Pra Temu Pastoral (Tepas) Keuskupan Agung Semarang (KAS) diadakan 2 kali secara daring untuk mempersiapkan Temu Pastoral di tiap-tiap kevikepan. Baik Pra Tepas maupun Tepas tersebut dibuat untuk mempersiapkan Tahun Pastoral 2024 yang akan diterapkan di basis teritorial maupun kategorial. Pra Tepas I diisi dengan Diskusi Panel tentang “Formasio Iman Berjenjang dalam Perspektif Psikolog dan Ahli Kateketik”.
Vikaris Jenderal KAS, Romo Y.R. Edy Purwanto, Pr dalam acara Pra Tepas I, 3 Oktober 2023, menyampaikan, pada tahun pastoral 2024, Gereja KAS akan menetapkan tema “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah Berjalan Bersama untuk Formasio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan” sebagai arah pastoral sepanjang tahun itu.
“Ini masih ada di dalam kerangka pelaksanaan Ardas VIII yang bertemakan “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah”,” kata Romo Edy. Selama tahun tersebut, menurutnya, KAS dengan semangat sinodal (berjalan bersama) akan menyelenggarakan formasio iman berjenjang dan berkelanjutan. “Berjalan bersama ini adalah spirit sinodal atau spirit sinode. Dan Bapak Uskup itu selalu menegaskan betapa pentingnya sinodalitas itu dihayati melalui semangat lungguh bareng, rembugan bareng, mutuske bareng dan jangan lupa nandangi bareng. Nah, spirit kebersamaan seperti inilah yang hendak kita kembangkan dan hendak kita hayati dalam melaksanakan pastoral di Keuskupan Agung Semarang ini,” katanya.
Kata berjenjang, menurutnya, merujuk pada Pendampingan Iman Usia Dini (PIUD) sampai dengan Pendampingan Iman Usia Lanjut (PIUL). Romo Edy menjelaskan formasio iman dibuat secara berjenjang dan berkelanjutan. “Tentu salah satu alasannya adalah bahwa tidak mungkin setiap saat semua kategori itu disatukan. Sebab di sana salah satu yang kadang kala menghambat kita adalah jarak usia yang tidak mudah untuk didamaikanlah begitu. Dan kemudian berkelanjutan sendiri mau menegaskan bahwa pelaksanaan formasio iman ini mesti berangkai atau dijalankan secara tidak putus mulai dari yang paling kecil yaitu PIUD sampai yang paling senior yakni PIUL. Itulah semangat yang hendak kita jalani bersama,” imbuhnya.
Romo Edy juga menjelaskan latar belakang pemilihan tema “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah Berjalan Bersama untuk Formasio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan”. Menurutnya, setidaknya ada lima hal yang melatarinya.
Pertama, temuan dari supervisi-supervisi yang diselenggarakan di paroki-paroki pada tahun 2022-2023 ini. “Ternyata dalam FGD atau focus group discussion tentang penggembalaan, dirasakan bahwa di banyak paroki masih belum terlaksana dengan baik apa yang disebut FIBB (Formasio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan),” katanya.
Kedua, banyak tokoh umat yang memberikan usulan terutama yang ada di Dewan Pastoral Keuskupan perlunya menyikapi pelemahan iman pasca pandemi Covid-19 yang kita sendiri sudah sangat merasakan bahwa ternyata itu sangat berpengaruh dalam kaitannya dengan penghayatan iman kekatolikan.
Ketiga, banyak keluarga mengalami kesulitan di dalam menyemai atau menyebar dan membatinkan nilai-nilai iman kekatolikan kepada generasi muda terutama kepada OMK dan anak-anak di zaman sekarang. “Cukup banyak keluarga yang berkeluh kesah dalam kaitannya bagaimana ini mesti kami lakukan karena anak-anak kami itu tidak gampang untuk kami dampingi, untuk kami temani memahami bahkan menghayati iman kekatolikannya,” tutur Romo Edy.
Keempat, diperlukannya ajaran-ajaran yang bersifat apologetik untuk pembelaan mengenai ajaran iman Katolik. “Mengapa? Karena ada cukup banyak penyesatan-penyesatan atau pembelokan-pembelokan ajaran Katolik yang tersebar di berbagai media, yang kemudian sangat memerlukan sikap atau penyikapan yang tepat terhadap cara-cara seperti itu,” kata Romo Edy.
