
Hari kedua mengemban tugas sebagai Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (Kom HAK KWI), Timin yang tinggal di Wisma Unio Indonesia di Kramat VII/10 berjalan kaki menuju Kantor KWI di Cut Meutia. Pasalnya, Timin belum hafal jalur kendaraan apalagi terkait dengan peraturan ganjil dan genap. Demi amannya, Timin berangkat dengan berjalan kaki. Jadi tidak by car atau by motor dan lainnya melainkan by feet. Tidak nge-Grab ataupun ngo-Jek melainkan ngo-feet tapi bukan ngepit alias naik sepeda hahaha melainkan sekali lagi jalan kaki. Timin menghayatinya sebagai sekalian olah raga. Lumayan, membutuhkan waktu sekitar 25-30 menit tergantung kelancaran dan atau kemacetan. Lumayan, bisa minimal 4000 sampai 5000 langkah.
Dalam perjalanan itu, ternyata cuaca tiba-tiba tidak kondusif. Awalnya gerimis dan lalu berubah jadi hujan yang lumayan deras. Apa daya, Timin tidak bawa payung ataupun jas hujan pun mantel. Alih-alih berhenti dan berteduh, Timin terus melangkah melanjutkan perjalanan. Alasan pokoknya, Timin tak mau terlambat sebab harus mengikuti rapat anggaran 2025 bersama tiga Bapak Uskup di Dewan Moneter bersama para Sekretaris Komisi lainnya. Alhasil Timin basah kuyup.
Di seberang jalan yang dilewati Timin terdapat toko barang kelontong. Timin antre dengan maksud membeli jas hujan. “Permisi, Bang. Jual mantel atau jas hujan nggak?” Tanya Timin kepada lelaki penjaga toko yang berambut gondrong itu. “Maaf, tidak ada dan tidak jual!” Jawabnya. Di situ dijual tas plastik warna hitam dan merah. “Kalau begitu saya beli tas plastik saja ya.” Timin menunjuk warna hitam sambil menyerahkan selembar 5000 rupiah.
Apa yang terjadi? Abang itu bilang, “Ndak usah, Mas. Dipakai aja!” Memang Timin bermaksud memakai tas plastik untuk penutup kepala. Begitulah Timin berjumpa seorang yang berhati baik dan tampaknya juga berbelaskasih. Tuhan selalu mengutus orang baik di mana pun! Jangan takut! (Timin)