
Jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 akhir-akhir ini meningkat cukup tajam. Sementara itu rumah-rumah sakit dan pusat-pusat isolasi penuh oleh pasien yang harus menjalani isolasi. Bahkan di antara tempat-tempat tersebut tidak mampu menampung pasien Covid-19 lagi.
Tergerak akan hal itu, Kevikepan Semarang pun membuka shelter isolasi di rumah retret Wisma Nazareth, Karangpanas, Semarang. Shelter isolasi dengan nama pelindung Santo Rafael itu diresmikan pada 1 Agustus 2021 oleh Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko secara daring dan ditandai dengan perecikan air suci dan pemotongan pita oleh Vikaris Episkopal Semarang Romo F.X. Sugiyana, Pr di lokasi shelter.
Dalam sambutannya, Mgr Rubi menyatakan rasa syukurnya atas pembukaan shelter tersebut. “Syukur pada Tuhan bahwa pada siang hari ini kita semua bisa bersama-sama menyaksikan dan mendukung dibukanya shelter isoman Santo Rafael yang akan beroperasi besok pagi (2 Agustus). Ini sesuatu yang sangat penting, sangat besar dalam sejarah kita khususnya dalam rangka menanggapi pandemi Covid-19,” katanya.
Mgr Rubi melanjutkan, pembentukan shelter Santo Rafael tersebut berawal dari keprihatinan akan begitu banyaknya umat, masyarakat, dan keluarga-keluarga yang terpapar dan tidak mempunyai tempat untuk melakukan isolasi. Sementara itu, rumah-rumah sakit sudah begitu penuh dan tidak mampu menampung sekian banyak pasien Covid-19.
“Maka, berawal dari keprihatinan inilah kemudian kita mencoba memikirkan bersama-sama bagaimana caranya supaya kita bisa membantu sedikit keresahan, kesulitan keluarga-keluarga yang membutuhkan isolasi mandiri. Maka, kita semua berharap, semoga shelter isolasi mandiri Santo Rafael ini mampu menjawab sebagian kecil dari kebutuhan akan tempat isolasi bagi keluarga-keluarga, khususnya keluarga-keluarga yang memang sangat membutuhkan tempat ini. Tidak banyak yang bisa kita lakukan dalam arti karena keterbatasan tempat, maka hanya menampung sedikit saja. Meskipun demikian ini menjadi wujud nyata bagaimana kita mencoba untuk memberikan perhatian kepedulian bagi masyarakat kita yang sedang mengalami kesulitan,” harap Mgr Rubi.
Mgr Rubi juga mengapresiasi banyaknya pihak yang turut membantu penyelenggaraan shelter tersebut seperti YPAK, Kongregasi OSF, Kongregasi Sang Timur, Rumah Sakit Elisabeth, Fakultas Kedokteran Unika Soegijapranata, Yayasan Sosial Soegijapranata, Puskesmas Candi Lama, Kecamatan Candi Sari, Kelurahan Jatingaleh dan RT RW setempat.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Panjenengan semua yang turut bersama-sama mewujudkan kepedulian kita atas keprihatinan demi terpangkasnya penyebaran Covid -19. Selain itu juga ada begitu banyak relawan yang siap untuk membantu kita semua menyelenggarakan pelayanan ini. Para dokter, para perawat, dan juga begitu banyak donatur yang siap untuk menopang pendanaan. Dengan bantuan-bantuan merekalah semuanya ini bisa kita siapkan dan nanti diselenggarakan. Maka, kembali terima kasih untuk partisipasi Panjenengan semua,” kata Mgr Rubi.
Mgr Rubi berharap, shelter tersebut bisa menjadi sarana berbagi berkat bagi yang membutuhkan. “Kita berharap semoga shelter ini menjadi tempat bagaimana kita bisa berbagi berkat bagi mereka yang membutuhkan pertolongan kita, membutuhkan perhatian kita, khususnya bagi keluarga-keluarga yang membutuhkan tempat untuk isolasi mandiri. Semoga di tempat ini semakin banyak orang yang tersembuhkan dan mengalami kasih Tuhan melalui uluran tangan kita semua,” ungkapnya.
Apresiasi terhadap shelter isolasi Santo Rafael pun disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Julianto Prabowo. “Semoga ini bermanfaat bagi warga Jawa Tengah umumnya dalam rangka bagian penanganan pandemi Covid ini, karena shelter tempat isolasi ini bagian yang sangat penting dan strategis dalam memutus mata rantai penularan Covid. Karena itu adalah strategi kita yang utama yaitu memutus mata rantai penularan dengan cara isolasi bagi penderita yang positif. Sekali lagi selamat. Semoga bermanfaat bagi kita semuanya, bagi umat Jawa Tengah umumnya dan ini bagian dalam upaya mengakhiri secara cepat pandemi Covid,” katanya.
Apresiasi positif pun disampaikan Camat Candisari Moeljanto mengingat isolasi mandiri yang banyak dilakukan warga bukan hal yang mudah. “Banyak umat ataupun warga di sekitar kita ini yang memang masih melakukan isolasi mandiri. Sedangkan melaksanakan isolasi mandiri itu bukan suatu hal yang mudah. Ini merupakan suatu hal yang baru. Suatu pengalaman yang tidak pernah dilaksanakan oleh umat maupun warga ketika harus melaksanakan isolasi mandiri di rumah. Kalau di rumah sakit atau di isolasi terpusat mungkin suatu hal yang lebih mudah karena itu dilayani oleh tenaga kesehatan dengan fasilitas yang mumpuni. Sedangkan kalau isolasi mandiri di rumah itu serba berat, karena harus bertemu dengan anggota keluarga yang lain, berkumpul dengan mungkin juga tetangga dan lingkungan sekitar yang mungkin kita ketahui sampai saat ini masih juga ada yang belum bisa menerima bahwa seseorang yang terkonfirmasi Covid itu adalah sesuatu yang biasa, yang bukan hal yang harus kita jauhi orangnya,” katanya.
Ia menyambut positif Wisma Nazaret yang terletak di wilayah administratif kecamatan yang dipimpinnya dijadikan tempat isolasi warga yang positif Covid-19. “Karena isolasi mandiri ini memang membutuhkan penanganan yang khusus walaupun tidak seperti di fasilitas rumah sakit. Dan selanjutnya kami sebagai pimpinan wilayah yang memangku wilayah Candisari, di mana di dalamnya adalah ada Jatingaleh, di mana Wisma Nazaret terletak di Kelurahan Jatingaleh, kami akan berupaya semaksimal mungkin memberikan support, memberikan dukungan serta memberikan fasilitas apa yang bisa kami berikan dan kami miliki secara maksimal,” katanya.
Selama ini Wisma Nazareth dikenal sebagai tempat retret yang berada di kota Semarang dengan fasilitas penginapan yang sangat baik.
Bagi warga yang berminat menjalani isolasi di shelter isolasi Santo Rafael bisa menghubungi Ibu Lala (08122933333), Purwono (087838237181), Yuliana (08156673824), atau Romo Djoko Surawidjaja, Pr (081226137575).