Sukacita!

Bulan April 2023 ditandai dua sukacita bersama yang penting. Pertama, Sukacita Hari Raya Paskah, perayaan kebangkitan Yesus Kristus bagi umat Kristiani, apa pun denominasinya. Hari Raya Paskah dirayakan pada tanggal 09 April, tiga hari sesudah kenangan Wafat Tuhan Yesus Kristus yang di Indonesia menjadi hari libur nasional, yakni Jumat, tanggal 07 April 2023. Kedua, Sukacita Hari Raya Idul Fitri, yang menurut penanggalan yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 22-23 April 2023 sebagai Hari Raya Idul Fitri 1444 H. Dua Hari Raya tersebut dipenuhi sukacita bersama tak hanya bagi mereka yang merayakannya, melainkan bagi masyarakat Indonesia, sebab ditandai dengan cuti bersama alias liburan. Tentu, makna pertama sukacita dilandaskan pada hidup beriman dan beragama. Umat Kristiani bersukacita oleh sebab merayakan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Perayaan sudah dipersiapkan empat puluh hari sebelumnya, sejak Hari Rabu Abu, 22 Februari 2023 yang ditandai dengan puasa dan pantang. Maka, sukacita tersebut menjadi sukacita kemenangan telah mengalahkan segala bentuk hawa nafsu dan egoisme yang ditaklukkan sebagai bagian dari perjuangan menjalani ibadah puasa dan pantang.

Kemenangan yang sama dihayati oleh Umat Islam yang merayakan Idul Fitri sebagai hari kemenangan sesudah sebulan menjalankan ibadah puasa di selama Bulan Ramadhan. Sukacita menggema diiringi takbir kegembiraan dan kebahagiaan di hari raya yang penuh kemurahan hati dalam semangat berbagi dan silaturahmi.

Omong-omong, tanggal 22 memang istimewa sepanjang tahun 2023 yang ditandai sukacita. Sebelumnya, tanggal 22 Januari 2023 menjadi hari sukacita liburan di Tahun Baru Imlek. Tanggal 22 Februari 2023, meski tidak libur, ditandai dengan awal puasa bagi Umat Katolik dan Protestan sebagai Hari Rabu Abu. Lalu tanggal 22 Maret 2023 menjadi awal bulan Ramadhan yang ditutup dengan Hari Raya Idul Fitri di tanggal 22-23 April 2023.  Semua menjadi hari sukacita.

Ketika sukacita ditempatkan dalam konteks hidup beragama dan beriman, sukacita itu tidak melulu bersifat manusiawi dan duniawi, melainkan bersifat rohani dan surgawi. Sumber sukacita tidak lain adalah campur tangan Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama masing-masing yang mengajak umatnya untuk berlaku taat dan setia kepada-Nya, sesuai dengan sila pertama Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa! Sukacita juga berbuah pada kemanusiaan yang martabatnya dihormati, dihargai, dan dijunjung tinggi justru karena manusia diciptakan secitra dengan Allah sendiri sebagai Sang Khalik. Dalam perspektif Pancasila, sukacita yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa menjadi nyata dalam sila kedua, yakni Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sukacita ditandai dengan keadilan dan kemanusiaan yang beradab. Manusia yang beradab akan menghargai sesamanya, bukan sebaliknya, merendahkan, apalagi menghina dan menjadikan sasaran kebencian, apalagi sampai tindakan pembunuhan yang kejam dan keji! Ini sejalan dengan sila kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Sukacita yang dihayati bersama juga mewujud dalam semangat persaudaraan dalam bingkai sila ketiga Pancasila: Persatuan Indonesia. Sukacita sejati itu mempersatukan, bukan memecah belah, apalagi merusak persaudaraan. Sukacita yang sejati dalam konteks Indonesia berciri nasionalis rukun bersatu sebagai warga bangsa Indonesia. Sukacita juga ditandai oleh semangat bermusyawarah demi mencapai mufakat yang bermartabat. Bukan mufakat karena tekanan dan pemaksaan kehendak satu orang atau kelompok terhadap pihak lain yang berbeda! Itulah sebabnya, musyawarah dan mufakat itu menjadi buah hikmat kebijaksanaan seperti dirumuskan dalam sila keempat Pancasila: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Selamat menikmati sukacita bersama!

Salam Perabadaban Kasih Ekologis.

Salam INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan. Berkah Dalem.

Aloys Budi Purnomo Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *