Tinggal dalam Kristus, Berbelarasa dan Berpengharapan

Tinggal dalam Kristus itu penting untuk dirawat, karena kecuali kita sendiri rapuh, buah yang diharapkan tak akan ada tanpa kita tetap tinggal dalam Kristus. Tuhan Yesus sendiri bersabda: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yo 15:5). Tanpa tinggal dalam Kristus, kita tidak dapat berbuat baik apapun. Kita juga tidak akan mampu berbelarasa dengan baik dan tepat, sehingga tidak dapat membuat kita dan masyarakat yang terdampak oleh pandemi Covid-19 juga berpengharapan. Maka Gereja Keuskupan Agung Semarang menyerukan: “Tinggallah dalam Kristus, berbelarasalah dengan masyarakat sekitarnya yang terdampak pandemi Covid-19 dan buatlah mereka berpengharapan”. Untuk itu telah disajikan pula oleh Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro, Pr selaku ketua Panitia APP Keuskupan Agung Semarang, buku panduan praktis untuk setiap lingkungan yang akan mengadakan pertemuan 5 kali. Pertemuan I: Membangun sikap tobat dengan teks Kitab Suci: “Koyaklah hatimu dan bukan pakaianmu”  (bdk. Yoel 2:12-17). Pertemuan II: Belarasa kehidupan: kesehatan dan derita sesama, dengan teks Kitab Suci: “Yesus menyembuhkan orang lumpuh” (bdk. Lk 5:17-26). Pertemuan III: Membangun komunitas yang berbelarasa. Teks Kitab Suci: “Kamu harus memberi mereka makan” (bdk. Mk 6:30-44). Pertemuan IV: Generasi muda harapan masa depan Gereja, dengan teks Kitab Suci: “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku” (bdk. Mt 19;13-15). Pertemuan V: Merencanakan aksi-mewujudkan harapan. Teks Kitab Suci: “Membagi-bagikan kepada semua orang sesuai dengan keperluan” (bdk. Kis Ras 2:41-47). Dengan buku panduan yang diterbitkan tanggal 14 Desember 2021 tersebut, ketua lingkungan dapat membuat Ibadat Sabda bagi umat Lingkungan, dengan berdoa, mendengarkan dan merenungkan Sabda Allah, dilanjutkan dengan sharing. Dalam setiap pertemuan tersebut diadakan pengumpulan dana, sebagai ungkapan belarasa umat yang mengulurkan tangan demi pembiayaan program konkret belarasa bagi masyarakat yang masih terdampak oleh pandemi Covid-19.

Berbelarasa dan berpengharapan

Tuhan Yesus sendiri adalah perwujudan belarasa Allah Bapa terhadap manusia yang berdosa. Allah Bapa yang begitu besar kasih-Nya kepada manusia, sehingga mengutus Allah Putra untuk menjadi manusia dan menebus dosa mereka dengan sengsara dan wafat di kayu salib. Maka Tuhan Yesus Kristus yang hidup dalam diri umat beriman bersama dengan Roh Kudus, menyalurkan kasih dan semangat belarasa-Nya kepada kita semua, sehingga kita mampu berbelarasa kepada sesama kita yang menderita dan berkekurangan. Maka, selama masa Prapaskah kita akan merenungkan kasih Yesus yang penuh pengorbanan itu. Kita bangun dan kembangkan kasih dan belarasa kita terhadap Tuhan Yesus yang sengsara dan wafat dengan berdoa Jalan Salib atau dengan renungan dari ayat-ayat Kitab Suci. Dengan meneladan kasih dan belarasa Tuhan Yesus tadi, semoga semangat kasih dan belarasa kita terhadap warga sekitar kita yang terdampak pandemi Covid-19 dikobarkan. Dengan hati yang telah dikobarkan cinta dan belarasanya oleh Tuhan Yesus tadi, kita tatap keadaan sekitar, sambil bertanya: saya atau kita umat lingkungan bersama-sama dapat berbuat apa untuk meringankan beban mereka? Yang mampu tentu dapat menyumbang banyak. Yang tidak mampu akan menyumbang seadanya dari kekurangannya, mengikuti teladan janda miskin yang memberi dana dan dipuji oleh Tuhan Yesus (bdk. Mk 12:41-440). Mungkin dengan cara aksi jimpitan beras selama masa Prapaskah ini, dan dikumpulkan menjelang Paskah. Atau mengumpulkan pakaian bekas yang tak terpakai lagi, kita loakkan untuk dijadikan uang, atau hal-hal lainnya yang dapat dibuat: entah dengan mencucikan pakaian mereka yang sakit, membantu menimbakan air dari sumur untuk disimpan di tempat air di rumah. Yang sungguh penting adalah memberi hati, menyapa secara rutin, meneguhkan mereka, menemani mereka dari jauh dengan protokol kesehatan, supaya kita sendiri tidak terpapar. Jumlah kasus baru yang terpapar pandemi Covid-19 tanggal 16 Februari 2022 masih tinggi, yaitu 64.718, dengan rata-rata 7 hari 48.444 orang. Mereka ini tersebar sampai di tempat kita masing-masing. Mereka yang meninggal akibat Covid-19  sampai saat ini 146 ribu orang. Ini bisa jadi orang-tua, anak, saudara atau kerabat yang kita kenal baik. Mereka ini ada yang menjadi tulang punggung keluarga, sehingga yang ditinggalkan sungguh merasa kehilangan dan membuat kehidupan keluarga menjadi sangat sulit. Masih perlu ditambahkan bahwa penduduk miskin di Indonesia, September tahun 2021 sebesar 26,50 juta orang. Pantas kita doakan terus menerus, agar penyelenggaraan Ilahi-Nya dapat meringankan mereka yang miskin, yang sakit, mereka yang kehilangan pekerjaan agar dapat menemukan pekerjaan baru dan meringankan penderitaan mereka lewat siapapun yang dapat membantu. Sebagai umat beriman kita membaca statistik angka-angka, tidak melihatnya sebagai angka mati, melainkan itu semua adalah jumlah dari saudara-saudari kita yang pantas menerima perhatian dan belarasa kita.

Penutup

Dengan demikian selama Masa Prapaskah, kita membarui diri sebagai orang beriman, memperteguh kasih dan bakti kita kepada Allah dan sesama, memperkokoh kita tinggal dalam Kristus dan Kristus serta Roh Kudus tinggal dalam hidup kita. Kecuali itu kita membangun lingkungan kita menjadi komunitas yang berbelarasa. Dan akhirnya kita teguhkan dalam merayakan Pesta Paskah sambil mohon berkat, agar setelah Paskah pun kita tetap menghayati semangat yang sama. Selamat melaksanakan APP dan merayakan Paskah, kebangkitan Kristus. Semoga kita ikut bangkit bersama Kristus, bangkit dalam hidup baru, menjadi komunitas yang tinggal dalam Kristus, berbelarasa dan berpengharapan.

 

 

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *