Berikut ini adalah pernyataan pers Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC terkait Sidang KWI 2023 yang disampaikan di Jakarta, 15 November 2023.
Teman-teman wartawan yang saya hormati,
Selamat siang, saya akan membacakan beberapa hal yang menjadi bahan keputusan dan situasi yang terjadi.
Kami, para uskup Konferensi Waligereja Indonesia menyelenggarakan sidang ini dari tanggal 7 sampai 14 (November 2023, Red). Temanya “Berjalan Bersama Menuju Indonesia Damai”. Bukan sekadar situasi yang damai tetapi ada niat kehendak untuk mewujudkan keadilan sosial yang merata. Maka, Gereja berkehendak berjalan bersama seluruh umat manusia, siapapun yang berkehendak baik untuk membangun dunia sebagai rumah kita bersama.
Dalam mewujudkan Pemilu dan Pilkada 2024, kita berharap semoga puluhan triliun rupiah yang akan digunakan tidak sia-sia, sehingga kita mudah-mudahan dengan biaya mahal itu memilih orang-orang yang dapat bekerja untuk kesejahteraan rakyat. Dan inilah bagian dari tanggung jawab kita mengawal penggunaan biaya yang cukup besar, begitu besar.
Belum lagi biaya yang dikeluarkan oleh kelompok-kelompok masing-masing. Biaya politik yang mahal bisa menggoda orang menempuh segala cara untuk mencapai tujuan kemenangan. Dan setelah itu bisa jadi ada beban untuk mengembalikan biaya yang dikeluarkan. Maka tidak heran kalau di sana-sini ada oknum-oknum tertentu yang tidak segan menerabas hukum, melakukan politik uang, menghalalkan nepotisme, melanggengkan dinasti politik yang sungguh mencederai demokrasi. Sidang KWI tahun ini didahului dengan hari studi tentang situasi aktual yang sedang dihadapi oleh bangsa kita. Ada beberapa narasumber dan kita mendapat masukan. Ada tiga sesi studi: “Gambaran Pemilu 2024”, “Pemilu 2024 dan Analisa Sosial Politik” serta “Keterlibatan Gereja Katolik dalam Pemilu 2024.
Diskusi yang terjadi mendorong kami semua, para peserta sidang untuk berjalan bersama menuju Indonesia damai. Damai sejahtera tampak dalam keadilan dan penghargaan terhadap martabat manusia. Dan itulah yang terus kita perjuangkan seraya menyongsong perayaan 100 tahun KWI pada tahun 2024.
Dokumen Gereja “Gaudium et Spes” nomor 1 berkata, “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga.”
Dan pesan ini juga merupakan bagian dari kebersamaan kami dengan mereka semua terutama yang miskin dan menderita, yang membutuhkan bantuan kita. Digerakkan oleh semangat Konsili tersebut, maka poin-poin dari pesan Sidang KWI 2023 antara lain sebagai berikut:
Satu, tahun 2024 akan menjadi tahun yang suhu politiknya tinggi yang tentu rentan terhadap ancaman konflik horizontal yang dipicu oleh kepentingan politik sesaat dan diperparah oleh penyalahgunaan media informasi yang bisa digunakan untuk menyebar kebohongan fitnah atau bahkan permusuhan. Kami para Uskup mengingatkan akan bahaya politik identitas berdasarkan suku, agama, ras, antar golongan yang juga rawan dimanfaatkan oleh para kontestan politik.
Dua, para uskup mengajak semua pihak untuk memberi perhatian pada masalah kemiskinan, ketidakadilan, KKN, ketimbangan sosial, diskriminasi, intoleransi, radikalisme dan terorisme yang masih terjadi di dalam negeri ini. Kita juga dituntut untuk memberi perhatian serius bukan hanya pada masalah-masalah tersebut tetapi juga pada oknum yang sampai hati mengeksploitasinya demi keuntungan pribadi atau golongan.
Tiga, perdamaian dunia kita ini tidak sedang baik-baik saja. Kondisi ekonomi sosial dunia belum sepenuhnya pulih akibat Covid-19, kini terganggu perang yang membuat rakyat sengsara. Situasi perdamaian dunia memang sedang memprihatinkan. Selagi perang antara Rusia dengan Ukraina yang sudah berlangsung hampir 2 tahun belum berakhir, terjadi juga perang di Israel dan Palestina. Maka, kami berharap, bahwa para pemimpin negara-negara tersebut yang bertikai segera menghentikan perang demi menghormati martabat manusia dan kesejahteraan rakyatnya.
Keempat, di dalam negeri situasi kerawanan keamanan di beberapa wilayah Papua perlu mendapat perhatian serius. Ada konflik yang terus terjadi antara kelompok kriminal bersenjata dengan aparat sehingga rasa aman penduduk terganggu. Penduduk sipil kerap menjadi korban. Untuk itu Pemerintah perlu duduk bersama dan berdialog dengan setiap kelompok. Belajar dari penyelesaian konflik di Aceh pemecahan masalah di Papua juga harus melibatkan para kepala suku, tokoh agama, tokoh perempuan, para pemimpin gereja, serta tokoh agama.
