Nyanyikanlah lagu Tuhan sebagai orang-orang asing di negeri ini
Bacaan
Mzm. 137:1-4 Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: “Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!”
Luk. 23: 27-31 Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!
Refleksi
Ratapan pemazmur berasal dari pembuangan Yehuda di Babilonia, namun rasa sakit pembuangan itu menjadi salah satu ratapan yang bergema melintasi waktu dan budaya. Barangkali pemazmur menyerukan ulangan lagu ini ke langit. Barangkali setiap ayat disuarakan di antara isak tangis kesedihan yang mendalam. Barangkali puisi ini timbul dengan sikap masa bodoh yang hanya bisa berasal dari hidup dalam ketidakadilan dan merasa tidak berdaya untuk melakukan perubahan yang berarti. Bagaimanapun kata-kata diucapkan, rasa sakit hati dalam perikop ini bergema di hati orang-orang yang diperlakukan sebagai orang-orang asing di negeri asing atau di negeri mereka sendiri.
Tuntutan dalam mazmur ini berasal dari penindas untuk tersenyum dan bergembira, untuk menyanyikan lagu masa lalu yang “bahagia.” Tuntutan itu telah sampai pada orang-orang yang terpinggirkan di sepanjang sejarah. Apakah itu dalam pertunjukan-pertunjukan minstrel, atau tarian-tarian Geisha, atau koboi Wild West dan pertunjukan-pertunjukan orang-orang Indian, para penindas sering menuntut agar orang-orang yang tertindas tampil dengan gembira untuk memastikan kelangsungan hidup mereka sendiri. Pesan mereka ini sederhana sekaligus kejam; lagu-lagu Anda, upacara-upacara Anda, jati diri budaya Anda, yang membuat Anda layak dianggap spesial, hanya diperbolehkan sejauh itu melayani kami.
Dalam mazmur ini generasi orang-orang tertindas memperoleh suara mereka. Bagaimana kita dapat menyanyikan lagu Tuhan manakala kita adalah orang-orang asing di negeri kita sendiri? Kita menyanyi bukan demi para penawan kita, melainkan untuk memuji Allah. Kita menyanyi karena kita tidaklah sendirian, karena Allah tidak pernah meninggalkan kita. Kita bernyanyi karena kita dikelilingi oleh sejumlah besar para saksi. Para nenek moyang dan santo-santa menjadi ilham kita. Mereka mendorong kita untuk menyanyikan lagu harapan, lagu kemerdekaan, lagu pembebasan, lagu tanah air tempat orang-orang dipulihkan.
Persatuan Kristiani
Injil Lukas mencatat bahwa orang-orang, kebanyakan kaum perempuan, mengikuti Yesus bahkan sampai Dia memanggul salib-Nya ke Kalvari. Tindakan mengikuti ini adalah kemuridan yang penuh kesetiaan. Selain itu, Yesus mengakui perjuangan mereka dan penderitaan yang harus mereka tanggung dengan setia dalam memanggul salib mereka sendiri.
Berkat gerakan ekumenis, orang-orang Kristiani saat ini berbagi madah pujian, refleksi doa-doa, dan wawasan lintas tradisi. Kita menerima semua hal itu dari satu sama lain sebagai karunia yang timbul dari iman dan kemuridan yang penuh cinta kasih, sering kali dengan menanggung perjuangan, dari umat Kristiani dari komunitas-komunitas yang berbeda dengan kita. Anugerah-anugerah yang dibagikan ini adalah kekayaan yang harus dihargai dan memberi kesaksian atas iman Kristiani yang kita bagikan.
Tantangan
Bagaimana kita mengangkat kisah-kisah nenek moyang dan santo-santa yang hidup di antara kita dan telah menyanyikan lagu-lagu iman, pengharapan dan pembebasan dari penawanan?
Doa
Allah orang-orang tertindas,
Bukalah mata kami kepada bahaya yang terus menimpa para saudari dan saudara kami dalam Kristus.
Semoga Roh-Mu, memberi kami keberanian untuk bernyanyi secara serentak, dan mengangkat suara kami bersama mereka yang penderitaannya tidak didengar.
Kami berdoa dalam nama Yesus. Amin.