Renungan Harian 8 Juni 2023

Dalam Tobit 6: 10-11.7: 1.6.8-13.8: 1.5-9 dikisahkan: “Dalam perjalanannya, Tobia dan Rafael memasuki negeri Media dan sudah sampai di dekat kota Ekbatana. Lalu berkatalah Rafael kepada pemuda Tobia: “Hai saudara Tobia!” Sahutnya: “Ada apa?” Rafael menyambung pula: “Malam ini kita harus bermalam di rumah Raguel. Dia itu seorang kerabatmu dan mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Sara.

Ketika mereka tiba di kota Ekbatana berkatalah Tobia kepada temannya: “Saudara Azarya, antarkanlah aku langsung ke rumah Raguel saudara kami.” Ia pun lalu mengantarkannya ke rumah Raguel.

Raguel didapati mereka duduk di pintu pelataran rumahnya. Mereka memberikan salam dahulu kepadanya dan dibalas oleh Raguel. Katanya: “Banyak-banyak salam, saudara-saudara. Selamat datang!” Mereka dipersilakannya masuk ke rumah.

Maka melonjaklah Raguel. Ia memeluk Tobia sambil menangis lalu berkata: “Tuhan memberkati engkau, nak! Engkau adalah anak orang yang mulia dan baik! Alangkah celakanya orang yang benar dan penderma itu menjadi buta!”

Ia pun mendekap Tobia, saudaranya, sambil menangis. Pun pula isterinya Edna dan anak mereka Sara menangis. Kemudian Raguel menyembelih seekor domba betina dari kawanannya dan disambutnyalah mereka dengan ramah.

Setelah mereka mencuci dan membasuh diri dan sudah duduk makan maka berkatalah Tobia kepada Rafael: “Saudara Azarya, katakanlah kepada Raguel, supaya saudariku Sara diberikannya kepadaku.”

Mendengar perkataan itu berkatalah Raguel kepada pemuda itu: “Makan dan minumlah dan senang-senanglah malam ini. Memang, saudara, tiada seorang pun lebih berhak mengambil Sara, anakku, sebagai isterinya selain kamu. Karena itu aku tidak berwenang lagi memberikannya kepada seseorang kecuali kepadamu sebab engkaulah yang paling karib.

Anakku, aku mesti memberitahukan kebenaran! Sudah kuberikan Sara kepada tujuh laki-laki dari antara saudara kita, tetapi pada malam ia mereka hampiri matilah mereka semua. Maka, anakku, baiklah sekarang makan dan minum saja. Tuhan akan mengambil tindakan bagimu.”

Sahut Tobia: “Aku tidak akan makan atau minum apa-apa, sampai engkau mengambil keputusan tentang diriku.” Menjawablah Raguel: “Baiklah! Ia diberikan kepadamu sesuai dengan ketetapan Kitab Musa. Dari Sorga sudah diputuskan, bahwa ia harus diberikan kepadamu. Maka hendaklah menerima saudarimu ini.

Mulai sekarang ini engkau menjadi saudaranya dan ia pun menjadi saudarimu pula. Semenjak hari ini ia diberikan kepadamu untuk selama-lamanya. Dan, anakku, semoga kamu pada malam ini juga dianugerahi oleh Tuhan semesta langit. Semoga Ia menurunkan kasih setia dan damai sejahtera atas diri kamu.”

Lalu Raguel memanggil Sara anaknya dan ia pun datang kepadanya pula. Tangan Sara dipegang oleh Raguel dan demikian Sara diserahkannya kepada Tobia. Dalam pada itu berkatalah Raguel: “Sungguh, sesuai dengan hukum Taurat ia kupercayakan kepadamu dan seturut ketetapan yang tersurat dalam Kitab Musa kuberikan kepadamu menjadi isterimu.

Ambillah dia dan antarkanlah kepada ayahmu dengan sehat walafiat. Moga-moga Yang Berkuasa di Sorga menganugerahkan damai sejahtera kepada kamu berdua.”

Selesai makan minum mereka mau pergi tidur semua. Pemuda itu diantar ke luar untuk masuk ke kamar tersebut. Maka bangunlah Sara dan mereka berdua mulai berdoa dan mohon, supaya mereka mendapat perlindungan.

Mereka angkat doa sebagai berikut: “Terpujilah Engkau, ya Allah nenek moyang kami, dan terpujilah nama-Mu sepanjang sekalian abad. Hendaknya sekalian langit memuji Engkau dan juga segenap ciptaan-Mu untuk selama-lamanya. Engkaulah yang telah menjadikan Adam dan baginya telah Kaubuat Hawa isterinya sebagai pembantu serta penopang; dari mereka berdua lahirlah umat manusia seluruhnya.

Engkaupun bersabda pula: Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja, mari Kita menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia. Bukan karena nafsu berahi sekarang kuambil saudariku ini, melainkan dengan hati benar. Sudilah kiranya mengasihani aku ini dan dia dan membuat kami menjadi tua bersama.” Serentak berkatalah mereka: “Amin! Amin!” Kemudian mereka tidur semalam-malaman.

Markus dalam injilnya (Mrk 12: 28b-34) mewartakan: “Pada waktu itu, seorang ahli Taurat, datang kepada Yesus dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.”

Lalu kata ahli Taurat itu: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan.”

Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu. Lalu Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Tobia ketika bertemu Raquel dan diperkenalkan dengan Sara (anak perempuannya), dia meminta perempuan itu untuk menjadi istrinya.

Sebelumnya, diberitahukan bahwa Sara sudah pernah menikah dengan 7 laki-laki, namun mereka semua mati pada malam pertama. Meski demikian, Tobia tetap mantap hati untuk menikahi Sara.

Dengan restu Raquel, Tobia menikah dengan Sara. Mereka hidup aman dan damai sebagai suami istri. Hikmahnya adalah kalau Tuhan “merelakan” hal itu terjadi demikian, halangan atau kesulitan besar yang menghadang, bisa mereka atasi.

Tuhan amat mampu untuk membuat keadaan yang paling buruk (= kematian) menjadi paling baik (=kehidupan).

Dua, Yesus melihat bagaimana bijaksananya jawaban orang itu. Dia mengakui, menghargai dan meneguhkan orang itu.

Agar orang dapat berkembang dan percaya diri, pengakuan, penghargaan dan peneguhan dari orang lain, amat diperlukan.

Semoga kita menyadari hal itu dan mau melakukannya. Dengan bertindak demikian, kita sebagai orang beriman, sesungguhnya menyalurkan berkat Tuhan kepada orang lain. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *