
Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA, SJ
“Tinggal dalam Kristus, Berbelarasa dan Berpengharapan” adalah tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang disampaikan oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko, dalam Surat Gembala Prapaskah Keuskupan Agung Semarang, pada tanggal 14 Februari 2022. Tema ini mengacu pada Tema APP Nasional atau KWI tahun 2022, yang berjudul: “Pemulihan Kehidupan Pasca Pandemi Covid-19; Membangun Ekonomi Ekologis”, terlebih dalam bagian judul yang pertama. Keuskupan Agung Semarang baru saja meresmikan Arah Dasar Keuskupan VIII 2021-2025 dengan judul: ‘Tinggal dalam Kristus dan Berbuah”. Sekarang sedang dilaksanakan. Supaya tema APP 2022, sejalan dengan Arah Dasarnya, maka tema APP penggal pertama menjadi “Tinggal dalam Kristus”. Dengan demikian umat tidak dibingungkan dengan hal yang baru. Syukur dapat malah memperdalam. Dan buah yang diharapkan adalah “Berbelarasa dan Berpengharapan.” Berbela rasa kepada siapa? Kepada masyarakat yang terdampak oleh pandemi Covid-19, supaya tetap berpengharapan. Masalah Pandemi Covid-19 justru mengacu kepada Tema APP Nasional atau KWI bagian pertama: yaitu Pemulihan Kehidupan Pasca Pandemi Covid-19. Sangat pas lah tema APP 2022: “Tinggal dalam Kristus, Berbelarasa dan Berpengharapan”.
Tinggal dalam Kristus
Tinggal dalam Kristus, merupakan hal yang sangat penting dan mendasar bagi kehidupan kita umat beriman. Sejak kita dibaptis dan menerima sakramen inisiasi, hidup kita sungguh baru, karena mulai tinggal dalam Kristus, dan sebaliknya Kristus dan Roh Kudus juga hidup dalam diri umat beriman. Tuhan Yesus sendiri memberi gambaran mengenai hidup baru dalam Kristus atau tinggal dalam Kristus dengan perumpamaan: Kristus adalah Pokok Anggur dan kita ranting-rantingnya yang menerima kehidupan dari Pokoknya. (bdk Yoh 15:1-8). Kehidupan baru dalam Kristus ini adalah karunia dari Kristus yang sangat besar, merupakan harta tak terhingga yang selalu perlu kita jaga dan kita rawat dengan baik. Kita dapat merawatnya dengan berdoa, pantang dan puasa, mendengarkan Sabda dari Kitab Suci dan merenungkannya, merayakan Ekaristi dan menerima sakramen pengampunan dosa serta menguasai diri dari gejolak nafsu kita sendiri. Penguasaan diri dari gejolak nafsu itu pun merupakan karunia Roh Kudus, yang perlu kita mohon dari Roh Kudus, karena merupakan karunia atau salah satu dari buah-buah Roh. Santo Paulus menyebutnya dalam suratnya kepada umat di Galatia. “….. buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22 dan 23). Memang segala keutamaan kristiani yang dapat kita laksanakan, semua perbuatan baik yang dapat kita lakukan, sebenarnya karena ada dukungan ilahi. Dari diri kita sendiri sebagai manusia sebenarnya sungguh rapuh. Santo Paulus sendiri juga merasa dirinya rapuh, sehingga ia mengatakan: “….. harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” (2 Kor 4:7). Kita manusia yang rapuh, bagaikan bejana tanah liat. Sehingga kalau kita dapat hidup baik selayaknya orang beriman Katolik, itu karena ada kekuatan yang datang dari Kristus dan Roh Kudus yang hidup dalam diri kita sebagai kekuatan umat beriman.
Maka Masa Prapaskah merupakan retret agung selama 40 hari, untuk merawat, memulihkan dan mengembangkan karunia-karunia yang telah kita terima sejak kita dibaptis. Maka Masa Prapaskah merupakan masa pertobatan dari dosa-dosa akibat kerapuhan kita, akibat kita tidak dapat menguasai nafsu-nafsu kita, sehingga kita jatuh dalam berbagai macam dosa. Masa Prapaskah merupakan masa berahmat untuk menilai hidup kita, untuk mawas diri dan bertobat yang dipuncaki dengan menerima sakramen pengampunan dosa. Maka Gereja Katolik juga mewajibkan agar umat Katolik mengaku dosa paling tidak setahun sekali pada hari raya Paskah, sebagai puncak pembaruan hidup kita. Masa Prapaskah merupakan masa berahmat, di mana kita dapat memperbaiki relasi kasih dan bakti kita kepada Allah dan sesama. Kita perbarui relasi kita kepada Allah Bapa yang memprakarsai karya penciptaan dan penebusan; kita perbarui relasi kita kepada Allah Putra yang menjelma, Tuhan kita Yesus Kristus yang sudah begitu banyak berkorban bagi keselamatan kita; bagaimana kita menghayati dengan penuh syukur sakramen Ekaristi, sakramen Perkawinan dan sakramen pengampunan dosa? Kita perbarui relasi kita kepada Roh Kudus yang mengawali berdirinya Gereja, dan yang hadir dalam hatinurani kita untuk membimbing hidup kita menuju ke kesempurnaan. Untuk kepentingan itu semua, maka Gereja Katolik di Indonesia, pada masa Prapaskah memberikan bimbingan kepada umatnya dengan acara yang kita sebut Aksi Puasa Pembangunan atau disingkat APP. Maksudnya, supaya dengan melaksanakan program APP, umat terbimbing untuk merawat hidup baru dalam Kristus, karunia-karunia Allah, harta rohani yang tak ternilai harganya itu dengan semboyan: Tinggal dalam Kritus dan berbuah. Dan khususnya untuk APP, buah yang diharapkan adalah: berbelarasa terhadap masyarakat yang sedang terdampak oleh Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan itu, supaya mereka dan kita tetap berpengharapan.