Bulan Maret 2024 menjadi bulan terpenting dalam sejarah kehidupan umat Kristiani dan bangsa Indonesia. Pada bulan Maret, umat Kristiani berada dalam paruh jalan menuju puncak Paskah yang dirayakan pada tanggal 31 Maret 2024 sesudah tanggal 29 Maret sebagai Hari Wafat Tuhan Yesus Kristus! Itu momentum terpenting dalam sejarah iman sebab Paskah menjadi tolok ukur iman Kristiani yang berpijak pada peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dari alam maut! Nanti kita kembali ke pokok inspiratif ini.
Sekarang kita simak terlebih dahulu aspek penting dalam kehidupan sebagai bangsa Indonesia! Ada dua peristiwa di bulan Maret terkait dengan kehidupan berbangsa. Pertama, di bulan Maret, seiring umat Katolik masih menjalani masa puasa dan pantang selama masa Prapaskah, umat Islam juga menjalani ibadah puasa mereka di bulan Ramadhan. Nah, sebagai bangsa, kuatlah kita secara spiritual sebab ditopang sikap matiraga, pantang, dan puasa dua umat dari agama-agama yang memiliki umat cukup signifikan. Umat Islam tak terbantahkan menempati urutan pertama di Indonesia. Umat Kristiani apa pun denominasinya memiliki urutan kedua dan ketiga, yakni Kristen Protestan segala denominasi, dan Kristen Katolik Roma. Dua kekuatan spiritual menyatu dalam puasa untuk bangsa agar bangsa Indonesia terus dan tetap damai sejahtera.
Kedua, sebagai bangsa, di bulan Maret 2024 kita menantikan pengumunan kepastian yuridis dari KPU tentang Presiden dan Wakil Presiden terpilih oleh rakyat dalam Pemilu sebelumnya di tanggal 14 Februari 2024. Dari jejak hitung cepat digital maupun hitung lambat manual arahnya sudah jelas. Kemenangan rakyat adalah terpilihnya secara nyaris mayoritas dengan prosentase yang cukup signifikan untuk penentuan Pemilu satu putaran yakni terpilihnya Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Sayangnya, suasana bahagia pesta demokrasi itu memang dinodai oleh hiruk-pikuk prosedural yang terus dipersoalkan oleh para pihak yang dalam arti tertentu harus disebut kalah namun belum legawa menerima kekalahan tersebut. Alih-alih bersikap elegan legawa menerima realitas yang ada, kita mengalami, suasana pasca-pemilu masih terus bikin hati pilu. Yang bikin hati pilu adalah sikap tidak dewasa secara politik menghormati rakyat yang memilih dan para petugas yang telah berdarah-darah menyelenggarakan pemilu damai itu.
Pada titik inilah, saya merenungkan seperti yang saya sebut di awal tulisan ini, betapa kita ini sebetulnya perlu belajar dari sang sumber iman Kristiani yakni Tuhan Yesus Kristus. Masa Prapaskah adalah masa mengenang saat-saat Yesus Kristus secara manusiawi duniawi terasa kalah! Dia harus menanggung sengsara dan wafat di kayu salib! Itu puncak kekalahan! Namun, dalam kekalahan itu, Yesus Kristus sadar betul bahwa inilah kehendak Allah. Maka, bagi saya, Yesus tidak semata-mata kalah, melainkan mengalah. Kata mengalah secara teologis saya maknai sebagai meng-Allah! Yesus Kristus yang kalah dengan menderita sengsara dan wafat di kayu salib sesungguhnya merupakan proses meng-Allah. Meng-Allah berarti menghayati benar citra dan jatidiri Yesus Kristus sebagai Putera Allah! Proses meng-Allah itu memuncak pada peristiwa Paskah! Yesus yang meng-Allah dengan jalan penderitaan dan kesengsaraan dibangkitkan melalui peristiwa Paskah!
Semoga para pemimpin kita berani menimba spirit meng-Allah!
Salam Peradaban Kasih.
Berkah Dalem.
Salam INSPIRASI, Lentera yang membebaskan!
Aloys Budi Purnomo Pr