Lembaga Pendidikan Katolik Adalah Pilar Gereja

b. Kecuali itu ada tantangan lain karena kita telah memasuki apa yang disebut era post truth

Yang dimaksud adalah suatu era di mana kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran. Caranya dengan memainkan emosi dan perasaan netizen. Anak-anak sekolah yang sudah banyak menggunakan dan bahkan sudah kecanduan WA, Youtube, Internet, sudah mengira bahwa apa yang mereka pelajari dari sana merupakan kebenaran. Adalah tugas orang tua dan sekolah untuk mendampingi agar mereka tahu bahwa banyak pengertian yang mereka timba dari media sosial itu tidak benar. Anak-anak sekolah sudah masuk dalam suatu situasi ketika fakta tidak terlalu berpengaruh terhadap pembentukan opini masyarakat dibandingkan emosi dan keyakinan personal. Kebohongan yang diceritakan satu kali adalah kebohongan, tapi kebohongan yang diceritakan ribuan kali akan menjadi kebenaran. Awalnya hal ini dimanfaatkan untuk kepentingan politik dengan propaganda-propagandanya. Namun semakin hari, post truth dipergunakan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Terdapat kemiripan antara post truth  dengan berita hoax. Baik post truth maupun hoax, biasanya akan dibungkus dengan tajuk berita yang bombastis, abai terhadap data dan fakta, bahkan mungkin memakai data palsu yang tidak jelas kebenarannya. Belum lagi jika ada akun-akun bayaran, yang populer disebut dengan buzzer, yang memang sengaja mengangkat topik itu terus menerus, atau berkomentar tentang berita itu yang mengakibatkan pengguna medsos menjadi bingung bahkan percaya akan “kebenaran” berita hoax tersebut. Orang tua dan sekolah perlu mendidik siswa-siswinya agar berpikir secara kritis.

Untuk beralih ke era digital, sekolah-sekolah Katolik membutuhkan dana yang tidak sedikit, demikian pula para tenaga pendidik perlu dibantu agar dapat membuat dirinya mampu mengajar dengan cara-cara yang baru. Sehingga mereka menjadi tenaga profesional secara baru pula. Ini membutuhkan dana banyak. Siapa dapat membantu secara finansial diharapkan membantu, sehingga lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah Katolik tetap menjadi pilar Gereja yang membantu dalam tugas Gereja mewartakan Kabar Gembiranya. Gerakan Peduli Pendidikan yang dibuat Keuskupan Agung Semarang perlu didukung.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *