
Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA, SJ
Gereja Perdana telah mengimani bahwa kebangkitan Yesus merupakan kabar sukacita yang perlu mereka wartakan. (bdk Kis 13:32-33). Pewartaan itu telah sampai kepada kita, dan kita pun mengimani kebangkitan Yesus dengan sukacita. Paskah adalah Hari Besar utama yang kita rayakan penuh sukacita, karena Paskah mempunyai makna ganda. Yaitu dengan kematian-Nya, Yesus membebaskan kita dari dosa, dan dengan kebangkitan-Nya Yesus membukakan bagi kita pintu masuk menuju hidup baru: hubungan dengan Allah dipulihkan, bahkan diangkat menjadi anak Allah dalam Yesus, menjadi saudara dengan Tuhan Yesus sendiri. Setelah bangkit Yesus menyebut murid-murid-Nya saudara-Ku (Mat 28:10). Kita menjadi saudara Yesus, bukan karena kodrat kita, melainkan karena rahmat. (bdk KGK 654). Inilah sukacita Paskah. Mari kita renungkan lebih lanjut.
Sukacita paskah bagi Tuhan Yesus
Dalam peristiwa Paskah kita melihat ada alur dari atas ke bawah dan dari bawah kembali ke atas. Dari surga Allah Putra turun ke dunia menjadi manusia Yesus, Putra Maria, dan kemudian naik ke surga dengan mulia dan duduk di sisi Bapa. Ia menjadi manusia sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa. Pengalaman pahit getirnya hidup sebagai manusia Ia alami. Ia lahir dalam perjalanan sensus, lahir di kandang hewan di Bethlehem. (bdk. Luk 2:1-7). Ia langsung menjadi pengungsi di Mesir, karena Raja Herodes mencari untuk membunuh-Nya. (bdk Mat. 2:13-15). Bahkan yang paling hina Ia alami.
Setelah 3 tahun mengajar dan berbuat baik menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan, Ia ditolak oleh para ahli Taurat, para imam, para pimpinan agama, sehingga Ia dihukum mati di salib. (bdk Mat 16:21). Kematian-Nya tidak wajar karena disiksa dan disalib; disalib pun di antara dua penjahat kakap. Dan kematian-Nya ini adalah titik akhir terendah dalam hidup-Nya di dunia. Setelah sampai titik terendah, Ia naik ke atas. karena pada hari ketiga Ia bangkit. Bukannya hidup lagi sebagai manusia seperti Lasarus yang dibangkitkan Yesus (Yoh 11:1-14), tetapi bangkit mulia sebagai yang Ilahi. Kemanusiaan Yesus sudah dimuliakan dan diilahikan, maka sebenarnya tak dapat dilihat mata. Kalau kelihatan, itu karena Yesus berkenan untuk menampakkan Diri. Umpama tiba-tiba Yesus sudah di tengah para murid meski pintu-pintu dikunci. (bdk Yoh 20:19). Berarti suatu mukjizat juga. Ia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya selama 40 hari untuk meyakinkan murid-murid-Nya bahwa memang Ia telah bangkit serta menyampaikan pesan-pesan dan ajaran-Nya. (bdk Kis 1:3). Setelah naik ke surga, Tuhan Yesus Kristus duduk di sisi Bapa. Inilah sukacita Paskah bagi Tuhan Yesus: setelah turun dari surga selama 33 tahun, Ia kembali kepada Bapa yang mengutus-Nya, karena semua tugas dari Allah Bapa telah selesai dilakukan. Sukacita Paskah juga bagi Yesus, karena Allah Bapa sangat berkenan, sehingga lalu mendudukkan Yesus di sisi kanan-Nya. Berarti telah 3 kali Yesus diberi pernyataan oleh Allah Bapa, bahwa Allah Bapa berkenan kepada Yesus. Yang pertama ketika Ia dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan (bdk Yoh 3:13-17), kedua, ketika berdoa di gunung Tabor (bdk Luk 9:28-36), dan sekarang yang paling besar ditunjukkan bahwa berkenan, dengan membangkitkan dan mendudukkan Yesus di sisi-Nya (bdk. Mrk 16:19). Inilah sukacita Paskah bagi Yesus, kembali kepada Bapa sebagai Kristus Tuhan, dengan membawa kemenangan salib, keselamatan bagi manusia. Segala kuasa diberikan oleh Bapa kepada-Nya. Kristus Raja semesta alam. (bdk Fil 2:5-11).
