PASKAH: Transformasi Diri dan Transformasi Sosial

Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA, SJ

 

Pribadi sosial

Kita semua dilahirkan dalam keluarga. Ada ayah dan ibu serta saudara-saudara sekandung. Makin besar kita berhubungan dengan teman-teman sekolah dan kita berkembang didampingi oleh guru. Di situ kita telah mengalami transformasi diri sekaligus sosial. Apa yang sudah kita miliki dalam keluarga, seperti pengetahuan dan semangat persaudaraan atau berteman baik,  dikembangkan dalam pendidikan di sekolah. Memang sepanjang perjalanan umur, kita mengalami transformasi diri dan sekaligus transformasi sosial, karena bertambahnya pengetahuan dan pengalaman hidup. Dalam pergaulan hidup di tengah lingkungan hidup kita, seperti di sekolah, dalam pekerjaan dan lainnya, kita saling mempengaruhi. Kita juga memiliki pengaruh. Semoga pengaruh kita baik, sehingga terjadi transformasi sosial yang kita harapkan. Demikian pula dalam kehidupan kita sebagai orang beriman. Di situ kita bahkan diteguhkan dengan Hukum Kasih yang bermuara ganda: yaitu mengasihi dan berbakti kepada Tuhan, sekaligus mengasihi sesama, terlebih mereka yang miskin, menderita dan membutuhkan bantuan. Sehingga transformasi Paskah dengan sendirinya menyangkut transformasi sosial. Kalau dengan kuasa rahmat Paskah relasi kita dengan Tuhan, dengan sesama dan lingkungan hidup sudah diperbarui, tentu akibatnya ada suatu transformasi sosial pula, berkat kuasa Roh Kudus yang menyertai kita sebagai garam dan terang dunia.

 

Persoalan transformasi diri menjadi transformasi sosial

Kalau dengan Paskah kita telah mengalami trnsformasi diri, yaitu menjadi lebih baik kualitasnya dalam hidup bersaudara; kalau sudah semakin berkualitas dalam kejujuran, keadilan, kepedulian terhadap saudara-saudari yang miskin dan menderita, dan kepentingan-kepentingan diri sudah kita buang dan yang kita usahakan melulu demi kebaikan bersama, dan ini kita usahakan bersama dengan semua saudara yang beriman dan berkeyakinan lain,  diharapkan ada transformasi sosial yang membuat cara dan tatanan hidup bersama menjadi semakin berkualitas, semakin bermartabat, menuju hidup bersama yang damai dan sejahtera. Tetapi kenyataannya tidak semudah itu. Ada halangan-halangan yang menghadang sehingga yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan. Halangan itu tidak hanya datang dari luar, yaitu karena kita umat Katolik hanya sedikit jumlahnya dan tidak semua orang dapat sepaham dengan pandangan dan cita-cita kita. Halangan itu bahkan ada dalam diri kita sendiri. Mari kita lihat halangan-halangan tersebut.

Selengkapnya ada di edisi cetak Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan no. 200 April Tahun XVII 2021. Hubungi +6285101923459

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *