Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Padre Pio. Dia lahir di Italia Selatan tahun 1887, dan masuk ke tarekat Kapusin. Setelah ditahbiskan sebagai imam tahun 1910, karena sakit-sakitan, dia dikembalikan kepada kekuarganya. Kemudian, dia pindah ke biara kapusin di Rotondo.
Tahun 1918, ketika berdoa di depan salib Tuhan, dia diberi stigmata yang terus terbuka dan mencucurkan darah selama 50 tahun. Kejadian itu hendak disembunyikan namun umat yang mendengar hal itu makin banyak dan datang ke biara itu. Setiap hari Padre Pio hanya tidur 2 jam. Setelah merayakan misa, kegiatannya adalah mendoakan umat dan melayani sakramen tobat. Dia meninggal pada usia 81 tahun pada tahun 1968 dan dinyatakan sebagai santo pada 16 Juni 2002.
Paulus melalui Flp 4: 4-9 menyapa umatnya: “Saudara-saudara, bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.
Yohanes dalam injilnya (Yoh 17: 20-26) mewartakan doa Yesus kepada Bapa-Nya: “Ya Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk mereka yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.
Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan namaMu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Padre Pio yang lemah kondisi fisiknya dan sakit-sakitan, toh tetap ditahbiskan sebagai imam. Tentu pemimpin biara dan uskup, lama sebelum pentahbisan imamatnya, “melihat/memberikan kesaksian” bahwa pada pribadi Pio ada karunia-karunia yang istimewa. Dan 8 tahun setelah tahbisannya karunia itu muncul dalam wujud stigmata. Padre Pio selama 50 tahun bukan hanya memikirkan yang suci, mulia dan adil, tetapi juga telah melaksanakannya. Yang sakit dan lemah, dan layak disingkirkan di mata dunia, ternyata dipilih untuk menjadi alat Tuhan yang istimewa bagi keselamatan orang banyak. Hendaknya kita tetap mengagumi dan mengakui karya Tuhan yang dahsyat itu.
Dua, Yesus telah mendoakan kita dan memberitahukan Bapa kepada para murid-Nya dan kita. Siapakah kita ini sehingga begitu berharga dan dikasihi Allah ? Kita ini bukan siapa-siapa, dan tidak punya apa-apa. Yang ada pada kita adalah titipan.
Hanya Dialah yang punya segala sesuatu, namun mau melakukan itu semua, supaya kita selamat dan bahagia. Maka, hendaknya kita bersyukur atas apa yang dipercayakan kepada kita, dan membalas Dia dengan berbuat baik kepada sesama. Jangan egois dan apatis kepada sesama, lebih-lebih yang melarat, dan tidak punya apa-apa. Amin.
Mgr Nico Adi MSC