Lima, kami ingin menghimbau masyarakat luas agar memperlakukan anak-anak dan perempuan secara terhormat dan bermartabat. Untuk melindungi anak-anak dan kaum perempuan, pemerintah harus memberi hukuman berat bagi para pelaku kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual dan perdagangan orang yang masih harus terjadi. Setiap bulan berapa kargo berisi mayat pekerja kita di luar negeri yang harus diterima di Indonesia dalam keadaan tak bernyawa. Kiranya tidak seorang pun baik anak-anak maupun kaum perempuan boleh dieksploitasi.
Enam, kami juga ingin memberi perhatian kepada kaum muda. Kaum muda hendaklah diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang dan terlibat di dalam membangun bangsa ini. Mereka bukanlah pemilik masa depan bangsa tetapi pemilik masa kini bangsa. Jika kaum muda salah arah, kehidupan masa depan bangsa juga akan tergangu. Maka baik pemerintah maupun institusi-institusi lain harus bekerja sama memberdayakan kaum muda sesuai dengan talenta mereka. Kaum muda harus mendapat kesempatan untuk menjadi warga yang berkompeten. Semoga mereka tidak menjadi angkatan yang bengkok, berbelit-belit, jahat dan tidak setia, melainkan angkatan yang terberkati.
Tujuh, pemanasan bumi, penggundulan hutan, perubahan iklim adalah permasalahan lingkungan hidup yang sekarang maupun ke depan terus menantang kita untuk mengambil sikap menyelamatnya. Kita diingatkan untuk mengimplementasikan Ensiklik Paus Fransiskus “Laudato Si’ (Terpujilah Engkau)” tahun 2015 dan ditegaskan lebih serius dalam Seruan Apostolik “Laudato Deum (Pujilah Tuhan)” 2023 untuk menyelamatkan rumah kita bersama, bumi, demi generasi mendatang. Maka, kami menghimbau pemerintah dan masyarakat rumah kita bersama lewat aksi nyata pelestarian lingkungan dan pencegahan polusi.
Kedelapan, pemerintah telah mencanangkan Indonesia Emas 2045 sebagai tujuan 100 tahun kemerdekaan. Di tahun tersebut negeri kita diharapkan sudah maju dan unggul. Indonesia Emas menyemangati sekaligus mengingatkan kita untuk tidak terpaku pada slogan, tetapi mewujudkannya secara nyata. Kita, kami mendukung pemerintah Republik Indonesia yang mengajak kita semua untuk berlari kencang mengejar kemajuan itu hingga mencapai Indonesia maju dan unggul. Kita tepis, kita lawan segala hal yang merintangi hambatan menuju Indonesia emas.
Sembilan, kami mendorong masyarakat dan umat, terutama umat Katolik yang di bawah kegembalaan para Uskup ini untuk terlibat aktif dan memiliki keberanian secara kreatif untuk melahirkan para pemimpin baru dengan kriteria, bukan sekadar orang yang populer, tetapi pribadi-pribadi yang memegang teguh Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, menghormati kebhinekaan, memiliki integritas, mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi dan golongan serta keluarga, mempunyai keberpihakan kepada kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, difabel, memiliki rekam jejak yang terpuji dan memiliki cara-cara yang terhormat sesuai dengan nilai-nilai Pancasila ketika berusaha meraih jabatan kepemimpinan yang hendak dipercayakan oleh masyarakat Indonesia oleh kita semua. Tentu mereka juga adalah pribadi-pribadi yang menjunjung tinggi martabat manusia dan menjaga keutuhan alam ciptaan. Maka kami meminta kepada para calon eksekutif, legislatif serta penyelenggara pemilu dan aparat TNI/Polri untuk bersatu mewujudkan Pemilu yang damai, jujur, adil, transparan berkualitas dan bermartabat.
Akhirnya, sepuluh, para Uskup mengajak Saudara-saudari sebangsa dan setanah air untuk ikut bergandengan tangan dan dengan tulus hati mendukung pemerintah yang telah dipilih dan diberi mandat oleh rakyat Indonesia. Kita semua wajib bekerja sama untuk dapat membuat kebijakan yang adil, komprehensif dan bersifat segera dilaksanakan agar cita-cita Indonesia Emas terwujud. Dengan demikian hal-hal yang menghalangi pencapaian kita sebagai bangsa yang bermartabat bisa disingkirkan. Mari, kita berjalan bersama menuju Indonesia damai. Sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan dengan tanpa mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Kami mengucap terima kasih kepada Saudara-saudari yang dengan berbagai cara telah berusaha mengurangi segala gangguan atas cita-cita kita untuk menjadi masyarakat, bangsa, negara yang maju, unggul dan damai.
Semoga semakin banyak orang yang berkehendak baik ikut serta menjaga dan melindungi bangsa dan negara Indonesia tercinta. Sekian. Terima kasih.