Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Elisabeth dari Hongaria. Ia adalah seorang ibu yang mempunyai 3 anak. Anak-anak itu dia didik sebagai orang beriman yang baik dan bijaksana.
Ia diusir dari istana dan kemudian menjadi pelayan bagi orang-orang miskin seturut teladan St. Clara. Kehidupannya itu menginspirasi banyak orang untuk menjunjung tinggi martabat perempuan. Elisabeth meninggal tanggal 16 November 1231 dan dikanonisasi tahun 1235.
Dalam 1Yoh 3: 14-18 Yohanes menyapa umatnya: “Saudara-saudara, kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia.
Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya. Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
Lukas dalam injilnya (Luk 6: 27-38) menuliskan sabda Yesus kepada para murid-Nya: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.
Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.
Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari orang itu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
Maka, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Elisabeth meski sebetulnya terbebani dan berkekurangan karena diusir dari istana, dan harus mengasuh 3 orang anaknya toh masih sanggup untuk memperhatikan kaum miskin dan terlantar. Dari mana kekuatannya untuk mengasihi dan melayani mereka?
Kekuatan itu dia peroleh melalui doa dan kedekatannya dengan Allah seturut teladan St Clara.
Dua, Yesus mengajar dan memberi teladan kepada para murid-Nya, agar mau melakukan perbuatan baik kepada sesama dengan rela hati dan tidak mengharapkan imbalan.
Tindakan seperti ini memang melawan arus, namun mulia dan membuat hidup ini benar-benar bahagia. Amin.
Mgr Nico Adi MSC