Oleh BAVO BENEDICTUS SAMOSIR, OCSO*
Kita semua pernah mengalami kebahagiaan dan kesedihan dalam perjalanan kehidupan di dunia ini. Pengalaman kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti menghampiri diri kita. Sebagai contoh, kita bahagia karena posisi jabatan dan gaji di pekerjaan memuaskan sehingga kehidupan keluarga dalam hal sandang, pangan dan lain sebagainya terjamin. Kita bahagia karena memiliki keluarga dan para sahabat yang setia dan menyenangkan. Namun kehidupan tidak selalu tentang perjalanan yang membuat hati bahagia tapi juga tentang perjalanan yang membuat hati bersedih dan harus ada tetes air mata jatuh melintasi pipi. Seorang anggota keluarga, entah itu orang tua kita kerabat terdekat harus meninggalkan kita untuk selamanya. Kita kehilangan pekerjaan. Seseorang di dalam kantor memfitnah kita. Pengalaman-pengalaman tersebut membuat mendung menghitam di langit kehidupan.
Apapun situasi yang kita alami saat ini yang terpenting adalah bahwa kita harus berusaha menyadari penyertaan Tuhan di dalam kehidupan. Tuhan hadir di tengah masa suka dan masa duka. Dia selalu setia dan Dia jauh lebih besar dari keadaan kita saat ini, apapun itu keadaannya. Hal ini akan membantu kita untuk selalu bersyukur dan memuji Tuhan. “Dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya, terpujilah nama Tuhan (Mazmur 113:3). Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.( 1Tes 5:18)
Pengalaman suka dan duka merupakan bagian dalam kehidupan di dunia ini. Suka dan duka selalu silih berganti datang dan pergi dalam kehidupan kita. Namun Tuhan tidak pernah datang dan pergi. Jadi rasa syukur kita tidak tergantung atau dkendalikan oleh suka dan duka kehidupan yang tidak pernah abadi tetapi karena Dia selalu ada untuk kita. Oleh karena itu, jauh lebih penting adalah Tuhan yang selalu ada beserta kita dan kita diundang menjalani hubungan dengan-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana tertulis dalam Mazmur 16, Allah menunjukkan kepada kita “jalan hidup”, yaitu cara hidup yang terbaik. Dan kita mengetahuinya terutama melalui Sabda-Nya.
Ketika pengalaman bahagia, segalanya akan terasa lebih mudah untuk bersyukur, namun tidak demikan ketika pengalaman duka menghampiri kita. Ketika kita berduka sangat sulit untuk melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidup kita. Bersyukur pada Tuhan saat duka bukan berarti mengabaikan pengalaman duka kita lalu berpura-pura bahwa semuanya membahagiakan padahal sebenarnya tidak. Kita perlu mengungkapkan perasaan duka kita pada-Nya. ”Serahkan segala kekhawatiranmu pada-Nya karena Dia peduli padamu. (1 Petrus 5:7). Namun kita harus menyadari, apapun yang ada di dunia ini sifatnya sementara termasuk pengalaman duka dalam segala bentuk peristiwanya. Keyakinan ini akan membantu kita menerima duka kehidupan, meskipun itu sulit
Saat mengalami duka, sulit untuk mengalami bahwa Tuhan mencintai dan memberikan kebaikan-Nya untuk kita. Itu sebabnya saat mengalami duka kehidupan, sangat penting untuk memelihara iman bahwa Tuhan selalu bersama kita umat-Nya dan Dia tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian. Percayakan kepada-Nya apa pun yang terjadi. Iman kepada-Nya menjadi landasan yang kokoh ketika segala sesuatunya menjadi duka di hati. Yesus sendiri ketika mengalami duka salib yang akan Ia hadapi, Ia berseru kepada Bapa-Nya “Ya Abba, Bapa, segalanya mungkin bagi-Mu. Ambillah cawan ini dari-Ku. Namun bukan apa yang aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” (Markus 14:34-36) Memercayakan pada kehendak Allah akan apa yang terjadi dalam kehidupan kita merupakan iman yang akan membantu kita untuk bersyukur. Kepercayaan ini akan tumbuh ketika kita datang mendekat kepada Tuhan dalam duka yang kita alami Semakin kita dekat dengan-Nya, semakin dekat Dia dengan kita. Dan kita tahu bahwa dalam segala hal Allah bekerja demi kebaikan mereka yang mengasihi Dia, yang dipanggil sesuai dengan tujuan-Nya. (Roma 8:28,) Oleh sebab itu sebagai orang Kristen, kita diperintahkan untuk bersyukur dan rasa syukur adalah salah satu cara kita beribadah kepada Tuhan (Mzm. 50:14a).
*Penulis adalah Rahib dan Imam, Mount Melleray Abbey – Copaquin. Co. Waterford- Irlandia