Februari dekat di hati. Jamak dikenal, sejak saya masih remaja di kampung puluhan tahun silam, Februari menjadi bulan yang unik dan istimewa. Mengapa? Karena di salah satu tanggal di bulan Februari ada satu hari dan tanggal yang disebut sebagai hari kasih sayang. Orang muda bilang, itulah Valentine’s Day!
Dalam tradisi iman Kristiani, kasih tak bisa dilepaskan dari Allah sendiri. Santo Yohanes dalam suratnya menuliskan sebagai kesaksian iman, bahwa Allah adalah kasih. Selengkapnya, teks itu dapat kita baca dalam 1 Yohanes 4:2-21.
“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman , karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”
Allah adalah kasih. Maka, kita pun dipanggil untuk saling mengasihi satu terhadap yang lain. Kasih itu berpola pada kasih Allah. Kasih Allah tidak pernah egois. Kasih Allah tidak bertumpu dan tertuju pada diri-Nya sendiri, melainkan kepada seluruh umat manusia serta Bumi dan seisinya. Allah menciptakan manusia karena kasih-Nya, demikian pula penciptaan atas seluruh alam semesta ini.
Atas dasar itulah, maka, manusia pun dipanggil dan diutus untuk mengasihi sesama dan alam semesta. Momentum hari kasih sayang mestinya juga mendorong dan menggerakkan kita untuk menyadari panggilan dan perutusan tersebut, yakni mengasihi sesama dan alam semesta. Persis di situlah, maka kita bisa mewujudkan kasih ekologis. Artinya, kasih yang kita kembangkan kita wujudkan dalam kesatuan relasional yang saling terkait antara kita sebagai manusia, kita sebagai makhluk ciptaan Allah, dan kita dalam hubungan dengan sesama dan seluruh alam ciptaan ini.
Meminjam yang diajarkan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’, “Dalam tradisi Yahudi-Kristen, kata ‘ciptaan’ memiliki arti lebih luas daripada ‘alam’, karena ada hubungannya dengan rencana kasih Allah di mana setiap makhluk memiliki nilai dan arti. Alam biasanya dimengerti sebagai sistem yang dapat dipelajari, dipahami, dan dikelola, sedangkan ciptaan hanya dapat dipahami sebagai anugerah dari tangan terbuka Bapa kita semua, sebagai kenyataan yang disinari kasih yang memanggil kita bersama-sama ke dalam suatu persekutuan universal” (LS 76).
Dalam konteks itulah, mewujudkan kasih ekologis dapat menjadi implementasi yang nyata pada hari kasih sayang. Perwujudannya bisa mulai dari yang paling sederhana, merawat lingkungan, menjaga keutuhan ciptaan, dan berjuang untuk melindungi dan mendengarkan jeritan Bumi dan kaum miskin yang membutuhkan pertolongan kita.
Salam Peradaban Kasih Ekologis.
Salam INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan!
Aloys Budi Purnomo Pr