Dalam Kitab Suci, peristiwa Paskah, Yesus bangkit dari alam maut juga diungkapkan dengan istilah Allah Bapa membangkitkan Yesus. Bahkan Allah Bapa menjadi pelaku semua yang dilakukan Yesus, karena Yesus digambarkan sebagai wujud kerahiman Bapa. Yang dikerjakan Yesus adalah karya Allah Bapa. Yesus sendiri juga menjelaskan begitu, ketika Yesus perlu bicara mengenai Dirinya sendiri. Dicatat dalam Injil Yohanes demikian: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak (Yesus) tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” (Yoh 5:19). Maka tentang kebangkitan Yesus, Bapalah yang membangkitkan Yesus. Bukan Yesus bangkit sendiri. Yesus dibangkitkan. Yesus sendiri menyatakannya: “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Mat 16:21).
Sukacita Paskah dalam surat Paulus kepada umat di Filipi berupa karunia nama yang melebihi segala nama, dan menerima segala kuasa, sehingga semua bertekuk lutut kepada-Nya. “….. dalam keadaan sebagai manusia, Ia (Yesus) telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan.” (Fil 2:3-11).
Sukacita Paskah bagi Bunda Maria
Kiranya layak bahwa di sini kita sudah menyebut Bunda Maria, sebagai Ibu yang bersuka cita Paskah, karena Puteranya telah bangkit mulia. Kemanusiaan Yesus yang bangkit itu sepenuhnya berasal dari Bunda Maria. Maka tubuh Yesus bagaikan kembaran tubuh Bunda Maria. Tak ada orang semirip dengan Bunda Maria, kecuali Yesus. Tubuh Yesus ini telah disiapkan oleh Allah Bapa supaya mampu menjadi korban penebusan dosa manusia. Kita renungkan dan baca ayat dari surat kepada umat Ibrani ini. “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena itu ketika Ia (Allah Putra) masuk ke dunia (inkarnasi), Ia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau (Allah Bapa) kehendaki — tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku …” (Ibr 10:4-5). Di sini “tubuh” berarti rahim Bunda Maria. Betapa Maria bersukacita atas kebangkitan tubuh Putranya dengan mulia. Suatu harapan, kapan-kapan tubuhnya sendiri akan dimuliakan juga. Memang setelah saatnya tiba, Maria diangkat ke surga dengan mulia, dengan jiwa dan tubuhnya, hidup mulia di surga bersama Putranya. Karena kemanusiaan kita sama dengan kemanusiaan Yesus, merupakan harapan kita juga bawa kita akan bangkit mulia. Konsili Vatikan juga menegaskan bahwa ketika Allah Putra menjelma menjadi manusia, Dia sudah mengangkat martabat kita sebagai manusia. “Dalam Dia (Yesus) kodrat manusia disambut, bukannya dienyahkan, maka dalam diri kita pun kodrat itu diangkat mencapai martabat yang amat luhur” (GS 22). Paus Santo Yohanes Paulus II menegaskan dalam surat Pastoralnya: “Dalam Penjelmaan sebagai peristiwa itu Allah menghimpun ke dalam persatuan yang baru dan definitif dengan diri-Nya sendiri tidak hanya manusia, tetapi semesta alam tercipta dan seluruh sejarah.”(EA 16). Kiranya hal ini tidak berhenti pada saat inkarnasi, melainkan dilanjutkan pada saat kebangkitan-Nya, meski dengan rahmat khusus dari Allah. Bunda Maria telah memiliki rahmat khusus yaitu: dikandung tanpa noda dosa, dan kita, yang karena rahmat Allah ada dalam persatuan baru dengan Yesus, ikut serta dibangkitkan bersama Dia.
