Meski berbeda agama, kita semua dipanggil untuk menjadi pembawa damai antar satu dengan yang lainnya. Meski tidak saling kenal sebelumnya, kita pun bisa memulai inisiatif untuk saling mengenal, bersilaturahmi, dan menjalin persaudaraan. Semangat itu diwujudkan secara nyata oleh beberapa mahasiswa-mahasiswi UIN Walisongo yang sedang menjalani kuliah kerja nyata (KKN).
Mahasiswa-mahasiswi yang beragama Islam itu mengunjungi para biarawati Katolik Kongregasi Penyelenggaraan Ilahi (PI) yang tinggal di kompleks Provinsialat PI atau Susteran Bongsari yang bersebelahan dengan Gereja Santa Theresia Bongsari, 11 Oktober 2021.
Koordinator Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) Setyawan Budi menemani mereka yang bergabung dalam Tim KKN RDR 77 Kelompok 72 UIN Walisongo Semarang
“Kehadiran kami disambut oleh Suster Theresiani yang sekaligus menjadi pemandu kami ketika berkeliling di kompleks Susteran,” kata Wawan.
Terkait kegiatan tersebut, lelaki yang kerap disapa Wawan itu berharap, silaturahmi bisa membangun sikap toleran dan moderat. “Saya berharap melalui silaturahmi ini dapat menanamkan sikap toleran dan moderat dalam diri mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Karena moderasi beragama tidak cukup hanya di tataran webinar maupun podcast semata. Melainkan perlu diterapkan dalam keseharian hidup ketika berjumpa dengan sesama yang berbeda agama,” harap Wawan.
Suster Theresiani dengan beberapa suster lainnya menyambut gembira kedatangan mereka. Suster Theresiani pun mengajak mereka berkeliling di komplek susteran itu, seperti di Provinsialat PI, Pondok Harapan yang merupakan rumah para biarawati yang lanjut usia, maupun ke Pondok Rohani, tempat yang menyimpan kisah dan sejarah kerasulan Kongregasi PI di Indonesia.
Anisa Agustina mewakili teman-teman KKN-nya merasa sangat terkesan dengan kunjungan tersebut. “Kesan hangat dan ramah yang diberikan oleh para suster yang ada di sana merupakan sesuatu yang sangat kami syukuri dan menjadi suatu pengalaman yang sangat berharga,” katanya, selain menceritakan kunjungannya ke Rumah Sepuh Pondok Harapan, Pondok Rohani dan Provinsialat Kongregasi Suster Penyelenggara Ilahi.
“Kami berharap kunjungan kami ini bukan menjadi akhir melainkan menjadi awal dalam gerakan kami menjaga toleransi yang ada,” katanya. Anisa pun berharap, hal-hal seperti itu harus terus digaungkan agar kerukunan umat beragama dapat terus terjaga.
“Kita dapat hidup berdampingan tanpa adanya konflik. Serta tetap menjaga keutuhan NKRI melalui persaudaraan lintas agama yang semoga dapat berjalan sampai kapan pun,” katanya.
Suster Theresiani yang menerima kunjungan tersebut menyampaikan rasa bahagianya. Suster yang aktif dalam kegiatan dialog itu mengatakan, susteran PI terbuka dan sudah biasa mendapat kunjungan dari siapapun. “Bagi kami itu suatu penghormatan begitu dikunjungi mahasiswa,” katanya.
Suster terkesan karena mahasiswa dan mahasiswi yang berkunjung itu tidak hanya berasal dari Jawa. “Mereka sungguh antusias, lalu saya bawa mereka ke Pondok Rohani,” katanya.
Di Pondok Rohani, Suster Theresiani menceritakan kisah kehadiran suster-suster PI dari Belanda ke Indonesia dan perkembangan kerasulan selanjutnya.
“Yang menarik bagi saya, mereka itu nggak malu atau sungkan untuk bertanya apapun, seperti kegiatan kami sehari-hari,” katanya.