
Hari ini kita memperingati Maria, Bunda yang berdukacita. Maria terpilih sebagai Bunda Penebus, bukan berarti tanpa dukacita. Ia mendengar secara langsung kata-kata Simeon di Kenisah, mengetahui kebencian orang-orang Farisi kepada Anaknya maupun perjalanan Yesus ke Kalvari. Meski menghadapi semuanya itu, Ia tetap tabah hingga di kaki salib.
Surat Ibr 5: 7-9 mengisahkan: “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Yesus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Sekalipun Yesus adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat terhadap apa yang telah diderita-Nya. Dan sesudah mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Lukas dalam injilnya (Luk 2: 33-35) mewartakan: “Ketika bertemu di bait Allah, Yoseph dan Maria amat heran akan segala yang dikatakan Simeon tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan, dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, keterpilihan sebagai Bunda Penebus adalah kegembiraan besar, namun anugerah itu juga menyertakan dukacita, seperti yang dikatakan Simeon: suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri.
Anugerah dan derita adalah bagian utuh dari peristiwa-peristiwa keselamatan, kehidupan dan kemasyarakatan. Maka, hendaknya kita dan Saudara perlu menyiapkan diri untuk mengalami dan menyambut kesulitan, tantangan, derita, maupun kemalangan dengan sikap tenang, tawakal dan bijaksana.
Diwartakan dengan jelas bahwa sekalipun Ia adalah Anak, Yesus telah belajar menjadi taat terhadap apa yang telah diderita-Nya. Ketaatan Yesus untuk bertahan dalam derita, tentu didapatkan dari kedua orangtua-Nya, terlebih dari ibu-Nya..
Maka, hendaknya kita juga memberikan hormat kepada Maria Bunda kita yang telah berperan penting dalam sejarah keselamatan melalui deritanya. Tidak lupa kita berterima kasih kepada ibu kandung kita, yang telah mengorbankan banyak hal bagi kehidupan dan masa depan kita. Amin.
Mgr Nico Adi MSC