Sukacita Paskah bagi umat manusia
Sebelumnya telah diutarakan bahwa Tubuh Yesus ini telah disiapkan oleh Allah Bapa supaya menjadi kurban penebusan dosa manusia, karena kurban hewan apapun tak akan layak dan mencukupi untuk menjadi silih bagi dosa manusia terhadap Allah yang maha kuasa. Allah Bapa telah menyiapkan “tubuh manusia” bagi Allah Putra, yang akan menjadi manusia dalam rahim Bunda Maria. (bdk Ibr 10:45). “Dan karena kehendak-Nya (Allah Bapa) inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.” (Ibr 10:10). Kita dikuduskan, dibersihkan dari dosa-dosa kita, karena korban Tubuhnya di salib. Begitu besar kasih dan kerahiman Allah.
Memang besar kasih dan kerahiman Allah, karena segera setelah manusia pertama berdosa, Allah telah menjanjikan keselamatan lewat seorang putra dari wanita, yang akan mengalahkan setan dan kuasa dosa. Ini dapat kita baca dari Kitab Kejadian bab 3:15. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau (setan) dan perempuan ini (Maria), antara keturunanmu (setan) dan keturunannya (Maria); keturunannya (Yesus) akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kej 3:15). Ini oleh Gereja disebut Proto Evangelium, Warta Gembira yang paling awal. Dalam sukacita Paskah, kita kagumi dan kita kenang dengan penuh syukur dan sukacita: Allah yang pengampun, penuh kasih dan kerahiman. Ia tidak rela manusia tidak mulia bersama-Nya, sehingga Allah Bapa mengorbankan Allah Putra sebagai tebusan dosa manusia, setelah Allah Putra menjadi Manusia sama seperti kita. Untuk menyiapkannya, Allah mulai memilih Bapa Abraham sebagai Bapa yang akan menurunkan bangsa pilihan, dari mana lahir Juru Selamat. Sejak Allah mulai membimbing Abraham, sejak itu pula sejarah keselamatan Allah menyatu dengan sejarah manusia. Allah berkarya di tengah umat lewat para Bapa Bangsa seperti Abraham, Iskak dan Yakub, dilanjutkan oleh Musa, para Jaksa, para Raja dan Nabi, dalam rangka membangun Umat Pilihan-Nya, dan dari situlah dilahirkan Maria yang akan melahirkan Yesus, oleh kuasa Roh Kudus. Maka sangat jelas, bahwa sengsara dan wafat Yesus di salib, direncanakan oleh Allah Bapa sejak semula menjadi korban silih bagi dosa seluruh umat manusia. Dengan membangkitkan Yesus, Allah Bapa memberi penegasan diterimanya dengan gembira hati kurban Putera-Nya, dan sekaligus diterima pula hasil karya penebusan-Nya, yaitu kita semua yang telah ditebus-Nya. Dalam merayakan sukacita Paskah, kita pantas bersyukur bahwa Allah berkarya lewat sejarah hidup kita, lewat penyelenggaraan Ilahi-Nya, menuju keselamatan kita. Terlebih lewat Gereja kita yang menjadi sarana Yesus yang mulia tetap hadir dalam berbagai cara untuk menjadi pokok keselamatan dan kebangkitan kita pula. (bdk Ibr. 5:9). Kita bersyukur atas kedatangan para misionaris dari luar negeri, yang berkenan bersusah payah membawakan iman kepada kita.
Sukacita Paskah khusus bagi yang dibaptis
Pembaptisan merupakan Sakramen pertama dan terpenting bagi pengampunan dosa, karena Sakramen Baptis menyatukan kita dengan Yesus yang telah wafat untuk dosa kita dan yang telah dibangkitkan untuk pembenaran kita. Paulus menulis kepada umat di Roma demikian: “…..Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita (Rom 4:25), supaya “kita hidup sebagai manusia baru” (Rom 6:4). Lihat KGK no 977. Pembenaran yang dimaksud adalah tidak lagi dianggap salah dan berdosa, karena dosa kita sudah mendapat silih dari Yesus yang sengsara, wafat dan dibangkitkan.