Kelima, Bapa Suci, terlebih Bapa Suci Fransiskus begitu banyak memberikan tekanan dan penegasan betapa pentingnya pengajaran iman secara intensif untuk anak-anak , keluarga kita, agar keluarga kita menjadi keluarga Katolik yang benar-benar memiliki kualitas penghayatan iman yang baik. “Nah sementara, di paroki-paroki itu banyak dijumpai beberapa kesulitan pokok. Ada setidak-tidaknya mengenai koordinasi yang di struktur kedewanan. Jadi di sana, di dewan itu kan ada bidang-bidang. Dan salah satu bidang adalah bidang pewartaan dan evangelisasi yang memang memiliki kewajiban, memiliki tugas pokok dan fungsinya untuk menyelenggarakan formasio iman ini. Tetapi dirasakan bahwa tidak semua paroki memiliki tenaga yang kompeten,” kata Romo Edy.
Maka, hal itu, menurutnya, diharapkan nanti menjadi pemikiran bersama. Ia juga merasakan SDM pendamping tidak mudah ditemukan. “Betapa SDM pendamping itu tidak mudah ditemukan. Ada juga yang mempersoalkan tentang bagaimana proses pendampingan dilaksanakan dan ada bahan-bahan pendampingan yang dirasakan kurang walaupun sebenarnya kita sebenarnya sudah memiliki baik direktorium maupun silabus-silabus yang dikembangkan oleh Tim di Keuskupan Agung Semarang ini,” katanya.
Romo Edy juga mengatakan, wadah kelompok pendampingan dirasakan juga kadang tidak mudah untuk ditemukan.
Dalam kesempatan itu, Romo Edy juga menyampaikan tujuan pertemuan pra Tepas itu. Pertama, menyosialisasikan tema yang menjadi landasan dan arah gerak pastoral di KAS untuk 2024 serta membangun kesadaran bersama dan kesamaan persepsi tentang pentingnya formasio iman tersebut.
Kedua, membekali seluruh perangkat pastoral di KAS secara bertingkat mulai dari keuskupan sampai ke lingkungan-lingkungan.
Pembahasan tentang “Formasio Iman Berjenjang dalam Perspektif Psikolog dan Ahli Kateketik” dilakukan dengan menghadirkan dua narasumber yakni Dr. Maria Laksmi Anantasari (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma) dan Romo Markus Nur Widipranoto, Pr (Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia).
Romo Edy menyampaikan, acara tersebut akan ditindaklanjuti di Kevikepan-kevikepan mulai hari itu hingga Tepas tatap muka (20-25 November 2023) dengan merancang program-program terkait. “Ini menjadi kesempatan bagi kevikepan-kevikepan untuk menindaklanjuti apa yang pada malam hari ini kita mulai bersama, bersama dengan paroki-paroki di wilayah kevikepannya, dalam koordinasi oleh Romo Vikep mulai merancang secara lebih konkret dan secara kontekstual bagaimana pelaksanaan dari FIBB itu agar menjadi bukan saja gerakan di 2024 melainkan terus berkelanjutan sampai kapanpun Gereja ada. Dan dalam semangat sinodal kita pastikan bahwa FIBB sungguh-sungguh ada dan terjadi di paroki-paroki, di lingkungan-lingkungan sehingga benar-benar iman umat kita menjadi semakin cerdas, tangguh, misioner dan dialogis,” katanya.
Mengingat adanya penyesuaian Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) dan Hasil Sinode Pendidikan KAS yang harus disampaikan pada Umat Allah KAS, maka digelar Pra Tepas II, 24 Oktober 2023. Salah seorang tim penyesuaian RIKAS, Romo Gitowiratmo, Pr menyampaikan salah satu alasan RIKAS harus disesuaikan. “Kita selaraskan sehingga semakin update, semakin tanggap zaman, terkait dengan pelayanan-pelayanan kita yang ternyata di dalam perkembangannya itu mengalami banyak perubahan terutama di dalam konteks kehidupan menjemaat,” katanya.
Maka, dalam Pra Tepas II, Romo Edy menyampaikan, pertama, perlunya menyampaikan kepada seluruh umat, khususnya kepada Dewan Pastoral Keuskupan, Dewan Pastoral Kevikepan baik Kevikepan Teritorial maupun Kategorial, maupun kepada Dewan Pastoral Paroki tentang adjustment (penyesuaian) RIKAS dan Sinode Pendidikan KAS 2023.
Kedua, agar penyampaian hasil dua agenda besar ini tidak mengaburkan fokus utama Tepas 2023 yakni tentang Formasio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan.