Hari ini kita merayakan pesta Salib Suci. Ketika menyerang dan menaklukkan Tanah Suci, raja Persia merampas salib Yesus dan membawa ke negerinya. Kemudian Kaisar Heraklius mengalahkan dia dan membawa pulang salib itu. Ia sendiri memikul salib itu sampai ke puncak Golgota.
Pada abad ke-4, St Helena – ibunda Konstantin Agung menemukan salib itu. Sebuah gereja dibangun untuk menghormati salib itu. Pesta ini merupakan pengakuan iman bahwa salib Yesus merupakan jalan keselamatan.
Dalam Bil 21: 4-9 dikisahkan: “Setelah berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan yang hambar ini kami telah muak.”
Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari kami.”
Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang. Setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.”
Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Paulus dalam Filp 2: 6-11 menyapa umatnya: “Saudara-saudari, walaupun dalam rupa Allah, Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Yohanes dalam injilnya (Yoh 3: 13-17) mewartakan sabda Yesus: “Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, setelah bangsa yang memberontak itu minta ampun, berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” Lalu Musa melakukannya. Dan benar bahwa orang yang dipagut ular, lalu memandang ular tembaga itu, ia tetap hidup”.
Apa yang dikatakan Tuhan diterima dan dipatuhi oleh umat-Nya, dan hasilnya adalah mereka tetap hidup. Hendaknya kita pun bertindak demikian: menerima atau mengimani dan melakukannya dengan setia sehingga berkat Allah dan kehidupan kita terjamin.
Dua, Yohanes mencatat sabda Tuhan yang mengagumkan ini: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Dalam Kristus, setiap orang yang percaya akan Dia, dijamin akan memperoleh hidup kekal. Semoga jaminan itu tidak hilang karena kesalahan kita sendiri. Amin.
Mgr Nico Adi MSC