Seperti Dia, Datang untuk Melayani

Oleh BAVO BENEDICTUS SAMOSIR, OCSO

Hari ini dia berangkat ke sebuah paroki, tempat dia menjalankan tugas perutusan sebagai diakon. Di satu sisi ia sangat siap untuk tugas perutusan ini karena bekal yang telah ia terima tetapi di sisi lain ia menyadari bekal itu masih berbentuk teori yang masih perlu diwujudkan. Dalam situasi ini, ia ingat nasihat penting yang ia terima dari pembimbing rohaninya yakni jangan pernah mengandalkan diri sendiri karena dirinya sebagai manusia biasa tidak akan mampu melakukan sendiri tugas perutusan yang ia terima. Ia perlu selalu menyadari hal itu agar dalam kesadaran itu, ia berusaha memberikan waktu bersama Tuhan dalam keheningan doa untuk mendengarkan apa yang Tuhan ingin katakan kepada dirinya untuk dilakukan. Mendengarkan suara Tuhan yang ada di dalam hatinya yang terdalam dan memahami kehendak-Nya sangat diperlukan untuk tugas pelayanan sebagai diakon, terutama saat menghadapi tantangan. Perutusannya sebagai diakon menyadarkannya betapa pentingnya budaya pelayanan di dalam hidup ini.

Melayani merupakan panggilan bagi semua orang Kristen apapun itu profesinya. Panggilan untuk melayani berdasar pada teladan Yesus Kristus yang datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani (Matius 20:28, Markus 10:45). Dan kita sebagai pribadi yang menganggap diri sebagai pengikut Kristus, melayani merupakan nilai yang perlu kita hayati dan usahakan dalam keseharian hidup kita. Sebagaimana semangat melayani ada dalam pribadi dan hati Yesus, maka semangat melayani harus ada di dalam diri dan hati kita, meskipun bentuk pelayanan itu berbeda seturut panggilan hidup kita masing-masing (1Korintus 12:5) Seorang guru, tentu berbeda bentuk konkret pelayanannya dengan seorang dokter, namun semangat pelayanan itu harus ada dalam diri setiap orang. Melayani merupakan aspek yang mendasar, jika ingin menjadi murid Kristus.

Dalam dunia yang sangat individualis di mana  kepentingan pribadi sangat diutamakan dan melupakan kepentingan bersama, budaya pelayanan sangat sulit untuk diterima. Tetapi dengan  kekuatan Tuhan, melayani akan mendatangkan sukacita. Mahatma Gandi pernah mengatakan bahwa pelayanan sejati bersumber dari cinta dan bukan dari rasa takut. Melayani merupakan tindakan kasih yang bersumber dari hati yang mengasihi. Ketika kita melayani orang lain dengan kasih dan belas kasihan, kita menunjukkan kasih kita kepada Tuhan dan mengungkapkan rasa syukur kita atas berkat-berkat-Nya dalam hidup kita.

Tantangan lain yang mungkin kita hadapi dalam melayani sesama adalah godaan untuk mencari pengakuan atau keuntungan bagi diri kita sendiri. Untuk itu perlu memiliki motivasi yang baik dan perlunya kerendahan hati dan mengutamakan orang lain daripada diri kita sendiri (Roma 12:10). Perlu memiliki sikap mau mengutamakan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan kita sendiri. Penting untuk diingat bahwa pelayanan sejati tidak mementingkan diri sendiri dan tidak boleh didorong oleh agenda pribadi atau keinginan untuk dipuji. Harus kita sadari bahwa pelayanan seperti itu selalu  dalam proses.

Kurang lebih dua jam, akhirnya ia tiba di paroki tempat perutusannya. Gereja tampak berdiri kokoh menyambut kehadirannya. Ia menatap gereja tersebut. Tampak dua menara cukup menjulang di mana tiap puncaknya terdapat salib, seakan-akan mengatakan kepada dunia bahwa dalam salib Kristus ada keselamatan. Kemudian ia mengarahkan langkahnya ke pastoran, tepat di samping gereja, sambil mencari bel untuk memanggil penghuni yang ada di dalam. Beberapa menit kemudian, seorang imam keluar menyambut dirinya dalam keramahan. Sambutan imam tersebut membuatnya merasakan semangat persaudaraan.

Selama setahun ini ia akan bersama dengan imam tersebut dalam tugas perutusan sebagai diakon, sebagai pelayan. Kebersamaan yang ia alami di awal pertemuan membuat dirinya bersemangat memberikan dirinya dalam tugas perutusannya sebagai diakon di paroki ini. Semoga mereka bisa berjalan bersama dan saling menyemangati serta menemani dalam melaksanakan tugas mereka masing-masing, khususnya ketika sedang dalam perjuangan. Berjalan bersama yang membuat umat merasakan kehadiran Yesus dalam hidup ini.

*Penulis adalah Rahib and Imam – Mount St. Joseph Abbey –Roscrea Co. Tipperary Irlandia. Saat ini sedang berada di Rawaseneng.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *