Memandang Juni, kutangkap dua wajah penuh berkah, baik secara kebangsaan maupun keimanan. Secara kebangsaan, kutangkap Pancasila di tanggal 1 Juni. Secara kebangsaan, 1 Juni adalah Hari Kelahiran Pancasila, warisan para pendiri bangsa ini, khususnya, berkat jasa Bung Karno, yang tidak lain adalah Ir. Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia. Pancasila telah menjadi fondasi konstitusional hidup berbangsa dengan kelima silanya. Ketuhanan yang Maha Esa. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Persatuan Indonesia. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pancasila adalah Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebuah dasar yang kokoh dalam membangun kehidupan warga bangsa yang beriman kepada Tuhan yang Maha Esa, apa pun agama dan kepercayaannya. Bersumber dari iman yang kuat, berbuah dalam kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan seluruh warga bangsa dalam keberagaman apa pun agama dan kepercayaan terangkum dalam sila ketiga. Segala persoalan, perbedaan pendapat, dan keberagaman gagasan diselesaikan bukan dengan sikap anarkhis gontok-gontokan menang-menangan melainkan melalui hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan demi mencapai mufakat yang adil dan berimbang. Keadilan sosial dalam kesejahteraan, perdamaian, dan kebahagiaan sebagai warga bangsa merupakan buah-buah dari iman pula.
Itulah wajah kebangsaan di bulan Juni, bahkan mengawalinya, setiap tahun. Saya selalu menyambutnya dengan penuh syukur dan sukacita dalam berbagai peristiwa. Minimal berkumpul untuk merayakan Pancasila.