Tidak hanya dibenarkan, kesatuan kita dengan Yesus juga berarti pengangkatan martabat kita sebagai makluk menjadi anak Allah dalam Yesus. Dan ini menjadi jaminan kebangkitan kita kelak pada akhir zaman. Paulus mengajarkan, “Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.” Karena Dia sulung, kita saudara-saudara yang lebih muda. “Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (1Kor 15:20-22). “Semua orang” di sini mencakup mereka yang tidak dibaptis. Karena Gereja mengajarkan: “Roh (Kudus) memberikan kepada umat manusia ‘terang dan kekuatan untuk menanggapi panggilannya yang teramat luhur’; melalui Roh, ‘umat manusia bisa memandang dan menikmati misteri rencana ilahi dengan iman’; sesungguhnya ‘kita harus percaya bahwa Roh Kudus memberikan kemungkinan kepada setiap orang untuk ikut ambil bagian dalam misteri Paskah, atas suatu cara yang diketahui Allah’ (bdk. GS 26, diikutip dari RM 28.)
Yang sangat membuat kita bersukacita, adalah bahwa Paskah Yahudi yang merayakan keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, dijadikan baru oleh Yesus, yaitu mengenang peralihan-Nya dari kematian ke kebangkitan Yesus. Apa yang terjadi pada Jumat Agung, mulai dengan sengsaranya sampai wafat-Nya di salib, sampai dimakamkan dan bangkit pada hari Minggu Paskah, dihadirkan kembali secara sakramental dalam Perayaan Ekaristi, yang dipersembahkan setiap imam tertahbis di manapun dan kapanpun di seluruh dunia. Peristiwa penyelamatan ini dilestarikan menjadi Sakramen Ekaristi, karena Yesus minta agar para murid mengulangi perjamuan makan yang telah Ia buat, setiap kali untuk mengenangkan Dia yang sengsara dan wafat di salib pada hari Jumat Agung, dan bangkit pada hari Minggu. Kenangan ini dijadikan sakramen perjamuan malam terakhir, di mana Yesus memberikan Tubuh dan Darah-Nya (lambang seluruh Diri-Nya), berupa roti dan anggur, untuk disantap sebagai makanan rohani yang menghidupkan dan menyegarkan iman. Bahkan dengan merayakan ekaristi dan menyambut komuni, kita diperkenankan berpartisipasi pada peristiwa Paskah Tuhan. Kita sekarang bahkan dapat setiap hari merayakan ekaristi dan menyambut komuni. Yesus yang mulia tidak hanya berkenan hadir dalam kehidupan kita lewat Sakramen Baptis, tetapi juga lewat Sakramen-sakramen Gereja lainnya, lebih-lebih lewat Sakramen Ekaristi, dimana kita boleh berpartisipasi dalam misteri Paskah-Nya. Bukankah ini semua menjadi sumber Sukacita Paskah kita? Selamat merayakan Paskah dengan penuh sukacita. Mari kita juga haturkan terima kasih kepada kerahiman Allah Bapa yang berkenan mengorbankan Allah Putra, dengan menjelma menjadi Manusia karena kuasa Roh Kudus, dan mewakili seluruh umat manusia Ia menebus dosa manusia dengan sengsara dan wafat di kayu salib. Syukur dan terimakasih untuk Allah Putra, Tuhan kita Yesus Kristus yang begitu besar pengorbanan-Nya, begitu berat sengsara dan wafat-Nya di salib demi keselamatan dan kemuliaan kita. Demikian pula terima kasih bagi Roh Kudus, yang selalu mendukung rencana Bapa, mendukung pelaksanaan penebusan, dan membuka hati umat yang berkehendak baik untuk sampai kepada iman akan Yesus sebagai Juru Selamat. Dimuliakanlah sekarang dan selama-lamanya.