“Mo, ada tamu, tapi medeni!” Mbak Nina, salah satu karyawan cleaning service Pastoran Unika Soegijapranata Semarang memberitahukan kepada Timin.
“Loh, medeni piye?” tanya Timin.
“Badannya penuh tato, Mo. Wajah, tangan, dan tubuhnya!” jelas Mbak Nina. Tanda-ganda itu yang menurut Mbak Nina medeni alias bikin takut.
“Apalagi yang medeni?” tanya Timin.
“Anu Mo, gondrong.”
“Lah, berarti aku medeni ya,” seloroh Timin.
“Ya ndak!”
“Terus apa lagi?”
“Pakai anting-anting, Mo”
“Terus, apa lagi?”
“Mosok cuma pakai kaos singlet Mo. Kayak preman, Mo!”
Hahahaha. Timin ketawa seraya berjalan hendak menyambut Sang Tamu istimewa yang memang sudah ditunggu-tunggunya itu.
Beberapa hari sebelumnya, Timin sudah ber-chatting dengan yang bersangkutan. Jadi saat Mbak Nina menyampaikan informasi tentang Sang Tamu, Timin sengaja bertanya seperti itu justru karena keterangan awal bahwa Sang Tamu medeni.
Timin pun berkata kepada Mbak Nina, “Tamuku itu Pak Pendeta, Yu!”
“Loh, mosok ta, Mo!”
Sambil beranjak berdiri seraya melangkah menyambut Sang Tamu, Timin menjawab, “Jangan lihat casingnya, Yu!”
Timin menyambut Sang Tamu dengan pelukan selamat datang. Sang Tamu berbinar penuh sukacita. Siapakah Sang Tamu itu? Siapa lagi kalau bukan Pendeta Agus Sutikno, yang selama ini memang dikenal sebagai Pendeta Bertato karena seluruh badannya penuh tato. Namun, beliau adalah sosok gembala yang beraroma domba, sebab beliau mempunyai segmen pelayanan khusus, yakni mendampingi, membina, dan melayani mereka yang terkucil, seperti penderita AIDS dan HIV, PSK, anak-anak yang tanpa ayah, termasuk ibunya pun dalam pendampingan dan pelayanannya. Per Oktober 2021, sedikitnya 150 “jemaat”nya dari bayi hingga usia SMA, belum terhitung yang lansia. Maka, tak berlebihan bila dikatakan bahwa beliau adalah Gembala Beraroma Domba. Uniknya, mayoritas dombanya justru bukan umat Kristiani. Kereen bukan? (Timin)
NB.: Kisah live-nya bisa diakses di https://youtu.be/gxVHVi1mBI4
atau di Aloys Budi Purnomo TV – YouTube https://www.youtube.com/channel/UC38cKSRdxgkxzJfW_c1sYyA
