjungannya ke Elizabeth meneguhkan iman Maria, karena Elizabeth menyebutnya “ibu Tuhanku” (Luk 1:43).
b. Yesus lahir di Behlehem.
Maria tahu bahwa Mesias akan lahir di Bethlehem. Maka dengan senang hati mengikuti sensus penduduk ke tempat leluhurnya, yaitu ke Bethlehem, kota Daud. Tetapi Maria tak menyangka bahwa ia akan melahirkan di kandang domba. Namun Maria terhibur karena kelahiran Yesus diwartakan malaikat kepada para gembala yang sedang menjaga domba mereka di padang (bdk Lk 2:8-20) dan kepada para sarjana di Timur lewat bintang istimewa yang membimbing mereka. Mereka membawa persembahan yang layak bagi Tuhan dan Raja (bdk Mt 2:1-12). Tetapi betapa terkejutnya ketika dibangunkan Yusuf, yang mengajaknya melarikan Yesus ke Mesir, karena Herodes mencari untuk membunuhnya. Maria merasa ternyata Mesias sudah dimusuhi orang sejak kelahirannya.
c. Pengalaman di Kenisah.
Ketika pertama kali mempersembahkan anaknya di Kenisah, Maria dan Yusuf berjumpa dengan Simeon, yang berkata kepada Maria: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan — dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri –, …”(Luk 2:34-35). Maria menyimpan dalam hati, bahwa anaknya akan menjmbulkan perbantahan, dan dirinya akan ikut menderita dalam hati. Ketika umur 12 tahun Yesus dibawa juga ke Kenisah untuk berkurban. Dalam perjalanan pulang, Ia hilang. Dengan susah payah selama 3 hari, mereka mencari, akhirnya menemukan Dia ada di Kenisah sedang berbincang-bincang dengan para alim ulama. Yang sulit dimengerti adalah kata-kata Yesus yang menjawab kata-kata ibunya: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”(Luk 2:49). Demikian kira-kira keluhan Maria dalam hati: “Calon Mesias ini sering sulit dimengerti ungkapannya”.
d. Pesta nikah di Kana.
Tampak bahwa Maria sangat sadar akan kuasa Yesus anak-Nya, dan yakin bahwa Ia akan memenuhi permintaannya, ketika memberi tahu Yesus bahwa anggurnya habis. Meski Yesus berkata: Saatku belum tiba, Maria lalu mengatakan kepada para pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh 2:5). Betul. Yesus menyuruh pelayan mengisi tempayan-tempayan dengan air. Dan Yesus mengubah air menjadi anggur yang paling baik. Keprihatinan Maria terkabul.
e. Maria dan kehidupan publik Yesus.
Ada beberapa hal yang menyangkut iman Maria yang terungkap dalam Injil. Umpama Yesus oleh saudara-saudaranya sendiri telah dianggap kurang waras, maka mereka akan menjemput Yesus untuk dibawa pulang (bdk Mrk 3.20). Maria temtu terkejut. Mesias tidak waras? Yesus juga dituduh dapat menyembuhkan dan mengusir setan karena bantuan beelzebul pembesar para setan.(bdk Mrk 3:22). Ada pelajaran mengenai siapakah ibu dan saudara-sudara Yesus: “Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Mk 3:34-35). Yesus juga mengangkat hubungan keluarga secara baru atau rohani. “Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Yesus berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” (Luk 11:27-28). Terjadi persudaraan antara mereka yang seiman yang sama-sama melaksanakan kehendak Allah.
f. Sengsara dan kematian Yesus.
Seperti halnya para rasul, Maria pun mengalami guncangan iman, ketika Yesus ditangkap, dihukum cambuk, dimahkotai duri, memanggul salib ke Golgota, dan akhirnya tergantung di salib. Bagaimana Mesias sampai menderita seperti ini? Bukankah Malaikat mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah Yang Mahatinggi? Ia akan menerima takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan? Tetapi … apakah Ia akan tiba-tiba mendapat kekuatan dari Allah, sembuh dari luka-lukanya dan turun dari salib? … Menang terhadap semua musuh-Nya? Inilah situasi yang diramalkan Simeon dulu, bahwa hati Maria akan ditembusi pedang? Sejak Maria mengikuti jalan salib Putra-Nya dan selama berdiri di bawah salib, ia telah menyatukan dirinya dengan sengsara Putranya, ia ingin menghibur Putranya, dengan menyertai sebagai ibu, sambil berharap kapan-kapan Yesus bertindak, menunjukkan kuasa ilahi-Nya. Yesus menyapa Maria ibunya: Ibu, ini anakmu, dan menyapa Yohanes yang ada di sampingnya: Yohanes, ini ibumu. (bdk Yoh 19:26-27). Maria menangkap bahwa secara resmi Yesus minta Maria menjadi ibu semua murid-murid-Nya yang percaya kepada-Nya. Akhirnya Yesus berkata: “Sudah selesai”, lalu menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya. (bdk Yoh 19:30). Di sini Maria tersentak, menyaksikan Putranya sungguh wafat. Maria ikut menyerahkan Putranya ke hadapan Allahnya. Maria dengan kasih sayang menerima jenazah Yesus di pangkuannya. Dalam saat-saat Yesus diurapi dengan minyak dan dikafani, sebelum Yesus dibawa ke kubur, dalam hati Maria timbul harapan, kapan Yesus akan bangkit, karena Maria yakin bahwa Yesus adalah Anak Allah seperti diberitakan malaikat. Apalagi seluruh hidupnya ditandai dengan menyembuhkan segala penyakit, menghidupkan orang mati, bahkan mengusir setan.
g. Yesus bangkit dari alam maut.
Meski tak tercatat dalam Injil, namun pasti bahwa yang pertama dibuat Yesus yang bangkit ialah menemui Ibu-Nya yang sedang sedih dan dalam harap-harap cemas, menunggu apa yang akan terjadi dengan Putranya. Perjumpaan ibu dan Putra yang sangat membahagiakan, karena Yesus telah bangkit mulia. Yesus bercerita mengenai rencana-Nya, yaitu menemui para murid dan membetulkan pendapat-pendapat mereka tentang Mesias dan perutusan selanjutnya. Setelah naik ke surga, Ia akan mengutus Roh Kudus menaungi para rasul dan mendampingi Gereja-Nya. Maria diharapkan ikut serta sebagai ibu Gereja-Nya yang segera akan lahir. Maria baru sadar bahwa memang Mesias harus menderita sengsara dan wafat, tetapi pada hari ketiga akan bangkit. Bahwa yang dibangun adalah Gereja-Nya, kerajaan rohani demi keselamatan jiwa-jiwa, bukan kerajaan duniawi seperti Kerajaan Daud.
Penutup
Maria adalah teladan iman kita. Iman yang hidup karena dihayati dengan kasih dan setia menanggapi kehendak Allah. Ketaatan iman sangat menonjol. Termasuk yang amat sulit, seperti ketika Yesus ditolak oleh pimpinan bangsanya, dan dijatuhi hukuman mati. Maria menyertai Putra-Nya dalam jalan salib-Nya, kesengsaraan saat tergantung di salib. Ia tetap berdiri di bawah salib, sampai Yesus wafat. Ia tetap menjadi ibu dan menyertai para rasul yang menunggu datangnya Roh Kudus. Oleh Roh Kudus, seperti para rasul, Maria juga mengalami pencerahan imannya. Ketika Maria wafat, badan dan jiwanya diangkat ke surga. Dari surga pada saat-saat Gereja membutuhkan, ia berkenan menampakkan diri di banyak tempat di mana ia memberikan bimbingan dan berkatnya.