
Berikut ini adalah Homili Ketua Komisi Kateketik KWI Mgr Seno Ngutra dalam Misa Pembukaan Pertemuan Nasional V Katekis “Katekis Sebagai Pendidik Iman, “Katekis Sebagai Pendidik Iman”, Sub Tema: “Refleksi atas Petunjuk untuk Katekese” (PuK 2020) ” yang diselenggarakan Komisi Kateketik KWI pada Senin, 1 Juli 2024.
Anda adalah seorang katekis sejati dan sudah pasti bahwa Tuhan tak pernah salah memilih Anda menjadi seorang katekis. Sama seperti seorang prajurit yang dikirim ke medan perang, pasti membawa senjata. Maka, Anda pun pasti dalam pengalaman hidup merasa diperlengkapi oleh Tuhan ketika diutus ke medan pelayanan.
Bapak-Ibu, Saudara-saudariku yang terkasih,
Senang bahwa hari ini kita memulai Pernas ini dengan bersyukur kepada Tuhan dalam sebuah perayaan ekaristi. Scoth Han dalam bukunya The Lamb of God, dia mengutip kembali apa yang dikatakan oleh almarhum Paus Yohanes Paulus II bahwa perayaan ekaristi adalah perjamuan surgawi yang diadakan di dunia, dan itu Anda hanya temukan di dalam Gereja Katolik.
Karena itu saat ini ketika kita memulai kegiatan sidang dan rapat kita di hari ini, kita disuguhi makanan surgawi. Dan makanan surgawi itu adalah Tubuh dan Darah Kristus sendiri yang menjadi kekuatan dalam setiap karya tugas pelayanan kita. Hari ini juga menjadi hari yang istimewa karena pasti saja ada di antara kita yang baru pertama kali datang di Kota Jakarta. Selamat datang bagi yang baru datang! Inilah Jakarta. Tentunya ada pengalaman indah, mau naik pesawat bagaimana, mau pasang seatbelt bagaimana, apalagi sampai digandeng oleh pramugari-pramugari, wow senang sekali itu.
Tapi semuanya Anda lalui dan datang hari ini untuk satu tujuan yakni para narasumber tidak akan memberikan sesuatu yang baru, tetapi mereka akan meneguhkan apa yang telah Anda hidupi, apa yang telah Anda ajarkan, dan apa yang telah Anda berikan kesaksian di tengah2 hidup Anda sebagai seorang katekis.
Kalau kita belajar dari pribadi Yesus, maka Dia adalah seorang Katekis sejati. Alat peraga utama Dia adalah tubuh-Nya sendiri. Ketika Dia di laut, Dia menyesuaikan pengajaran-Nya tentang jala, tentang ikan, tentang para penjala dan lain sebagainya. Ketika Dia di darat, Dia mengumpamakan buah Ara, gandum dan lain sebagainya. Karena itu kita belajar bahwa Yesus tidak pernah tergantung dari alat peraga di luar Diri-Nya. Dia betul-betul memanfaatkan semua yang ada di dalam tubuh-Nya atau pada tubuh-Nya, mulut-Nya, pandangan-Nya, mimik-Nya, tangan-Nya, dan semua yang ada pada-Nya. Karena itu kita mendengarkan tadi bahwa Dia bisa di darat, bisa ke laut, bisa ke bukit, bisa turun ke lembah, semuanya Yesus lakukan sebagai seorang Katekis sejati. Dan pengajaran-Nya sungguh mendatangkan daya tarik bagi orang-orang yang mendengar, tetapi juga membawa transformasi atau perubahan pertobatan bagi kita, bagi mereka yang mendengarkan Dia.
Maka seorang katekis sejati harusnya seperti Yesus, bahwa dia adalah pelaksana utama dari apa yang dia ajarkan. Karena kalau kita cuma berkata-kata, berkatekese, maka orang bisa merangkai kata-kata dengan indah, bisa membuat kata-kata itu mudah untuk dicerna, tetapi ketika kata-kata yang indah itu tidak nyata dalam hidup seorang katekis, maka itu adalah kebohongan. Maka, seorang katekis sejati dituntut bahwa pertama, sama seperti yang Yesus tuntut dalam diri orang-orang yang mengikuti Dia hari ini dalam Injil, maka seorang katekis pertama-tama harus dia bertaut erat pada Yesus sendiri yakni dalam doa-doa dia, dalam ekaristi secara khusus. Tanpa keterpautan dan tanpa keterikatan ini maka apa yang Anda wartakan hanyalah apa yang Anda pikirkan sebagai seorang katekis.
Karena banyak orang berbicara tentang Tuhan dari pengetahuannya. Tetapi hanya sedikit yang berbicara tentang Tuhan dari pengalamannya. Dan seorang katekis harus berangkat dari otak dia, turun ke hati dia, turun ke pengalaman pribadinya tentang siapakah itu Yesus, dan itulah yang harus diajarkan.
Kedua, seorang katekis dia harus menjadi pelaksana utama dari apa yang dia wartakan. Maka Paus Fransiskus mengatakan kepada para orang tua dengan nasihat yang paling indah. “Jika Anda ingin mengajari anakmu untuk berdoa, maka berdoalah bersama-sama dengan mereka!” Seorang katekis tidak hanya terbatas pada katekese, pada pengajaran, pada pendidikan, pada pembinaannya. Tapi dia harus mulai dengan umat itu, inilah cara berdoa! Inilah cara berdevosi! Inilah cara hidup orang beriman sebagai Katolik! Karena itu, jadilah pelaksana dari apa yang Anda wartakan.
Ketiga, berkatekese, berkata-kata itu bagus. Tapi sekali lagi, pewartaan yang paling jitu bukan terletak pada kata-kata kita semata, tetapi pada kesaksian hidup. Karena itu kebenaran adalah penyesuaian antara apa yang kita katakan dengan realitas sebagai seorang katekis. Maka, saat ketika Anda menjadi seorang saksi dalam kehidupan nyata, maka orang tidak lagi membutuhkan manisnya atau panjangnya rangkaian kata-kata Anda.
Dan yang paling terakhir, jangan pernah takut! Jangan pernah kecewa sebagai seorang katekis! Karena Tuhan yang memanggil dan memilihmu, maka Dia juga pasti yang akan menyempurnakanmu dalam karya, yang akan memperlengkapimu dalam semua yang Anda lakukan di tengah-tengah umat yang Tuhan percayakan kepadamu. Anda adalah seorang katekis sejati! Tuhan memberkati.