Oleh ROMO BAVO BENEDICTUS SAMOSIR, OCSO*
Saat bumi telah mencapai peredarannya dalam mengitari matahari selama 365 hari, saat itu kita akan selalu berpikir bahwa kita memasuki tahun baru. Bumi dipenuhi kembang api warna-warni yang indah dan berbagai bentuk yang menakjubkan, sebagai pertanda datangnya tahun baru, sebagai pertanda bahwa semua orang menyambut tanggal 1 Januari sebagai awal tahun baru. Dan tahun ini, kita memasuki tahun baru 2023 dan mengakhiri tahun 2022.
Namun meskipun kita memasuki tahun baru 2023, pada kenyataannya, rutinitas hidup harian kita tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Kami yang biasa bangun untuk mendoakan mazmur sebelum fajar tiba, tetap melakukan aktivitas yang sama. Matahari tetap bersinar dengan sinar yang cerah dan terkadang tidak cerah karena tertutup awan. Semua berulang tidak ada yang baru di bumi ini. Apa yang membuat baru dalam kehidupan ini? Cara pandang dan sikap yang penuh harapan yang membuat perjalanan kehidupan kita menjadi selalu ‘baru’. Dalam semangat iman, setiap peristiwa mempunyai pesan yang baru meskipun terlihat dalam rutinitas yang sama. Sebenarnya hal itu bisa kita sadari setiap hari, namun secara khusus ketika 365 hari perjalanan kehidupan kita lalui telah berakhir, kita harus lebih menyadari bagaimana membuat perjalanan kehidupan ini terasa ‘baru’ dan menjadi ‘kelahiran’ baru
Bagi kita semua, tahun yang berlalu memiliki saat-saat penuh tantangan, duka, namun saya yakin, tahun yang berlalu memiliki saat-saat penuh berkat dan kegembiraan karena semua hal yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Hal itu pantas kita rayakan dengan ungkapan syukur dan terima kasih, sebelum melanjutkan perjalanan kehidupan selanjutnya. Seumpama sebuah buku tulis yang baru, kita memulai dengan halaman yang kosong. Halaman baru menunggu untuk diisi dengan bagian selanjutnya dari kisah hidup kita. Jangan terlalu merisaukan tentang peristiwa hidup yang akan mengisi lembaran hidup kita. Peristiwa hidup di dunia ini selalu memilki dua sisi; suka dan duka, kegagalan dan keberhasilan, tantangan dan kemudahan. Semua itu akan mewarnai dalam peristiwa hidup kita. Yang terpenting kita mohonkan pada Tuhan agar kita diberi kesabaran, ketekunan, keberanian, sikap bertanggungjawab dan penuh harapan dalam menjalani rencana-rencana untuk kehidupan kita yang akan datang.
Kita harus fokus pada hal-hal yang positif dari apa yang telah kita capai atau berkat yang Tuhan telah berikan kepada kita. Kesampingkan semua pikiran-pikiran negatif. Hal ini akan membuat kita bersemangat menjalani kehidupan, khususnya dalam mengawali tahun baru ini. Jika ada kegagalan yang kita alami dari tahun yang lalu, yang membuat kekecewaan di hati, tidak perlu disesali dan jangan berhenti pada kekecewaan tetapi bergerak maju menuju masa depan. Rasul Paulus mengatakan; aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku (Filipi 3:13). Terima semua itu sebagai proses ujian dalam perjalanan hidup ke arah yang lebih baik lagi. Bukankah Socrates pernah berkata bahwa “kehidupan yang tidak teruji tidak layak untuk dijalani?”
Kita percayakan semua pada Tuhan, sebagaimana Kitab Amsal mengatakan; “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu; dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri. Dia akan mengarahkan jalanmu.” (Amsal 3:5). Percayalah bahwa Tuhan membantu kita dengan cara apa pun yang kita butuhkan saat kita menjalani kehidupan ini.
Salah satu pengalaman yang paling saya ingat tentang perayaan tahun baru ketika kami masih berkumpul besama dalam satu keluarga dan belum terpisah dengan jalan kehidupan kami masing-masing adalah kami berkumpul pada jam dua belas malam tahun baru. Sebagai kepala keluarga, bapak yang memimpin pertemuan tersebut. Kedua orang tua memberi kami nasihat kepada kami. Masing-masing dari kami juga menyampaikan sepatah dua kata. Dan paling tidak pernah kami lewatkan, kami saling meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah kami lakukan. Biasanya bapak kami menutup acara tahun baru keluarga itu dengan doa penutup. Bapak berterima kasih kepada Tuhan atas penyertaan-Nya di perjalanan hidup yang telah kami lalui dan atas kehidupan yang dipercayakan kepada kami semua sekeluarga serta tidak lupa bapak juga meminta perlindungan dan penyertaan-Nya untuk perjalanan hidup kami di tahun yang akan datang. Setelah itu kami saling mengucapkan “Selamat Tahun Baru”, dengan jabatan tangan. Lalu kami menikmati roti kering dan minuman ‘sisa’ natal. Setelah ngobrol kami melanjutkan istirahat kembali. Dan esok pagi kami bangun untuk menyongsong tahun baru dengan penuh harapan.
Harapan membuat kita mampu terus melangkah. Namun harapan perlu kita jejakkan dalam langkah agar tak melayang tanpa arah. Langkah membuat harapan menjadi nyata. Langkah dalam harapan harus kita awali di dalam doa agar jika suatu saat langkah kita berjaya kita tidak jatuh dalam kepongahan karena doa menyadarkan kita, hanya karena Dia, langkah harapan kita menjadi nyata. Dan jika suatu saat langkah kita terhadang karang yang terjal, kita tidak mudah menghentikan langkah karena di dalam doa, kita mampu mendengar Dia berkata: ‘Ayo terus melangkah, Aku akan menyertaimu selalu hingga harapanmu menjadi nyata di dalam hidupmu’.
Kita juga harus ingat sabda Tuhan kepada Yosua: “Sama seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku menyertai engkau; Aku tidak akan mengecewakanmu, atau meninggalkanmu” (Yosua 1:5). Ingat kata Yesus kepada para murid-Nya “Dan, lihat, aku selalu bersamamu; bahkan sampai akhir zaman” (Matius 28:20).
Masih ada lembar kertas putih kehidupan yang perlu ditulis dengan ayunan langkah kaki, tentang kisah-kisah kehidupan. Pastikan bahwa dalam setiap kisah hidup kita, selalu hadir Tuhan untuk menyertai hingga akhir lembar kertas putih kehidupan kita. Selamat Tahun Baru untuk kita semua dan semoga dalam tahun 2023 kita melangkah maju dengan harapan besar bahwa segala sesuatu dapat menjadi ‘baru’ dengan bantuan dan bimbingan Tuhan.
*Penulis adalah Rahib-Imam. Biara Mount St. Joseph- Irlandia