Renungan Harian 10 Juli 2023

Dalam Kel 1: 8-14.22 dikisahkan: “Pada waktu itu, bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya daripada kita.

Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan — jika terjadi peperangan — jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.”

Sebab itu para pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.

Meski demikian makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.

Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: “Lemparkanlah semua anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi semua anak perempuan biarkanlah hidup.”

Matius dslam injilnya (Mat 10: 34 – 11: 1) mewartakan sabda Yesus: “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.

Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Siapa yang mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.

Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya.”

Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, kekhawatiran/kecemasan akan kekuatan dan kemampuan pihak lain, bisa menimbulkan iri hari/curiga dan tindakan sewenang-wenang atau malah tindak kekerasan kepada mereka.

Hendaknya kita menyadari keadaan kita bila ada dalam situasi tersaingi, kurang mampu atau ketinggalan atau terpuruk, dan bertindak bijaksana kepada mereka yang sukses.

Dua, Yesus menegaskan bahwa Dia datang untuk membawa pembaharuan terhadap fokus, semangat dan meningkatkan kualitas tindakan umat manusia.

Fokus utama perhatian adalah Allah, semangatnya penuh dan utuh, dan kualitasnya nomor satu. Yesus telah memberi teladan untuk semuanya itu, agar kita mengikuti Dia. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *