Hari ini adalah hari Sabtu pertama dalam bulan September. Umumnya hari Sabtu pertama disebut hari Sabtu Imam. Apa maksudnya? Maksudnya adalah pada hari ini umat beriman diajak untuk mendoakan para imam agar tetap sehat, kuat dan gembira serta setia dalam pelayanan sebagai imam Kristus sampai akhir hayat. Mereka yang sakit agar segera sembuh, dan yang sedang dalam kesulitan, akhirnya bisa melewati masa tidak enak itu.
Dalam 1Tes 4: 9-11 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia.
Kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya. Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu.
Matius dalam injilnya (Mat 25: 14-30) mewartakan sabda Yesus: “Kerajaan Sorga itu sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil para hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Sedangkan, hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
Lama sesudah itu pulanglah tuan para hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta.
Ia berkata: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu. Ia berkata: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
Sebab itu ambillah talenta itu darinya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Sedangkan siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari orang itu. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, para imam dipilih Allah dari keluarga-keluarga Katolik sebagian bahkan berasal dari keluarga non kristiani. Orangtua pada umumnya petani, guru, pegawai biasa, dan hanya sedikit sekali yang berasal dari kota.
Setelah menjadi imam, mereka melayani umat Allah yang tersebar di kota-kota besar, di kota kecil, di desa-desa juga di daerah-daerah terpencil, dengan pelbagai macam kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi.
Maka, patutlah kita mendoakan para imam agar mereka setia dalam pelayanan dan mendapat penghiburan ketika kecewa/berbeban berat.
Dua, hamba yang rajin dan setia, akan mendapat lebih banyak lagi kepercayaan dan pujian, sedangkan yang malas dan penuh curiga, mendapatkan kesulitan dan keterpurukan.
Semoga kita menggunakan talenta yang Tuhan percayakan kepada kita dengan sungguh-sungguh, bukan karena takut dihukum, tetapi sebagai wujud syukur atas kepercayaan Tuhan itu. Amin.
Mgr Nico Adi MSC