
Dalam Filp 2: 1-4 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudari, dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan. Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri. Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Lukas dalam injilnya (Luk 14: 12-14) mewartakan: “Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang yang mengundang Dia: “Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah mengundang para sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau para tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
Maka, apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Paulus sebagai guru, pewarta dan pembina kabar keselamatan, senantiasa berusaha untuk mengingatkan dan meneguhkan umatnya: “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri.
Karena mereka tinggal di tempat yang jauh, dia menyapa dan mengingatkan mereka melalui surat. Dia memberi teladan bahwa jarak atau kesulitan lainnya, tidak menjadi penghalang terhadap tugas kerasulan yang diemban.
Dua, Yesus menyerukan: “Apabila mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu”.
Seruan/ajakan itu benar-benar melawan arus, karena tuan pesta pada umumnya mengundang mereka yang dikenal, tetangga dan para pejabat.
Tindakan itu butuh keberanian, tekad dan persiapan mental yang kuat, dan berkelanjutan. Hal itu sulit namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Hendaklah kita berani untuk ambil keputusan seperti itu. Amin.
Mgr Nico Adi MSC