Aloys Budi Purnomo Pr
Syukur kepada Allah, Puji Tuhan, September 2022 ini, Karya Kerasulan Jurnalistik Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan, yang kami rintis dan mulai terbit perdana September 2004, berusia 18 (delapan belas) tahun. Dari sisi jumlah tahun, 18 tahun tentu tidak sebentar. Selama 18 tahun, kami boleh melayani karya nirlaba, sebagai Karya Kerasulan Jurnalistik, salah satunya publikasi Majalah INSPIRASI setiap bulan. Kecuali itu, kami juga boleh melakukan publikasi buku ber-ISBN, penerbitan album rohani, dan karya-karya lain yang menopang fokus utama karya kerasulan jurnalistik ini.
Terima kasih kepada Rekan-Rekan Tim INSPIRASI yang biasa disapa Timins atas kesetiaan, komitmen, dan dedikasi dalam karya kerasulan nirlaba ini. Terima kasih kepada semua pihak, yakni penulis, pelanggan, pembaca, agen, pendukung, dan donatur yang selama ini dengan ikhlas hati menopang dan mendukung jalannya karya kerasulan ini. Tanpa Panjenengan semua, karya kerasulan ini tak mungkin berjalan. Sebagai perintis, pendiri, penanggung jawab, dan pelayan redaksi, saya menghaturkan sangat banyak terima kasih. Kecuali itu, saya selalu berdoa, semoga Panjenengan semua selalu dianugerahi kesehatan dan sukacita dalam Tuhan.
Pada kesempatan HUT ke-18 Karya Kerasulan Jurnalistik Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan ini, mari kita tempatkan rasa syukur ini dalam konteks bulan September sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Tema BKSN 2022 adalah “Allah Sumber Harapan Hidup Baru”. Tema ini ditopang dengan ayat emas yang dikutip dari Kitab Amsal, yakni “Carilah Tuhan Allah, maka kamu akan hidup” (Am. 5:6). Berangkat dari konteks itulah, refleksi inspirasiorial ini dimulai, dikembangkan, dan dibagikan dalam dua kata kunci “Harapan Baru”.
Harapan baru ini kita serukan di saat kita semua sedang berangsur pulih sesudah pandemi Covid-19 melanda dunia. Di tahun 2022, secara hitungan waktu, kita berada dalam rentang tiga tahun bergumul dengan pandemi Covid-19 yang terjadi sejak akhir tahun 2019. Tak dapat dimungkiri, virus Corona yang mengakibatkan pandemi Covid-19 telah memorakporandakan berbagai sendi kehidupan kita, fisik maupun psikis, jasmani maupun rohani, sosial maupun ekonomi, bahkan konteks relasional kemanusiaan.
Pandemi Covid-19 telah mengubah pola relasi, pola pikir, dan pola perilaku kita sebagai manusia. Fakta atas terjadinya pembatasan-pembatasan dan ketentuan untuk menjaga jarak demi menjaga penyebaran virus Corona, pola relasi antarpribadi manusia berubah drastis. Pola relasi perjumpaan yang biasanya ditandai oleh jabat erat bahkan peluk cium berubah menjadi “tos” atau saling menghormati dengan posisi tangan terkatup menyembah sambil membungkukkan badan. Pola perilaku interpersonal relasional ini tampaknya sederhana, namun telah mengubah perilaku kita sebagai manusia, terutama dengan budaya Timur yang terbiasa dengan salaman, termasuk cipika-cipiki.
Dalam tradisi kemanusiaan universal, sentuhan fisik penuh kasih merupakan ekspresi terdalam, terdekat, dan terekspresif dalam konteks persaudaraan dan persahabatan. Namun, semua itu tiba-tiba berubah. Sedikit kaku, bahkan beku, namun apalah daya, semua demi saling menjaga kesehatan di antara kita.
Masker! Ya mengenakan masker, itu bukanlah tradisi harian kita. Dengan kewajiban mengenakan masker, pasti bagi kebanyakan masyarakat kita, hal itu pun merupakan hal yang aneh, risih, bahkan rasanya sumpek, hanya karena tidak biasa! Mengenakan masker menjadi hal baru yang harus kita buat di saat kita berada di ruang publik.
Mari kita syukuri segala sesuatunya dalam semangat harapan baru. Salam Peradaban Kasih Ekologis. Dirgahayu INSPIRASI! Salam INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan!