Menjelang terbang ke Roma bersama rombongan Peziarah Marry Our Lady yang diselenggarakan Christour, Timin mampir di smoking room. Pasalnya penerbangan Jakarta- Doha akan menempuh waktu tujuh jam empat puluh lima menit tanpa asap alias vietato fumare. Beberapa saat di antara para penyinggah smoking room, tiba-tiba seseorang bertanya kepada Timin, “Maaf, Bapak seorang pastor ya? Mau terbang ke mana?”
Dalam suasana sedikit agak heran dari mana dia tahu Timin seorang pastor namun kemudian paham sebab Timin mengenakan baju kolar, saya menjawab, “Benar. Saya pastor Katolik. Saya mau terbang ke Roma?”
Belum sempat bertanya kepadanya, pemuda itu masih bertanya lagi kepada Timin, “Kalau Katolik disebut pastor, di Kristen disebut apa ya?” “Pendeta…” jawab Timin sambil menikmati Ashika. “Mas mau ke mana?” gantian Timin bertanya. “Saya mau ke Arab Saudi tetapi terbang melalui Malaysia. Romo lewat mana?” jawabnya lanjut bertanya.
“Saya lewat Doha karena saya naik Qatar!” Begitulah obrolan spontan dengan salah seorang yang tak dikenal di dalam smoking room di bandara internasional Jakarta di dekat gate 9, pada hari Minggu, 14 Juli 2024. Hingga Timin berpamitan bahkan mereka tidak saling berkenalan. Namun setidaknya dia bisa membedakan bahwa Pastor itu Kristen Katolik dan Pendeta itu Kristen Protestan. (Timin)