
HARI MINGGU BIASA III
22 Januari 2023
Bacaan I : Yes 8: 23b- 9: 3
Bacaan II : 1Kor 1: 10-13.17
Injil : Mat 4: 12-17
Kegembiraan dicintai Tuhan adalah modal pewartaan
Dalam acara apapun yang saya pimpin berkaitan dengan iman kekatolikan (karena saya seorang romo) saya selalu memulai dengan pernyataan umum: Apakah Anda mengalami dicintai oleh Tuhan? Selalu, hampir semua hadirin akan menjawab ‘ya’. Kemudian beberapa orang akan dengan rela hati menceritakan pengalaman Allah yang hadir dalam suatu peristiwa hidup. Saya sendiri ketika orang bertanya mengapa saya berani menjawab panggilan Allah untuk menjadi seorang imam, jawabannya jelas: Karena saya dicintai oleh Tuhan. Bapa Suci Fransiskus mengajak setiap orang merasakan kasih Allah dalam hidup. Dan hanya karena itu seseorang akan berkobar-kobar menjadi seorang pewarta, ‘yang hidupnya semarak dengan semangat, yang telah menerima lebih dulu sukacita Kristus’ dan bukan dari pewarta yang murung, putus asa, tidak sabar atau kuatir!
Namun betapa membangkitkan semangat pewartaan itu begitu sulit ketika seseorang kehilangan pengalaman akan Allah yang kuat, yang melindungi, yang terbukti telah menyelamatkan. Terlebih ketika situasinya serba sulit dan mengawatirkan. Itulah yang sedang dialami bangsa Israel ketika hidup berbangsa berada di tengah ancaman bangsa Asyur. Yesaya terus menerus berpesan kepada bangsanya untuk setia dan mengandalkan Allah. Ketika itu mereka sedang berada dalam ancaman bangsa Asyur yang semakin kuat dan berpengaruh. Bagi Yesaya, lemahnya Israel bukanlah karena Asyur, melainkan karena kurang kuatnya iman kepada Tuhan. Di samping mengingatkan akan bahaya yang ada di depan mata ketika bangsa lengah dalam iman, Yesaya juga menubuatkan optimisme zaman mesias yang datang dari keturunan Daud. “Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar. Terang telah bersinar atas mereka yang diam di negeri kekelaman” (Yes 9: 1). Bagi Yesaya, hanya kekuatan Allah yang memberanikan bangsa untuk bangkit mengalahkan musuh.
“Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat!” (Mat 4: 17). Yesus mengawali seluruh karya-Nya dengan seruan itu. Seruan inilah yang sesungguhnya menjadi inti seluruh panggilan iman. Yaitu mengajak orang untuk membarui hidup dengan bertobat. Dan secara proaktif menyambut zaman baru, yaitu zaman Allah yang menjadi raja. Seraya terus menerus membarui diri, marilah kita mengajak orang untuk bertobat dan menyambut hadirnya Allah dalam hidup. Jika itu dilakuan setiap kali, tanpa menunggu momen istimewa dalam hidup, dan dalam kesadaran dicintai oleh Tuhan, niscaya pewartaan kita akan menggugah dan mengubah hidup setiap pribadi.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr