
Zakheus adalah seorang pejabat, sebab dia kepala pemungut cukai. Dia juga seorang yang kaya raya sebab jabatannya memungkinkan dan memudahkan dia untuk korupsi. Tapi Zakheus adalah orang kesepian, sebab dia dianggap hina atau pendosa oleh banyak orang. Oleh karena jabatannya sebagai kepala pemungut cukai maka dia dibenci oleh banyak orang sebab dianggap sebagai pengkhianat bangsanya, antek penjajah Romawi. Jadi meski Zakheus bergelimpangan harta tetapi dia kesepian. Orang yang kehilangan hakikatnya sebagai manusia.
Pada zaman ini kesepian adalah penyakit yang diderita oleh banyak orang. Penyakit ini sulit diobati memakai ilmu kedokteran, meski dapat merusak tubuh. Orang kesepian melarikan diri ke obat terlarang, minuman keras, dan hiburan tidak sehat lainnya. Tidak jarang orang semacam ini dapat berbuat keji, jahat pada sesama, sebab dia marah pada situasi yang dihadapinya. Akibat tindakan yang tidak menyenangkan maka orang semakin menjauh. Semakin orang menjauh dia semakin kesepian dan semakin jahat pada sesama. Ini seperti lingkaran setan.
Yesus memberi teladan bagaimana memutus lingkaran setan ini. Pertama, Yesus menempatkan Zakheus lebih tinggi. Dia melihat ke atas, bukan disebabkan Zakheus duduk di atas pohon, tetapi hendak menempatkan Zakheus sebagai orang yang mulia. Bukan orang hina atau pendosa. Kita cenderung memandang rendah orang apalagi bila kita punya jabatan atau status tinggi dan orang yang kita hadapi dianggap tidak mempunyai jabatan atau status yang setara. Orang kesepian biasanya dia dalam bahasa Jawanya “ora diwongke” tidak dihargai martabatnya. Dia ada atau tidak ada, tidak ada bedanya. Yesus memulai dengan melihat Zakheus sebagai manusia yang mulia.
Kedua, Yesus mulai menyapa. Menyapa berarti mengakui keberadaannya. Sering orang enggan ikut pertemuan, sebab dia takut nanti di tempat pertemuan tidak ada yang dikenalnya, sehingga tidak ada seorang pun yang menyapanya. Orang tidak menganggap kehadirannya. Masalahnya kita sering berharap orang mau menyapa kita lebih dulu daripada kita mulai menyapa orang lain. Terlebih bila kita merasa bahwa kita mempunyai status atau jabatan yang tinggi.
Romo Yohanes Gani, CM